Minggu, 26 Februari 2012

Bertobat dan Percaya Kepada Injil

Hari Minggu Prapaskah I – Tahun B

Para saudara,
Saya yakin, kita pernah melihat ‘pelangi’ di angkasa. Biasanya, kehadiran pelangi, selalu disertai dengan hujan rintik-rintik. Beberapa suka bangsa di dunia ini, memberi tafsiran yang berbeda-beda soal keberadaan pelangi ini. Contoh, bangsa Yahudi pada zaman dahulu. Menurut tafsiran mereka, ‘pelangi’ merupakan tanda bahwa Allah selalu akan menyelamatkan orang yang setia kepada-Nya dan yang selalu berusaha membaharui diri.
Kita dengar dalam bacaan I tadi: segera setelah Allah menghukum manusia dengan mendatangkan air bah, dan hanya Nuh beserta keluarganya yang selamat, sementara semua orang berdosa ditenggelamkan banjir, Allah berjanji kepada Nuh, “… sejak hari ini, tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak aka ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi”. Kemudia Allah melanjutkan, “… Busur-Ku Kutaruh di awan, sebagai TANDA perjanjian antara Aku dan bumi…”.  Jadi boleh dikatakan, menurut tafsiran orang Yahudi zaman dahulu, ‘pelangi’ itu, yang disebut tadi dalam kitab suci ‘busur’, merupakan cap, tanda tangan atau stempel Allah. Sekali lagi, ini hanya soal tafsiran saja dari orang Yahudi zaman dahulu, yang tentu saja mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Apakah hal ini masih mereka percayai hingga hari ini, saya juga tidak tahu.

Rabu, 22 Februari 2012

Koyaklah Hatimu dan Jangan Pakaianmu

Hari Rabu Abu – Tahun B, 22-02-2012

          Hari Rabu ini kita  mulai memasuki Masa Prapaskah: masa pantang dan puasa, sebagai suatu perjalanan rohani dan batin  bersama Yesus menuju Yerusalem, di mana Ia akan melaksanakan karya-Nya sebagai Almasih.
          Mengapa masa puasa diselenggarakan selama 40 hari?  Dalam Kitab Kejadian (PL) diceriterakan  bahwa Allah mendatangkan air bah selama 40 hari untuk menghukum dosa umat manusia yang diciptakan-Nya. Selama 40 tahun bangsa Israel, yang hidup sebagai budak-budak dalam penjajahan di Mesir, harus berjuang di padang gurun dalam perjalanan hidup mereka menuju ke Palestina, sebagai tanah terjanji. Dan selama 40 hari Yesus sendiri berpuasa dan berdoa untuk mempersiapkan diri  dalam melaksanakan karya-Nya. Karena itu marilah kita seperti Yesus sendiri menggunakan masa puasa ini sebagai semacam retret 40 hari untuk dapat merayakan Paskah.