Minggu, 28 Oktober 2012

Semoga Aku Bisa Melihat



Hari Minggu Biasa XXX Tahun B

Para saudara,
Konon kabarnya, ada seorang gadis yang tinggal di daerah Perbatasan: ia sangat cantik tetapi sayang matanya buta. Pada umur 17 tahun, ia pernah menderita sakit gigi, kemudian kena infeksi lalu menyerang bagian saraf, yang membuatnya jadi buta. Orang tuanya berusaha keras supaya putri mereka bisa sembuh. Jalan terakhir yang ditempuh adalah operasi di Rumah Sakit. Dalam proses operasi mata ini, ia selalu dibantu oleh seorang pemuda, yang selalu memberi semangat dan dorongan kepadanya supaya tetap semangat. Tetapi sayang sekali, pemuda ini tampangnya sangat jelek: mukanya bopeng, hidungnya pesek, dll.
Gadis buta ini sangat terkesan dengan pemuda ini, sehingga  ia  jatuh hati kepada pemuda itu. Mereka pun akhirnya saling jatuh cinta. Selama proses penyembuhan, sang pemuda  antara gembira dan cemas. Cemas karena dia berpikir setelah gadis itu bisa melihat nanti, pasti ia akan melihat tampangnya yang jelek, dan dengan demikian akan meninggalkannya. Waktu gadis itu sembuh dan dapat melihat, ia meluapkan kegembiraan hatinya dengan memeluk dan mencium kekasihnya. Pemuda itu terharu dan berkata: “Saya kira sesudah engkau melihat tampangku yang jelek, engkau akan meninggalkan saya”. Tetapi si gadis menjawab: “Saya sudah melihat engkau dengan HATI sebelum saya melihat engkau dengan mata”.

Minggu, 21 Oktober 2012

Pemimpin Yang Melayani


                                  Hari Minggu Biasa XXIX Tahun B / Hari Minggu MISI
Para Saudara,
Barangkali kita pernah membaca semboyan-semboyan dari sebuah perusahaan, kantor swasta atau pun mpemerintah, yang biasanya dipasang di tempat-tempat strategis supaya bisa dibaca semua orang, atau bahkan bagi yang punya duit, bisa dimasukkan sebagai  iklan di televisi, misalnya berbunyi: “Kami Melayani Anda!”, “Kami Hadir Untuk Anda”,  “Anda Senang Kami Bangga”, “Hidup Kami Adalah Pelayanan”, dan masih banyak semboyan lain lagi, yang semuanya baik, indah dan mentereng.
Itu adalah sebuah semboyan, walaupun dalam  realitasnya belum tentu demikian. Yang kita rasakan, jika ada keperluan kita di salah satu kantor: ada tips, ada uang pelicin, maka pelayanan menjadi lancar. Jadi sering sekali, semboyan-semboyan indah itu, tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Jika kita mengurus surat-surat, misalnya, harus melewati beberapa pintu dan pintu-pintu itu adalah uang semua. Pertanyaannya: dimana semangat dan jiwa pelayanan kita? Kalau bisa 1 pintu, kenapa harus berpintu-pintu? Di Gereja kita, tidak terjadi hal seperti itu. Mengurus surat-surat di kantor Paroki, misalnya, cukup 1 pintu saja.