Hari Minggu
Biasa XIII Tahun C
Para Saudara,
Bpk
Yoris, dahulu seorang kepala suku. Sebagai kepala suku, dia sudah sering
memimpin ritus agama asli sukunya. Kalau
seorang anak lahir, anak itu harus dibawa ke mata air, pada saat matahari
terbit, untuk dibaptiskan menurut ritus agama asli nenek moyangnya. Kalau berdoa memohon sesuatu, harus di
bawah pohon beringin atau tempat-tempat yang angker. Kalau terjadi bencana alam, itu adalah hukuman para dewa atau roh
leluhur, maka harus dibuat ‘ritus harmoni’ dengan menyembelih seekor kerbau,
untuk menenangkan para dewa dan roh leluhur yang sedang murka.
Sekarang Bp. Yoris telah menjadi Katolik dengan nama
baptis Yosef, maka nama lengkapnya: Yosef Yoris. Sesudah menjadi katolik, Bp.
Yoris, setiap hari Minggu pergi ke Gereja mengikuti misa. Ia juga rajin berdoa
cara katolik di rumah. Selain itu, di rumahnya juga dipajang beberapa buah
salib, patung Maria dan gambar-gambar orang kudus. Masalahnya: Bpk Yosef
Yoris, masih setia dengan ritus agama aslinya. Ketika cucunya lahir, bukannya
dibawa di Gereja supaya dibaptis, tetapi malah dibawa ke mata air, untuk menjalani
ritus baptisan agama asli. Kalau ada bencana, ia masih memimpin ‘ritus harmoni’
di bawah pohon beringin yang angker.