Minggu, 26 Februari 2012

Bertobat dan Percaya Kepada Injil

Hari Minggu Prapaskah I – Tahun B

Para saudara,
Saya yakin, kita pernah melihat ‘pelangi’ di angkasa. Biasanya, kehadiran pelangi, selalu disertai dengan hujan rintik-rintik. Beberapa suka bangsa di dunia ini, memberi tafsiran yang berbeda-beda soal keberadaan pelangi ini. Contoh, bangsa Yahudi pada zaman dahulu. Menurut tafsiran mereka, ‘pelangi’ merupakan tanda bahwa Allah selalu akan menyelamatkan orang yang setia kepada-Nya dan yang selalu berusaha membaharui diri.
Kita dengar dalam bacaan I tadi: segera setelah Allah menghukum manusia dengan mendatangkan air bah, dan hanya Nuh beserta keluarganya yang selamat, sementara semua orang berdosa ditenggelamkan banjir, Allah berjanji kepada Nuh, “… sejak hari ini, tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak aka ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi”. Kemudia Allah melanjutkan, “… Busur-Ku Kutaruh di awan, sebagai TANDA perjanjian antara Aku dan bumi…”.  Jadi boleh dikatakan, menurut tafsiran orang Yahudi zaman dahulu, ‘pelangi’ itu, yang disebut tadi dalam kitab suci ‘busur’, merupakan cap, tanda tangan atau stempel Allah. Sekali lagi, ini hanya soal tafsiran saja dari orang Yahudi zaman dahulu, yang tentu saja mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Apakah hal ini masih mereka percayai hingga hari ini, saya juga tidak tahu.


Para saudara,
Sewaktu Petrus menasehatkan orang-orang beriman, dan memberi penjelasan kepada mereka tentang pentingnya pertobatan dan permandian, dia memakai cerita Nuh tadi. Katanya: seperti dahulu kala, hanya orang yang berada dalam bahtera Nuh yang selamat dari hukuman Allah, demikian juga kita, hanya bisa selamat kalau kita bertobat dan mau mempersatukan diri dengan Kristus melalui baptisan. Dan mereka inilah yang pantas masuk dalam BAHTERA BARU, yakni GEREJA, yang dinakhodai oleh Yesus sendiri.
            Kemudian, hal ini ditegaskan lagi Yesus dalam bacaan Injil tadi, “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percaya  kepada Injil”. Yesus menghimpun orang-orang yang percaya pada Injilnya dalam satu “bahtera” baru, yakni Gereja. Kalau Nuh bersama keluarganya yang percaya, diselamatkan oleh Allah melalui ‘bahtera’  maka kini orang-orang yang percaya dan bertobat diselamatkan oleh Kristus melalui bahtera baru, yakni Gereja. Kalau dalam perjanjian antara Allah dengan Nuh, ditandai dengan tanda ‘pelangi’ maka perjanjian itu telah diperbaharui oleh Kristus melalui misteri paskah-Nua, yakni dengan TANDA SALIB.

Para saudara,
Kini, kita sudah memasuki masa prapaskah, suatu masa ‘Retret Agung” peziarahan rohani bagi kita.  Di Padang Gurun,  Yesus mengalami banyak percobaan, hidup di tengah-tengah binatang liar, sendirian, digigit nyamuk, dlsb. Demikian pula kita, pada masa prapaskah ini, pasti banyak mengalami percobaan; binatang-binatang liar berseliweran di sekitar kita dengan berbagai cobaaan dan bujuk raju. Maksudnya jelas: mengaburkan maksud dan niat baik kita menghayati misteri penderitaan dan salib Tuhan, supaya usaha tobat  kita menjadi gagal.
Maka apa yang perlu kita lakukan, supaya niat tobat kita  berbuah dan berhasil? Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan, yakni: berpuasa dan berpantang: mengekang keinginan kita yang tidak teratur, mengatasi pikiran, gagasan yang negatif terhadap sesama, hemat dalam kata-kata buruk dan khususnya sikap penuh dendam atau antipati kepada orang lain;  beramal:  hidup berbagi kasih dengan sesama dan;  berdoa lebih banyak: untuk menimba kekuatan dari Tuhan sendiri. Ke-3 hal ini, bisa membantu kita untuk mewujudkan seruan Yesus tadi: “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percaya  kepada Injil” Hanya dengan melalui pertobatan, kita akan tetap berada dalam bahtera baru, yakni Gereja kudus. ***(Katedral/P. Sam Gulô/26-01-2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar