Minggu, 17 Maret 2013

Diampuni Oleh Tuhan



Hari Minggu Prapaskah V Tahun C

Para saudara,
            Seorang rekan pastor yang berkarya di Selandia Baru, pernah menceritakan pengalamannya berikut ini. Suatu hari, seorang ibu muda datang kepadanya dan meminta untuk memberkati sebuah gedung yang baru direnovasi. Ketika ditanya gedung apa itu, sang ibu dengan sedikit malu-malu menjawab, “Panti pijat, Pastor”. Sang Pastor, serba salah menanggapi permintaan ibu itu: memberkati panti pijat yang tak lain adalah rumah pelacuran atau menolaknya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya pastor tadi memutuskan untuk pergi memberkati panti pijat itu. Dia ingin memberi kesan bahwa Gereja tidak cuma memperhatikan orang yang baik-baik saja tetapi juga pendosa. Pemberkatan pun berlangsung dengan lancar.             Hal yang mengherankan pastor itu, takkala dia keliling mereciki dengan air suci, yakni bahwa di tiap-tiap kamar ada salib. Selesai pemberkatan, salah seorang penghuni panti pijat itu berkata: “Mungkin Pastor berpikir bahwa kami lupa sama Tuhan. Tidak. Sekali pun kami berdosa, kami tetap berdoa dengan cara kami sendiri. Kami juga tidak senang berada di sini.  Namun tidak ada jalan lain. Kami juga berharap bahwa kami tidak selamanya berada di sini. Kadang-kadang kami juga ikut misa pada hari Minggu, dan biasanya kami duduk di bagian belakang karena kami malu terhadap Tuhan dan kami sangat mengharapkan belas kasihan-Nya”. Mendengar itu, pastor tadi merasa terharu dan kecil di hadapan mereka. Dia pun yakin bahwa mereka-mereka itu pasti mendapat belas kasih Tuhan. Pastor itu, teringat kata-kata Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya para pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mat 21:31).