Minggu, 30 Juni 2013

MENOLEH KE BELAKANG



Hari Minggu Biasa XIII Tahun C

Para Saudara,
Bpk Yoris, dahulu seorang kepala suku. Sebagai kepala suku, dia sudah sering memimpin ritus agama asli sukunya. Kalau seorang anak lahir, anak itu harus dibawa ke mata air, pada saat matahari terbit, untuk dibaptiskan menurut ritus agama asli nenek moyangnya. Kalau berdoa memohon sesuatu, harus di bawah pohon beringin atau tempat-tempat yang angker. Kalau terjadi bencana alam, itu adalah hukuman para dewa atau roh leluhur, maka harus dibuat ‘ritus harmoni’ dengan menyembelih seekor kerbau, untuk menenangkan para dewa dan roh leluhur yang sedang murka.
Sekarang Bp. Yoris telah menjadi Katolik dengan nama baptis Yosef, maka nama lengkapnya: Yosef Yoris. Sesudah menjadi katolik, Bp. Yoris, setiap hari Minggu pergi ke Gereja mengikuti misa. Ia juga rajin berdoa cara katolik di rumah. Selain itu, di rumahnya juga dipajang beberapa buah salib, patung Maria dan gambar-gambar orang kudus. Masalahnya:  Bpk Yosef Yoris, masih setia dengan ritus agama aslinya. Ketika cucunya lahir, bukannya dibawa di Gereja supaya dibaptis, tetapi malah dibawa ke mata air, untuk menjalani ritus baptisan agama asli. Kalau ada bencana, ia masih memimpin ‘ritus harmoni’ di bawah pohon beringin yang angker.

Minggu, 09 Juni 2013

KEHADIRAN YANG MEMBERI HARAPAN



Hari Minggu Biasa X Tahun C

Para Saudara,
Pada suatu hari, di suatu daerah, ada pembagian uang zakat oleh seorang kaya raya. Orang kaya raya itu, berdiri dengan bangganya,  menggenggam sejumlah uang, dan membagikannya kepada orang miskin.   Di tengah antrian panjang itu, ada seorang Ibu miskin. Ibu ini dihampiri oleh seorang panitia, lalu memarahinya sambil menyuruhnya keluar untuk membaca petunjuk yang sudah ditempel di depan. Ibu ini tidak mengerti mengapa ia disuruh keluar. Ia pun keluar dan membaca pengumuman yang tertulis: “Yang bertelanjang kaki  dilarang masuk”. Ibu ini memang tidak memakai sandal apa lagi sepatu. Air mata mulai membasahi wajahnya merenungi nasibnya.
Rupanya ada seorang Bapak yang memperhatikan Ibu ini dari tadi dan mengerti persoalannya. Bapak ini mendekati Ibu ini dan berkata: “Mungkin ukuran sandal saya tidak pas untuk Ibu, tetapi Ibu dapat memakainya untuk sementara supaya bisa masuk dan menerima uang zakat itu”.  Lalu Bapak  yang baik itu membuka sandalnya dan menyodorkannya kepada Ibu miskin tadi. Dengan sandal itu, ibu tadi kembali masuk barisan dan mendapatkan uang zakat itu.