Hari Minggu
Biasa X Tahun C
Para Saudara,
Pada
suatu hari, di suatu daerah, ada pembagian uang zakat oleh seorang kaya raya.
Orang kaya raya itu, berdiri dengan bangganya,
menggenggam sejumlah uang, dan membagikannya kepada orang miskin. Di tengah antrian panjang itu, ada seorang
Ibu miskin. Ibu ini dihampiri oleh seorang panitia, lalu memarahinya sambil
menyuruhnya keluar untuk membaca petunjuk yang sudah ditempel di depan. Ibu ini
tidak mengerti mengapa ia disuruh keluar. Ia pun keluar dan membaca pengumuman
yang tertulis: “Yang bertelanjang kaki dilarang masuk”. Ibu ini memang tidak
memakai sandal apa lagi sepatu. Air mata mulai membasahi wajahnya merenungi
nasibnya.
Rupanya
ada seorang Bapak yang memperhatikan Ibu ini dari tadi dan mengerti
persoalannya. Bapak ini mendekati Ibu ini dan berkata: “Mungkin ukuran sandal saya tidak pas untuk Ibu, tetapi Ibu dapat
memakainya untuk sementara supaya bisa masuk dan menerima uang zakat itu”. Lalu Bapak
yang baik itu membuka sandalnya dan menyodorkannya kepada Ibu miskin
tadi. Dengan sandal itu, ibu tadi kembali masuk barisan dan mendapatkan uang
zakat itu.
Para Saudara,
Cerita-cerita tentang orang-orang
yang memiliki hati yang berbelas kasih dan yang peduli, seperti bapak dalam
peristiwa pembagian uang zakat tadi, selalu mengharukan hati kita
mendengarnya. Bacaan-bacaan Kitab
Suci pada hari ini bercerita tentang hal
itu. Dalam bacaan Injil tadi, kita
mendengar kisah Yesus yang berbelas kasih kepada janda di Naim. Betapa
hancurnya hati janda itu: anak satu-satunya yang menjadi harapan hidupnya,
mati. Yesus bisa mengerti kepedihan hati janda itu, Ia menghibur janda itu dengan berkata: “Jangan menangis!”. Kemudian Yesus membangkitkan anak yang telah mati itu dan
menyerahkannya kepada ibunya. Bisa kita bayangkan: betapa bahagianya janda
itu. Bagi janda itu, kehadiran Yesus merupakan kehadiran yang memberi harapan baru dalam hidupnya.
Hal
yang sama juga kita dengar dalam bacaan I tadi, kisah seorang janda di
Sarfat yang telah menerima nabi Elia,
hamba Tuhan itu. dengan ramah di rumahnya. Semula janda itu merasa bahwa
kehadiran Elia di rumahnya hanya membawa sengsara belaka demi mengingatkan dia
akan dosa-dosanya. Bagi janda itu jauh lebih baik jika Elia tak pernah dia
jumpai dalam hidupnya, karena suka cita yang dibawa oleh Elia hanya bersifat
smentara saja: dia dikaruniai anak, tetapi anak itu cepat diambil dari padanya.
Tetapi ketika Elia, atas kuasa Allah, menghidupkan anak itu, janda itu sangat
bersuka cita. Akhirnya janda itu
menyadari bahwa kehadiran Elia, abdi Allah itu di rumahnya, sungguh memberi
harapan dalam hidupnya.
Para Saudara,
Kedua
kisah ini hampir mirip. Dua perempuan mengalami kegembiraan dalam hidupnya oleh
kehadiran hamba Allah: janda di Sarfat oleh nabi Elia; dan janda di Naim oleh
Yesus sendiri. Kegembiraan mereka yakni karena anak mereka dihidupkan
kembali. Dan itu terjadi bukan karena
usaha janda-janda itu, pun bukan karena usaha hamba-hamba itu, melainkan karena belas kasih dari Allah
sendiri. Dalam diri para hamba-Nya, Allah
sendirilah yang mendekati umatnya dan berkata: “Jangan menangis!”. Pada zaman sekarang, ada banyak hal dimana
manusia bisa sedih dan menangis karena kesesakan yang dialami setiap hari:
kemiskinan, penyakit, peristiwa duka, kemalangan, dlsb.
Setelah
beberapa kali ikut mengirim komuni kudus kepada beberapa umat kita yang tidak
bisa ke Gereja lagi, sampai di pinggir-pinggir, saya semakin mengerti situasi
umat kita. Ada yang fisiknya begitu
lemah, tapi masih semangat, ketika kami datang ia meneteskan air mata; ada juga yang tidak bisa ke Gereja
karena penyakit yang diderita, tatapi sesungguhnya punya kerinduan untuk
bergabung dengan kita; ada juga yang
sangat miskin: rumahnya hanya satu ruangan saja: tempat tidur, dapur, tempat
barang-barang, dlsb. Dalam situasi
kesesakan seperti itu, ucapan yang menyentuh dari Yesus: “Jangan
menangis!”, perlu kita lakukan setiap saat; sentuhan kasih dari Yesus, perlu
kita bagikan kepada sesama. Betapa indahnya kalau setiap hari kita dapat
meringankan kesedihan dan kesesakan
sesama kita; dengan demikian kehadiran kita di mana pun, memberi harapan baru
bagi sesama (Sibolga/Katedral/09-06-2013/Sam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar