Para saudara,
Di Timur Tengah, ada dua tempat yang cukup terkenal, bahkan sering disebut-sebut dalam Kitab Suci, yaitu: DANAU TIBERIAS dan LAUT MATI. Keduanya sama-sama mengambil airnya dari Sungai Yordan, dimana Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Danau Tiberias atau sering juga disebut Danau Galilea, menerima airnya dari Sungai Yordan di sebelah Utara dan air yang diterimanya, terus dialirkannya ke sebelah Selatan. Karena sifatnya itu, menerima dan mengalirkan, maka ia merupakan sumber hidupan yang menggembirakan. Berbagai jenis ikan, hidup di sana, sehingga para nelayan berlayar ke sana ke mari mencari rejeki. Bukan hanya itu, sawah-sawah yang ada di sekitar aliran airnya, menjadi subur dan menjadi sumber kegembiraan bagi para petani.
Lain halnya dengan LAUT MATI. Sebetulnya, Laut Mati, jauh lebih besar dari pada Danau Tiberias. Sama seperti Danau Teberias, Laut Mati, menerima juga seluruh airnya dari Sungai Yordan. Dari tahun ke tahun, dari abad ke abad, air terus diterimanya, tetapi sayang, ia tidak bisa meneruskannya dan mengalirkannya. Akibatnya, ia menjadi Laut Mati, di sana merajalela kematian. Tak seekor pun ikan atau makhluk hidup diam di dalamnya. Pendek kata, ia mengandung kematian.
Para saudara,
Selama masa adven ini, khususnya pada adven ke-3 ini, tokoh Yohanes Pembaptis sering kita dengar. Bersama dengan Nabi Yesaya dan Bunda Maria, ia memang tokoh masa adven. Ia dijuluki sebagai suara yang berseru-seru di Padang Gurun untuk menyerukan pertobatan. Lebih dari pada itu, ia adalah seorang utusan Tuhan, “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!” (Mal. 3:1). Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya….” (Yes. 40:3-4).
Dalam permenungan saya, Yohanes Pembaptis itu, ibaratnya seperti Danau Tiberias tadi. Tuhan telah memberi rahmat khusus kepadanya: sebagai nabi yang mempersiapkan kedatangan dan jalan Tuhan, mempersiapkan manusia agar layak menerima Sang Mesias, Sang Sumber kehidupan itu sendiri. Ia telah menerima tugas pewartaan dari Tuhan, lalu meneruskannya kepada manusia, melalui pewartaannya/seruannya di Padang Gurun. Ia menyadari siapa dirinya bahwa dia hanyalah suruhan/utusan/alat yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan kehendak-Nya kepada manusia. Ketika ia didesak dengan suatu pertanyaan: “Apa engkau Mesias? Atau Elia? Atau nabi yang akan datang? Ia dengan tegas menjawab: “Bukan!”. Aku bukan salah seorang dari mereka.
Para saudara,
Yohanes Pembaptis memang mempunyai kharisma dan keunggulan. Berkat usaha kerasnya, dan melalui seruannya di Padang Gurun, ia berhasil mempersiapkan kedatangan Tuhan serta mempersiapkan hati manusia agar pantas menerima Mesias, Sang pembawa keselamatan. Bagaimana dengan kita? Mampukah kita menghadirkan pribadi Yohanes Pembaptis pada zaman ini? Bahwa melalui hidup dan pewartaan kita, semakin banyak orang yang bertobat, kembali pada jalan Tuhan; bahwa melalui kita, semakin banyak orang yang tertolong berjumpa dengan Sang Kehidupan itu sendiri.
Yang kita cemaskan adalah bahwa tanpa sadar, kita ibaratnya seperti LAUT MATI tadi, kita sudah menerima hidup dan rahmat dari Tuhan secara berlimpah-limpah, tetapi kita tidak berusaha meneruskan dan membagikannya pada pihak lain. Dalam situasi seperti itu, kita menjadi Laut Mati yang tidak memiliki daya hidup.
Nabi Yesaya, dalam bacaan I tadi, menyadarkan kita bahwa kita ini adalah manusia TERURAPI, yang dinaungi Roh Tuhan: yang diutus-Nya menyampaikan kabar baik, memberitakan pembebasan dan tahun rahmat Tuhan. Yohanes Pembaptis, telah menangkap secara konkrit pesan Firman Tuhan ini: dengan mempersiapkan hati manusia supaya layak menerima Mesias. Kita seharusnya seperti Danau Tiberias, yang mengandung kehidupan: yang mengalirkan dan membagikan kehidupan kepada pihak lain. Kita juga seperti Yohanes Pembaptis, bahwa melalui pewartaan kita, semakin banyak orang yang kembali kepada Tuhan. Kata-kata St. Paulus, kepada umat di Tesalonika, dalam bacaan II, merupakan ajakan bagi kita semua, yang sedang mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya: "Semoga roh, jiwa dan ragamu, tetap terpelihara sampai kedatangan Tuhan".(Katedral /P. Sam Gulô Pr.)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar