Minggu, 20 November 2011

Yang Pantas Mewarisi Kerajaan Allah

HR Tuhan Yesus Raja Semesta Alam Tahun A
Di Irlandia, ada seorang raja beragama Katolik yang mempunyai seorang Puteri tunggal. Puteri itulah satu-satunya yang berhak mewarisi Kerajaan. Karena itu, sang raja berusaha mendapatkan seorang calon suami bagi putrinya yang betul-betul layak. Ada 2 persyaratan yang bisa mempersunting sang putri, yakni: 1). beragama Katolik dan 2). seseorang yang mencintai Allah dan sesama. Untuk memastikan hal itu, ia mengadakan semacam sayembara yang terbuka untuk umum. Maka berdatanganlah putera-putera mahkota dan pemuda-pemuda biasa dari berbagai penjuru mengikuti sayembara itu. Namun dari semua yang mengikuti sayembara itu, tak seorang pun yang dinyatakan lolos dan layak.


Adalah seorang pemuda biasa yang juga merasa terpanggil untuk melamar sang Puteri. Namun ia terlalu miskin untuk mengikuti sayembara itu. Tetapi ia tidak menyerah pada keadaannya. Ia mulai bekerja keras dan mengumpulkan uang agar bisa membeli pakaian, sepatu, dlsb. Setelah siap, ia pun menuju istana. Namun dalam perjalanan menuju istana, ia bertemu dengan seorang pengemis yang sangat miskin yang hampir mati kedinginan. Ketika matanya bertemu dengan mata si pengemis itu, ia tidak sanggup melanjutkan perjalanannya. Karena belaskasihannya, dia memberikan pakaian dan mantolnya yang indah kepada si pengemis itu. Ia kembali ke rumah dan setelah mengenakan pakaian biasa, ia kembali bergegas menuju istana.
Ketika sampai di istana, ia langsung diantar menghadap raja. Tetapi ketika ia bertatapan dengan sang saja, ia amat heran dan terkejut. Raja itu, mengenakan pakaian yang sangat ia kenal, persis sama dengan yang ia berikan kepada si pengemis beberapa waktu lalu. Melihat ia masih kebingungan, sang raja berkata: “Jangan takut Anak muda! Pengemis kepada siapa kau beri pakaianmu yang indah itu adalah aku sendiri. Untuk sayembara ini, aku telah menyamar sebagai pengemis. Banyak pemuda yang telah bertemu dengan aku, tetapi mereka tidak mempedulikan aku, mereka terus saja lewat dan membiarkan aku menderita. Hanya kamulah yang memiliki cinta yang kuinginkan dari calon suami Puteriku. Karena itu, padamulah kuwariskan kerajaan ini dan menjadi suami Puteriku, sebagaimana telah kujanjikan”.
Para saudara,
Pada hari minggu terakhir tahun liturgi ini, Gereja kita merayakan Pesta Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. Bagaimana Yesus disebut sebagai Raja? Apakah sama dengan raja-raja dan para pemimpin duniawi? Tentu tidak! Kerajaan Yesus diwartakan dengan PENGORBANAN dan CINTA. Kemegahan dan kemuliaan Kerajaan-Nya tidak tampak dalam benda-benda duniawi, tetapi tampak dalam diri para saudara kita yang miskin, yang dikejar-kejar, yang terpinggirkan, yang lapar, haus, yang tidak mendapat tumpangan, dlsb, seperti dikatakan dalam Injil tadi.
Di situlah terletak kesejatian nilai Kerajaan Tuhan; yang peduli, yang memperhatikan dan yang merangkul penuh cinta dan pengorbanan. Sama seperti perkataan Tuhan melalui nabi Yehezkiel, dalam bacaan I: “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana mestinya”.

Para saudara,
Bisakah kita menjadi ahli waris Kerajaan yang didirikan oleh Yesus? Tentu bisa. Anak muda miskin dalam kisah tadi, bisa menjadi inspirasi bagi kita. Ini memang cerita fiktif, tetapi isi dan maknanya yang perlu kita tangkap, bahwa karena cintanya pada sesama, ia berhak mendapatkan apa yang ia impikan, yakni memperistri sang Puteri dan menjadi ahli waris kerajaan.
Melalui perbuatan2 kita yang baik dan cinta kasih kepada sesama, kita menjadi ahli waris Kerajaan yang didirikan oleh Yesus. Orang miskin banyak di sekitar kita. Mereka  adalah ‘wajah’ Yesus bagi kita. Pada hari ini, Yesus mengajak kita supaya berpihak dan berada bersama mereka. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku(Pst. Sam GulĂ´).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar