Minggu, 27 November 2011

Menanti Penuh Harapan

Hari Minggu Adven I Tahun B
Seorang gadis, bertunangan dengan seorang pemuda. Mereka sudah lama saling mengenal. Menurut sang gadis, laki-laki tunangannya itu, seorang pemuda yg baik, jujur dan bertanggung-jawab. Begitu juga menurut sang laki-laki, tunangannya itu seorang gadis yang ramah, baik, penuh perhatian dan penyayang. Kira-kira, 1 bulan setelah acara pertunangan, laki-laki tadi, mendapat tugas dari universitas, tempat dia mengabdi selama ini, untuk melanjutkan kuliah S-3 di Jakarta. Dengan demikian, mereka harus berpisah untuk beberapa waktu.


Keduanya pasrah dengan situasi itu apa lagi dengan harapan bahwa kelak, kehidupan mereka akan lebih baik. Dua tahun belum kembali, 3 tahun juga belum kembali. Kadang muncul semacam kebimbangan di hati perempuan: jangan-jangan…... Apa lagi kadang ada yang membakar dengan kabar bohong:….   bahwa tunangannya sudah punya pacar baru, selingkuh, dlsb. Teman-teman menganjurkan dia supaya menerima saja lamaran laki-laki lain. Tetapi dalam hati perempuan ini, ada suatu keyakina dan harapan bahwa tunangannya, suatu saat pasti akan kembali. Ia tahu betul karakter dan jiwa tunangannya itu. Karena itu ia dengan setia dan sabar, menantikan tunangannya itu sampai selesai studi. Dan betul, beberapa waktu kemudian, tunangannya itu kembali ...

Para saudara,
Menanti dan mengharapkan adalah tindakan yang memerlukan kesabaran. Menantikan sesuatu yang tidak jelas, dapat membuat orang frustrasi. Akan tetapi, menantikan sesuatu/seseorang yang dipercaya, biasanya memberikan harapan dan ketabahan bahkan menimbulkan kesenangan tersendiri: antara cemas, harap dan kegembiraan, bercampur menjadi satu. Itulah yang dialami wanita tadi: ada kebimbangan, tetapi ada juga harapan dan kepastian bahwa tunangannya pasti suatu saat akan datang dan memang harapannya menjadi terwujud.
            Masa adven adalah masa penantian: masa untuk menunggu kedatangan seseorang yang kita cintai, yaitu Tuhan; masa untuk mempersiapkan diri agar pantas menerima kedatangan Tuhan yang mau tinggal di tengah-tengah kita. Penantian kita, sama seperti penantian wanita terhadap tunangannya tadi: penantian yang menyemangati dan menggembirakan karena kita yakin bahwa Tuhan yang kita nantikan pasti akan datang. Paulus dalam bacaan II tadi, mengungkapkan bahwa Allah yang telah mempersatukan kita dengan Putra-Nya, Yesus Kristus, adalah Allah yang setia, setia pada janji-Nya, mengutus Putra-Nya, hadir membawa keselamatan bagi kita.

Para saudara,
Soal kedatangan Tuhan, tidak ada yang bisa memprediksi kapan: apakah besok, bulan depan atau tahun depan? Tidak ada yang tahu,         “… malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja” (Mrk 13:32). Oleh karena tidak seorang pun yang tahu, Yesus memperingatkan kita, dalam bacaan Injil pada hari ini, “Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba”.
Pertanyaannya adalah: apa kiranya yang sangat penting kita laksanakan dalam menantikan kedatangan Tuhan di hari Natal? Yang perlu kita laksanakan adalah meneguhkan kepercayaan kita kepada Tuhan, bahwa memang Dia adalah Tuhan yang setia mencintai kita secara nyata.  Hanya bila kita semakin percaya dan mengalami dalam hidup nyata, bahwa Tuhan dekat dan setia mendampingi kita, kita akan dengan gembira mempersiapkan diri untuk lebih menerima Dia di hari yang khusus tersebut, yakni hari Natal.
Marilah kita menantikan kedatangan Dia, penyelamat, sahabat dan Tuhan kita dengan kegembiraan, kesetiaan dan kepasrahan. Dia yang setia, akan selalu setia.
(Katedral / P. Sam GulĂ´ Pr.)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar