Sabtu, 24 Desember 2011

Apakah Yesus Sudah Lahir Bagi Kita?

                                                                    Malam Natal Tahun B

Pada zaman perang dunia II, waktu itu bangsa Jerman dan  Perancis merupakan dua musuh buyutan. Suatu hari, seorang serdadu Jerman, yang kebetulan seorang Kristen, sedang mengadakan patrol. Kira-kira, 200 meter dari tempatnya, ia melihat ada asap api. Ia ingin melihat ada apa  gerangan. “Pasti ada orang” pikirnya. Karena itu ia ingin melihat; ia jalan pelan-pelan, sesudah dekat, ia melihat seorang serdadu Perancis, sedang menghangatkan tubuhnya yang kedinginan dengan api itu. Serdadu Jerman langsung mengambil posisi dan mengarahkan senjatannya ke kepala serdadu Perancis itu. Ketika hendak menembak, serdadu Perancis itu tiba-tiba duduk. Maka, rencana menembak gagal. Kemudian serdadu Jerman kembali mengarahkan senjatannya kea rah serdadu Perancis tadi, tetapi tiba-tiba serdadu itu berdiri. Gagal lagi.

Pokoknya berkali-kali serdadu Jerman hendak menembak serdadu Perancis tadi, tetapi selalu gagal, karena serdadu Perancis selalu merobah posisinya: berdiri, duduk, ke kiri, ke kanan, dlsb. Padahal itu tanpa disengaja. Tiba-tiba, terdengar suara lonceng yang memecah kesunyian malam dan langsung disusul dengan sebuah lagu natal terkenal: Malam Kudus……  Mendengar itu, serdadu Jerman tadi langsung membuat tanda salib, ia menjadi sadar dan berkata dalam hati: “Oh,  rupanya malam ini  malam natal, malam kudus. Ah, tidak baik membunuh orang. Biarlah ini merupakan hadiah natalku untuk dia pada malam kudus ini”.  Ia pelan-pelan, kembali ke tempatnya semula.

Para Saudara,
Malam ini adalah malam natal, peringatan akan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Sebenarnya, pada perayaan Natal, kita TIDAK hanya merayakan misteri kelahiran Yesus, tetapi juga kelahiran kita sendiri. Dalam bacaan Injil tadi, kita dengar kata malaikat kepada para gembala: “Sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”.
Pertanyaannya adalah: apa kesukaan besar itu? Kesukaan besar itu adalah peristiwa Allah menjadi manusia dalam diri Yesus, yang dikenal dengan istilah penjelmaan: “Sang Sabda menjadi daging”. Para malaikat berkata kepada para gembala: telah lahir bagimu Juruselamat.  Maka setiap kali kita merayakan Natal, disamping kita merayakan kelahiran Juruselamat, kita juga merayakan kelahiran kita sendiri bahwa  Allah telah  mengangkat kita  menjadi anak-anak-Nya; menjadi serupa dengan Dia.  Inilah sesungguhnya makna perayaan Natal.

Para saudara,
Marilah kita bertanya: Apakah kita sudah mengalami peristiwa natal ini? Apakah Yesus sungguh sudah lahir dalam hidup kita?  Dan apakah melalui kelahiran-Nya,  kita telah ikut diperbaharui? Serdadu Jerman, dalam cerita tadi, ketika ia sadar bahwa malam ini adalah malam natal, malam kudus, sehingga ia mengurungkan niatnya menembak dan membunuh serdadu Perancis, musuh buyutannya, di situlah Yesus sudah lahir dalam hidupnya. Para gembala di Padang, yang mendengar pemberitaan para malaikat, lalu mereka sadar, terbukalah hati dan pikiran mereka; saat itulah, Yesus sudah lahir dalam hidup mereka.
            Malam natal ini, berbicara apa kepada kita?  Kita lihat realitas hidup kita, terdiri dari berbagai latar-belakang sosial yang berbeda-beda: ada suku Batak, Tionghoa, Nias, Jawa, dlsb; ada penduduk asli dan ada pendatang; ada orang miskin, kaya dan golongan menengah. Situasi ini bisa sebagai peluang dan bisa juga sebagai tantangan dan ancaman. Menjadi tantangan/ancaman bahwa dengan keragaman ini bisa menimbulkan riak-riak gelombang dalam realitas hidup kita yang bisa sangat mengganggu dan mencederai kesatuan dan kebersamaan kita.
Kita tidak memikirkan sisi negatifnya dan marilah kita berpikir positif bahwa dengan keragaman ini membuat Stasi dan Paroki kita menjadi ‘kaya’, kayak karena begitu banyak tangan yang berkarya dan melaksanakan sesuatu; banyak orang yang menyumbangkan ide, gagasan dan karya-karya nyata. Dan untuk itu, Rasul Paulus menasihatkan kita melalui kata-katanya kepada Titus, dalam bacaan II: “Tinggalkanlah kefasikan dan keinginan2 duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah”.  Para Saudara: Selamat Natal….!
(Sarudik/P. Sam Gulô Pr.)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar