Minggu, 18 Desember 2011

Mendahulukan Kehendak Tuhan - Keunggulan Bunda Maria

Hari Minggu Adven IV – Tahun B

Para saudara,
Ada satu situs internet yang banyak membahas perihal gereja Katolik, yakni: Mempertanggungjawabkan Iman Katolik. Bagi yang  memiliki fasilitas internet, bisa juga membuka2 situs itu. Situs ini memuat diskusi mengenai ajaran kekatolikan, renungan, dlsb. Dua minggu lalu, situs ini memuat satu kisah tentang sepasang suami istri muda, memiliki 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Suami bekerja sebagai penarik becak dan istri bekerja sebagai claning service. Mereka hidup sangat sederhana, tapi tampak bahagia.


Malang tak dapat ditolak: suatu saat sang istri divonis menderita kanker payudara. Berobat ke rumah sakit tentu mimpi bagi mereka,  hanya mampu membeli obat-obatan murah di apotik. Makin lama makin parah, ibu ini makin pucat, lemah dan kurus. Satu tahun kemudian, meninggallah ibu ini. Dengan demikian, pasti sangat susahlah hidup keluarga ini. Sang bapak, kini berperan sebagai ayah sekaligus sebagai Ibu bagi anak2nya. Tetangga2 sudah memperkirakan kalau keluarga ini akan jatuh miskin. Bapak ini sudah mengambil keputusan: tidak mau menikah dan memfokuskan perhatiannya untuk mengurus ketiga anaknya. Dengan mengandalkan 1 buah becak, bermandi keringat sepanjang hari, tanpa mengenal hujan dan terik matahari,  akhirnya ia berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai selesai: 1 jadi guru, 1 jadi perawat dan 1 lagi jadi polisi. Melihat itu, tetangga2 yang dulu memandang remeh dan bahkan mencibir, kini menjadi kagum dan menaruh  hormat kepada mereka.

Para saudara,
Ketika Tuhan memilih Maria untuk menjadi Bunda Penebus, ia tak lebih dari seorang gadis sederhana dari Nazareth. Ia pun mungkin tidak memahami betul peranan itu pada mulanya.  Yang kecil dan sederhana dari Nazareth itu telah berubah menjadi besar agung, sumber kekuatan inpirasi bagi segenap umat beriman. Mirip dengan keluarga dalam kisah tadi, pada permulaan diperkirakan akan jatuh miskin, semiskin-miskinnya,  berubah menjadi keluarga yang berhasil, dihargai dan dikagumi orang.
Pertanyaan: mengapa Bunda Maria bisa menjadi pribadi yang ulet, unggul dan bahkan berperanan penting dalam sejarah keselamatan Allah? Jawabannya adalah karena bunda Maria mendahulukan Tuhan atas segala-galanya, atas hidupnya sendiri, atas harapan dan masa depan dirinya. Ketika ia berkata kepada malaikat Tuhan: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”, Maria takluk dan pasrah pada kehendak Tuhan. Bapak dalam kisah tadi juga, ia tidak egois, tidak mau menikah lagi, demi anak-anaknya, demi masa depan keluarganya.

Para saudara,
Hal yang sama kita dengar dalam bacaan I. Raja Daud, sangat berambisi membangun rumah Allah yang megah dan bagus. Tetapi Allah mengingatkan Daud melalui nabi Natan bahwa bukan Daud yang membuat rumah untuk Tuhan, tetapi justru Tuhan yang telah membuat Daud menjadi raja besar dan hebat yang akan mengokohkan kejayaannya melalui keturunannya. Raja Daud pun, mengikuti Sabda Tuhan dan mengurungkan niatnya membangun rumah Allah.
Hari Minggu ini adalah hari Minggu Adven IV. Menyongsong kelahiran Sang Juru Selamat, kita sebaiknya mengambil sikap seperti Bunda Maria: mendahulukan kehendak Tuhan, atau sekurang-kurangnya seperti bapak dalam kisah tadi: ia behasil menekan egonya, demi masa depan keluarga dan anak-anaknya. Satu pengalaman yang sudah diyakini bertahun-tahun bahwa, mengikuti kehendak Tuhan jauh lebih membawa kebahagiaan dari pada mengikuti keinginan pribadi atau kelompok yang sifatnya fragmatis dan sementara. Jika kita mau mendahulukan Tuhan dalam hidup kita, maka apa yang dikatakan Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, dalam Bacaan II tadi: “Rahasia yang berabad-abad lamanya tersembunyi kini dinyatakan melalui Yesus Kristus”, akan menjadi pengalaman kita bersama. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”.
(Katedral / P. Sam Gulô Pr.)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar