Minggu, 11 Maret 2012

Apakah Kita Peka Melihat Tanda-tanda?

Hari Mimggu Prapaskah III – Tahun B

Para saudara,
Dalam kehidupan ini, kita membutuhkan tanda-tanda.  Seorang anak, menginginkan tanda-tanda bahwa  kedua orang tuanya mencintai dan memperhatikan dia, misalnya: dia menantikan kedua orang tuanya merangkulnya, memujinya dan memberikan bingkisan ulang tahun.  Dua sejoli yang sedang bercinta, menginginlan tanda-tanda bahwa pasangannya sungguh mencintainya, misalnya: apakah pasangannya sering melihat atau meliriknya, pengen duduk bersama, kalau dikirim sms cepat-cepat dibalas, dlsb.
Dalam dunia kedokteran, seorang dokter yang memeriksa dan mengobati seseorang, ingin melihat ada tanda-tanda obatnya berdaya-guna, misalnya: si pasien, bertambah nafsu makan, wajahnya memerah, suhu badan turun dlsb. Seorang guru yang baik di sekolah ingin melihat tanda-tanda bahwa pelajarannya berhasil, misalnya: peserta didik bisa mengikuti pelajaran dengan baik, nilai para siswa semakin baik, dlsb. Seorang pengamat pendidikan, Dick Hartoko, SJ, pernah mengatakan bahwa mutu seorang guru dapat diukur dari kemampuannya mentrasfer ilmu kepada peserta didik, sehingga para siswa, sesulit apa pun pelajaran itu, dapat menangkap dan memahami dengan baik pelajaran itu. Pendek kata, kita semua, membutuhkan tanda-tanda.


Para saudara,
Dalam sejarah keselamatan Allah bagi manusia, ternyata hal ini juga sangat terasa. Orang Israel diberi tanda akan kehadiran dan penyertaan Yahwe, dengan dua loh batu yang memuat sepuluh perintah Allah, seperti dikisahkan dalam bacaan I tadi.  Jadi kedua loh batu itu merupakan tanda kehadiran Allah di tengah-tengah bangsa Israel, sehingga mereka merasa aman, tentram dan dituntun. Hal yang sama juga kita baca dalam bacaan Injil tadi, orang-orang Yahudi meminta tanda dari Yesus, takkala dia mengusir orang-orang yang berjualan di kenisah. Mereka meminta bukti bahwa Yesus memang yang diutus Allah, sehingga punya hak untuk mengusir mereka.
Yang menarik yakni bahwa Yesus tidak menunjukkan tanda-tanda lahiriah, seperti surat kuasa, KTP, dlsb. Tanda yang diberikannya adalah diri-Nya sendiri, “Rombaklah bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”. Itulah tanda yang diberikan Yesus bahwa Ia diutus Bapa, yaitu diri-Nya sendiri, yang akan dibunuh dan setelah itu akan dibangkitkan dalam tiga hari. Sayang bahwa orang-orang Yahudi tidak menangkap tanda itu, mereka berpikir soal kenisah, padahal yang maksud Yesus adalah diri-Nya sendiri. Santo Paulus, mengungkapkan tanda ini dengan baik dalam bacaan II tadi “Kami mewartakan Kristus yang tersalib, batu sandungan bagi manusia, tetapi kebijaksanaan bagi yang terpanggil”.

Para saudara,
Memahami suatu tanda, kiranya sangat  penting. Salah satu contoh jika orang salah menafsirkan suatu tanda lalulintas, yang mengharuskan orang untuk berhenti di lampu merah, sementara dia jalan terus, akibatnya yakni bahwa bisa terjadi kecelakan atau tabrakan dan ditangkap polisi. Dan contoh paling sempurna salah menafsirkan tanda adalah, orang Yahudi dalam bacaan Injil tadi. Akibatnya sangat fatal, mereka menolak Al Masih dan Jurus Selamat.
Bagaimana dengan kita? Bila kita punya mata hati cukup jeli, kita akan melihat banyak tanda yang diberikan Tuhan kepada kita. Suatu tanda yang menunjukkan bahwa Tuhan sungguh mencintai, menyertai, melindungi dan membimbing hidup kita dan sekaligus sebagai petunjuk ke arah mana  Tuhan membimbing dan mengarahkan kita. Salah satu contoh konkrit yakni perayaan HUT ke-80 Gereja kita.
Usianya sudah 80 tahun, usia yang tidak muda lagi. Jaka para pengurus gereja / lingkungan, masih kesulitan memimpin pertemuan lingkungan, ini suatu pertanda kurang baik. Jika setiap kali ada pertemuan APP, bulan Kitab Suci, pelajaran komuni I dan Krisma, paroki selalu menyediakan tenaga katekis di lingkungan2 dan stasi, ini juga pertanda kurang baik.  Hal ini juga diamanatkan oleh hasil Sinode I Keuskupan kita perihal kemandirian, yang kita bahas pada pertemuan APP ke-2, yang baru saja berlalu: kemandirian dari segi financial, tenaga dan terlebih dalam iman. Dan tanda terbesar dalam relasi kita dengan Tuhan adalah Tuhan Yesus sendiri. Dia datang di tengah kita, tinggal di tengah kita, menjadi tanda bahwa Allah sungguh mencintai kita dan menginginkan supaya kita semua beroleh keselamatan. (Katedral/P. Sam Gulô/11-02-2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar