Minggu, 25 Maret 2012

Biji Gandum Yang Jatuh ke Tanah

                                                        Hari Minggu V Prapaskah Tahun B
 
“Jika biji gandum jatuh ke tanah dan mati,  ia akan menghasilkan banyak buah”
Para saudara,
Saya pernah menonton acara Kick Andry di MetroTv, dengan topik: wanita-wanita hebat. Kehebatan mereka terletak pada kerelaan mereka mengorbankan hidup mereka, demi hidup orang lain. Dikisahkan, seorang Ibu yang terdampar di sebuah batu karang bersama anaknya yang masih kecil, pada waktu kapal mereka tenggelam. Tidak ada air dan makanan, hanya batu-batu saja. Tentu saja mereka lapar dan haus. Bagi si Ibu, rasa lapar dan haus  masih bisa ditahan, tapi anakmya yang masih berumur 2 tahun tampaknya tidak bisa.
Maka apa yang terjadi?  Sang ibu itu menggigit tangannya, maka mengalirlah darah segar lalu dikasihnya dimulut anaknya. Setelah minum darah Ibunya, wajah anaknya mulai tampak segar, tanda-tanda kehidupan. Darah Ibu itu terus mengalir dan mengalir, rupanya urat nadi terputus. Karena darah terus mengalir, ibu itu pun kehabisan darah,  lalu  menghembuskan nafasnya yang terakhir. Seketika itulah,  regu penolong datang, nyawa si anak memang tertolong, tapi nyawa sang Ibu sudah tidak tertolong lagi.


Para saudara,
Ada benarnya kata orang bijak yang mengatakan, “hidup bertumbuh di atas kematian”.  Dan firman Tuhan dalam Injil pada hari ini, membenarkan hal itu: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”. Kita tahu bahwa perikope Injil ini berbicara perihal penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus, bahwa dengan sengsara dan wafat Kristus, semua penderitaan dan korban kita mendapat arti baru.
Semua penderitaan dan korban kita merupakan benih gandum yang harus jatuh untuk menghasilkan buah. Perkembangan, kejayaan dan keselamatan tidak bisa diraih dengan seenaknya atau dengan jalan pintas.  Orang menempuh hidup ini dengan jatuh bangun, dengan berlelah-lelah, dan dengan penderitaan, agar mencapai kecemerlangan, “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” atau “Sengsara membawa hikmat”.
Para saudara,
Bacaan I tadi berbicara perihal bangsa Israel yang berada di tanah pembuangan. Israel 2 kali dihancurkan dan dibuang, yakni  tahun 722 SM oleh tentara Asyur dan tahun 586 SM,  oleh tentara Nebukadnesar. Sebagai orang buangan, mereka mengalami penderitaan yang luar biasa, sama seperti waktu Negara kita dijajah oleh Belanda dan Jepang. Lebih dari itu, dengan status sebagai orang buangan, juga merupakan simbol kematian jati diri dan kerohanian mereka sebagai bangsa terpilih. Tetapi nabi-nabi, misalnya, Yeremi, Yeheskiel, dll menghibur dan memberi harapan kepada mereka bahwa jika mereka bertobat maka Allah akan turun tangan. Dalam bacaan I tadi, Yahweh berkata kepada nabi Yeremi: “Akan datang waktunya, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda….”
Perjanjian lama, perjanjian Sinai, telah gagal karena ketidak-setiaan Israel sendiri, yang mendatangkan malapetaka bagi bangsa Israel. Dengan kedatangan Yesus Kristus di dunia, maka perjanjian baru, seperti yang dikatakan nabi Yeremia, dimulai dan menjadi nyata. Kristus sebagai pelakon utama dalam karya keselamatan Allah, dalam perjanjian baru, tidak seperti Israel yg tidak taat, tetapi sebaliknya, Ia amat setia dan taat pada kehendak Allah, sehingga membuka jalan pepulih dan keselamatan Allah bagi manusia.

Para saudara,
Demikianlah warna hidup kita: ada pengalaman jatuh, terpuruk, menderita bahkan sampai mengorbankan diri, tetapi kalau kita tetap berpegang teguh pada perjanjian Tuhan, akan menghasilkan sukacita dan hidup, seperti yang dialami Ibu tadi, pengorbanannya berbuah kehidupan bagi anaknya. Atau seperti bangsa Israel di pembuangan, kemudian bertobat yang melahirkan sisa-sisa Israel yang jaya dan gemilang. Karena itu, melalui perayaan Hari Minggu Prapaskah V ini, marilah kita menegaskan kembali komitmen dan kesetiaan kita untuk mengikuti jalan Tuhan, karena hanya itulah yang bisa membawa kita pada kebahagiaan dan keselamatan kekal. “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Katedral/   P. Sam Gulô/25-03-2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar