Minggu, 18 Maret 2012

Terang dan Kegelapan

                                     Hari Minggu Prapaskah IV Tahun B

Para saudara,
Ada banyak orang yang tidak nyaman dengan suasana gelap, termasuk saya. Kalau tiba-tiba listrik padam, maka kita cepat mencari cahaya, misalnya dengan menyalakan sebatang lilin, lampu teplok, lampu emergency, dlsb. Apa lagi kalau kita sedang ada acara penting, misalnya sedang makan atau lagi di kamar mandi, pasti kelabakan. Saya, misalnya, selalu menaruh sebatang lilin dan mancis di kamar makan dan di kamar mandi, supaya jika sewaktu-waktu listrik padam, langsung bisa menyalakannya. Memang begitulah umumnya kita, setiap orang yang  masih normal dan sehat selalu merindukan cahaya. Kalau toh listrik padam, kita menginginkan supaya listrik cepat-cepat bisa menyala lagi.
Tetapi harus diakui pula bahwa ada juga orang yang tidak suka cahaya. Mereka lebih menyenangi suasana gelap.  Siapakah mereka itu? Tidak lain adalah, orang-orang yang ingin agar  langkah-langkah dan perbuatan mereka tidak diketahui oleh orang lain.  Seorang pencuri, senang dengan suasana gelap, sebab dengan suasana gelap akan mempermudah langkah dan perbuatannya untuk mencuri. Terang dan gelap, dua situasi yang bertolak belakang: terang merupakan lukisan hal-hal yang baik dan positif, sedangkan kegelapan merupakan lukisan hal-hal yang negatif dan melenceng; terang merupakan lambang kehadiran Tuhan sedangkan gelap merupakan lambang perbuatan-perbuatan setan.


Para saudara,
Dengan membaca dan merenungkan bacaan Injil pada hari ini, kiranya perihal terang dan gelap ini menjadi lebih jelas. Yesus bersabda tadi: “Barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatan yang jahat itu tidak tampak, tetapi barang siapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannnya dalam Allah”. Tentu kita juga ingat Sabda Yesus waktu Ia mengatakan: “Akulah terang dunia”. Yesus datang untuk menerangi dunia, supaya umat manusia dapat hidup dalam terang dan tidak mengembara dalam kegelapan.

Kristus adalah terang sesungguhnya yang membawa keselamatan. Dalam Perjanjian lama, Kristus dilambangkan dengan ular yang ditinggikan oleh Musa pada sebatang tiang. Yang memandang ular itu akan selamat dan yang tidak akan mati. Yang menerima Tuhan akan selamat dan yang menolak Dia akan binasa. Bangsa Israel, dalam bacaan I tadi, dibuang ke Babel, karena mereka menolak Tuhan dan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Tetapi ketika beberapa orang di antara mereka menjadi sadar dan bertobat, mereka diperbolehkan kembali ke negerinya, Israel, yang dikenal dengan istilah sisa-sisa Israel.

Para saudara,
Sosok Nikodemus, dalam bacaan Injil tadi, merupakan contoh orang yang berani meninggalkan kegelapan dan mengikuti terang. Dan setelah dirasuki oleh terang itu, Nikodemus menjadi seorang yang setia. Dalam Yoh 7:50-51, ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli taurat hendak menangkap Yesus,  Nikodemus membela Yesus dengan berkata: “Apakah hukum Taurat  kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” Dan sekali lagi nanti dalam Yoh. 19: 39, ketika mayat Yesus diturunkan dari Salib, Nikodemus ada di situ bahkan ia membawa campuran minyak mur dan minyak gaharu.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih dikuasai oleh kegelapan?
Orang yang tidak peduli dengan sesamanya, tidak mau tahu dengan kehidupan gerejanya, lebih senang meminta nasehat dan petunjuk dukun atau orang pintar daripada mendengar firman Tuhan; dlsb, merupakan gejala-gejala orang yang masih dikuasai kegelapan.  Orang yang lebih gampang mengeluarkan duit untuk membayar iuran arisan ini arisan itu, daripada iuran gereja di lingkungan, stasi dan paroki, merupakan gejala-gejala orang yang masih enggan masuk ke dalam terang.  Mengapa sering kita dengar ada orang kerasukan roh jahat?  Karena lama-kelamaan orang meninggalkan Tuhan dan lebih senang dengan kegelapan.
Kita sekarang berada dalam masa prapaskah, suatu saat yang ditetapkan oleh Gereja untuk melihat secara mendalam perjalanan hidup rohani kita. Pada waktu kita menerima sakramen permandian,  kita diberi lilin oleh pastor, yang merupakan lambang cahaya Kristus.  Ini juga suatu symbol bahwa melalui peristiwa itu,  kita meninggalkan kegelapan dan mulai hidup dalam terang. Maka dalam masa prapaskah ini, kita membaharui komitmen kita untuk selalu mau kembali Kristus, Sang Terang sejati, karena Dialah yang membawa kita pada keselamatan. (Katedral/P. Sam Gulô/18-03-2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar