Minggu, 14 April 2013

CINTA: JIWA SEORANG GEMBALA



Hari Minggu Paskah III Tahun C

Alkisah, di pegunungan Himalaya, ada 2 suku yang saling bermusuhan. Satu tinggal di Dataran dan satu lagi di Puncak.  Pada suatu hari, suku dari Puncak menyerang suku Dataran, dan berhasil menculik seorang bayi dan membawa lari ke Puncak. Orang Dataran tidak tahu bagaimana cara mendaki gunung dan bagaimana cara menemukan orang-orang gunung itu. Meskipun demikian, mereka mengirim sekelompok tetarung terbaik mereka untuk mencari serta membawa pulang si bayi.  Kelompok petarung itu dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang ada, mencoba mendaki gunung itu. Namun setelah beberapa hari, mereka ternyata hanya berhasil mendaki beberapa ratus meter saja. Karena putus aja, dan lagi bahan-bahan makanan mulai menipis, selompok petarung Dataran itu memutuskan untuk kembali ke desa mereka di Dataran.
Saat mereka membereskan peralatan untuk turun, mereka melihat Ibu si bayi berjalan ke arah meraka dari arah puncak gunung. Mereka ternganga ketika melihat  ibu itu menuruni gunung yang tak berhasil mereka daki sambil menggendong bayinya itu. Luar biasa!  Yang menarik dan luar biasa di sini yakni:  kedalaman CINTA seorang Ibu kepada bayinya,  membakar semangatnya untuk meraih impiannya, yang sebelumnya tampak mustahil, yakni: mendapatkan kembali sang bayi.


Para saudara,
Dalam bacaan Injil tadi, kita mendengar sampai 3 kali Yesus bertanya kepada Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”. Tiga kali pula Petrus menjawab: “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”. Setiap kali diikuti dengan tanggapan Yesus yang berbunyi: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Kita tentu ingat bahwa Petrus pernah tidak setia akan janjinya kepada Yesus. Ia pernah berkata: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” (Mat 26:35). Ternyata Petrus menyangkal Yesus tiga kali juga. Itulah sebabnya mengapa Yesus menanyakan kesungguhan kasih Petrus kepada diri-Nya. Yesus juga menunjukkan kepada Petrus kesediaan-Nya untuk melupakan dan mengampuni kesalahan yang dilakukan Petrus.
Kita tahu bahwa perikope Injil hari ini, merupakan titik tolak penyerahan tugas kepada Petrus, yakni menjadi Gembala kawanan domba, Gembala Gereja Universal. Dan yang menjadi landasan pokok sekaligus sebagai syarat utama penyerahan dan penerimaan tugas ini adalah CINTA: cinta Petrus kepada Yesus dan cinta kepada Yesus ini merupakan wujud cinta kepada kawanan domba, yang akan segera terbentuk.

Para saudara,
Dengan baptisan, kita pun telah diangkat menjadi gembala. Jiwa  kegembalaan kita, mewujud dalam  tugas-tugas kita: sebagai bapa-ibu rumah tangga, sebagai tenaga pendidik, karyawan, pejabat, usahawan, biarawan/ti, dlsb. Pesan Yesus kepada Petrus tadi, menjadi pesan bagi kita semua: “Ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki”. Ini benar! Ketika masih muda, saya bisa pergi kemana saja dan berbuat apa saja, tidak ada yang melarang. Tetapi ketika sudah menjadi pastor, saya harus menyesuaikan diri dengan pikiran ideal orang tentang kehidupan seorang pastor. Unsur yang sangat penting di situ adalah CINTA: ketika cinta sudah menguasai hidup kita, maka ke mana pun kita dibawa ke tempat yang tidak kita kehendaki sekalipun, kita pasrah dan menerima dengan penuh kegembiraan.  
Seorang pastor merasa berat dipindahkan ke tempat yang ia tidak suka, ia bukan gembala yang baik; seorang suster yang begitu berat dipindahkan oleh pimpinannya, ia buka seorang gembala yang baik; seorang guru yang menolak dipindahkan oleh pimpinan, ia buka seorang gembala yang baik; seorang pengurus lingkungan yang kurang bertanggung jawab atas tugas-tugasnya, ia buka seorang gembala yang baik.                                   Kita bisa bercermin dari dialog Yesus dengan Petrus atau pun dari kisah Ibu dan anaknya tadi. Petrus diangkat sebagai gembala karena dia mempunyai cinta; sang Ibu mendapatkan bayinya, karena ia memiliki cinta. Jadi apakah aku seorang gembala yang baik?  Semoga roh Yesus yang telah bangkit, membakar semangat kita untuk lebih menghayati jati diri kita sebagai gembala, seperti Petrus; seperti para rasul dan terlebih seperti Yesus sebagai Gemba Agung ( Sibolga/Ketedral/04-04-2013/Sam GulĂ´ ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar