Hari Minggu
Paskah III Tahun C
Alkisah,
di pegunungan Himalaya, ada 2 suku yang saling bermusuhan. Satu tinggal di
Dataran dan satu lagi di Puncak. Pada
suatu hari, suku dari Puncak menyerang suku Dataran, dan berhasil menculik
seorang bayi dan membawa lari ke Puncak. Orang Dataran tidak tahu bagaimana
cara mendaki gunung dan bagaimana cara menemukan orang-orang gunung itu. Meskipun demikian, mereka mengirim
sekelompok tetarung terbaik mereka untuk mencari serta membawa pulang si
bayi. Kelompok petarung itu dengan
mengerahkan seluruh kemampuan yang ada, mencoba mendaki gunung itu. Namun
setelah beberapa hari, mereka ternyata hanya berhasil mendaki beberapa ratus
meter saja. Karena putus aja, dan lagi bahan-bahan makanan mulai menipis,
selompok petarung Dataran itu memutuskan untuk kembali ke desa mereka di
Dataran.
Saat
mereka membereskan peralatan untuk turun, mereka melihat Ibu si bayi berjalan
ke arah meraka dari arah puncak gunung. Mereka ternganga ketika melihat ibu itu menuruni gunung yang tak berhasil
mereka daki sambil menggendong bayinya itu. Luar biasa! Yang menarik dan luar biasa di sini
yakni: kedalaman CINTA seorang Ibu kepada bayinya, membakar semangatnya untuk meraih impiannya,
yang sebelumnya tampak mustahil, yakni: mendapatkan kembali sang bayi.
Para saudara,
Dalam
bacaan Injil tadi, kita mendengar sampai 3 kali Yesus bertanya kepada Petrus:
“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”. Tiga kali pula Petrus menjawab:
“Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”. Setiap kali diikuti
dengan tanggapan Yesus yang berbunyi: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. Kita tentu ingat bahwa Petrus pernah
tidak setia akan janjinya kepada Yesus. Ia pernah berkata: “Sekalipun aku harus
mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau” (Mat 26:35). Ternyata
Petrus menyangkal Yesus tiga kali juga. Itulah sebabnya mengapa Yesus
menanyakan kesungguhan kasih Petrus kepada diri-Nya. Yesus juga menunjukkan
kepada Petrus kesediaan-Nya untuk melupakan dan mengampuni kesalahan yang
dilakukan Petrus.
Kita
tahu bahwa perikope Injil hari ini, merupakan titik tolak penyerahan tugas
kepada Petrus, yakni menjadi Gembala kawanan domba, Gembala Gereja Universal.
Dan yang menjadi landasan pokok sekaligus sebagai syarat utama penyerahan dan
penerimaan tugas ini adalah CINTA: cinta Petrus kepada Yesus dan cinta kepada
Yesus ini merupakan wujud cinta kepada kawanan domba, yang akan segera
terbentuk.
Para saudara,
Dengan
baptisan, kita pun telah diangkat menjadi gembala. Jiwa kegembalaan kita, mewujud dalam tugas-tugas kita: sebagai bapa-ibu rumah
tangga, sebagai tenaga pendidik, karyawan, pejabat, usahawan, biarawan/ti, dlsb.
Pesan Yesus kepada Petrus tadi, menjadi pesan bagi kita semua: “Ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika
engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan
mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki”. Ini
benar! Ketika masih muda, saya bisa pergi kemana saja dan berbuat apa saja,
tidak ada yang melarang. Tetapi ketika sudah menjadi pastor, saya harus
menyesuaikan diri dengan pikiran ideal orang tentang kehidupan seorang pastor. Unsur
yang sangat penting di situ adalah CINTA: ketika cinta sudah menguasai hidup
kita, maka ke mana pun kita dibawa ke tempat yang tidak kita kehendaki
sekalipun, kita pasrah dan menerima dengan penuh kegembiraan.
Seorang pastor merasa berat dipindahkan
ke tempat yang ia tidak suka, ia bukan gembala yang baik; seorang suster yang begitu berat dipindahkan oleh pimpinannya, ia
buka seorang gembala yang baik; seorang
guru yang menolak dipindahkan oleh pimpinan, ia buka seorang gembala yang
baik; seorang pengurus lingkungan yang kurang bertanggung jawab atas
tugas-tugasnya, ia buka seorang gembala yang baik. Kita bisa bercermin dari dialog Yesus dengan Petrus atau pun dari
kisah Ibu dan anaknya tadi. Petrus diangkat sebagai gembala karena dia
mempunyai cinta; sang Ibu mendapatkan bayinya, karena ia memiliki cinta. Jadi
apakah aku seorang gembala yang baik? Semoga
roh Yesus yang telah bangkit, membakar semangat kita untuk lebih menghayati
jati diri kita sebagai gembala, seperti Petrus; seperti para rasul dan terlebih
seperti Yesus sebagai Gemba Agung ( Sibolga/Ketedral/04-04-2013/Sam GulĂ´ ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar