Hari Minggu Paskah V Tahun C
Para saudara,
Mungkin
kita pernah mendengar kisah St. Laurensius, yang hidup di kota Roma sekitar abad ke-2. Ia seorang diakon dan besar sekali perhatiannya
kepada orang-orang miskin, orang-orang cacat dan terlantar. Ia dipercaya untuk mengelola harta benda
Gereja. Pada saat itu, orang-orang
Kristen di kota Roma sangat menderita karena penganiayaan oleh kaisar-kaisar
Roma yang kafir. Pada suatu hari, ia ditangkap dan dihadapkan kepada Walikota
Roma, berdasarkan tuduhan bahwa ia seorang Kristen. Walikota berkata kepada
Laurensius: “Saya tidak menuntut supaya engkau mengingkari imanmu, tetapi jika
engkau menyerahkan kepadaku semua harta kekayaan milik Gereja, maka saya akan
membebaskan engkau”. Laurensius menjawab: “Baik, Bapak Walikota. Harta Gereja
memang sangat banyak, karena itu berilah aku waktu selama tiga hari untuk
mengumpulkannya”. Permintaan Laurensius dikabulkan oleh Walikota.
Laurensius
pun mulai bergerak. Selama 3 hari ia menjelajah ke segala lorong kota Roma,
mengumpulkan semua orang miskin, cacat, para gelandangan, pengemis dan anak
yatim piatu, yang ia perhatikan selama ini.
Ia minta kepada mereka supaya nanti pada hari yang ditentukan, mereka
mengikuti dia ke istana Walikota. Tibalah hari yang ditentukan itu, Laurensius
menghadap kembali Walikota, dengan membawa orang-orang tadi, yang jumlahnya
ribuan orang, dan berkata: “ Bp. Walikota, inilah harta kekayaan Gereja”.
Walikota pun marah besar, lalu tanpa basa-basi lagi, ia menyuruh
algojo-algojonya membakar dengan Laurensius hidup-hidup.
Para saudara,
Apa
yang bisa kita petik dari sikap dan kata-kata St. Laurensius ini? Yakni bahwa
bagi St. Laurensius, pribadi MANUSIAlah yang terpenting. Tidak penting apakah ia tampan, cantik atau jelek; apakah
warna kulitnya: putih, kuning atau hitam; apakah ia kaya miskin, dlsb. Nilai
pribadi manusia melebihi segala-galanya, bahkan merupakan kekayaan Gereja yang
paling bernilai. Karena itu St. Laurensius sangat mengasihi orang-orang itu, ia
bisa melihat wajah Allah dalam diri orang-orang miskin, cacat dan
terlantar.
Sikap dan
semangat hidup St. Laurensius ini, tentu berpedoman pada semangat dan teladan
hidup Yesus sendiri, yang memang menginginkan supaya para murid-Nya hidup dalam
kasih. Dalam bacaan Injil tadi, Yesus bersabda: “Perintah baru kuberikan kepadamu, yaitu supaya kamu saling menaruh
cinta kasih sama seperti Aku mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling
mengasihi”. Sejauh dikatakan bahwa kita harus mengasihi Allah, sesungguhnya
tidak ada hal yang baru. Perjanjian Lama juga mengajarkan demikian. Lalu, apa
yang baru dalam perinah ini? Yang baru
yakni: ukuran cinta kasih itu.
Ukurannya adalah: cinta Tuhan sendiri. Kita
harus mencintai Allah sebanyak Allah mencintai kita; kita
harus mencintai Yesus sebanyak Yesus mencintai kita. “Supaya kamu
saling mengasihi sebagaimana Aku telah mengasihi kamu”. Itulah ukuran
sekaligus kekhasan cinta orang Kristen. kita mesti mencintai orang
lain, sebagaimana Tuhan telah mencintai kita
Para saudara,
Hidup
saling mengasihi, juga ditegaskan oleh Paulus dan Barnabas, dalam bacaan I
tadi, ketika melakukan perjalanan
pertama ke Listra, Ikonium dan Antiokia.
Di ketiga daerah ini sangat hebat penghambatan dan penganiayaan terhadap Gereja
yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Paulus dan Barnabas,
meneguhkan iman mereka, dan mengajak supaya mereka hidup saling mengasihi dan hidup dalam
persaudaraan. Hanya dengan cara demikian, mereka akan tetap bertahan dalam
penderitaan dan penganiayaan itu. Jadi menurut pengalaman Paulus dan Barnabas,
hidup dalam persaudaraan dan saling mengasihi, merupakan kekuatan yang dahsyat
dalam melawan musuh, dan lebih dari itu, membuat kita selalu teguh dalam iman
kepercayaan kita.
Cinta
kasih merupakan hukum terbesar dalam agama Kristen: cinta terhadap Tuhan dan
cinta terhadap sesama. Cinta terhadap Tuhan mesti dinyatakan dalam cinta
terhadap sesama. Kita mencintai Tuhan dan sesama karena Tuhan sudah terlebih
dahulu mencintai kita melalui pengutusan Sang Putra ke dunia yang telah
memberikan hidupnya untuk kita. Cinta itulah yang telah menjiwai Gereja; yang telah menginspirasi para rasul, jemaat
perdana, para kudus, para martir, termasuk St. Laurentius. Kita berharap,
semoga cinta itu, juga bisa menginspirasi kita, dalam mencintai Tuhan dan
sesama. Amen (Sibolga/Katedral/Mela/28-04-2013/Sam Gulô).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar