Minggu, 18 Agustus 2013

MELEMPARKAN API KE BUMI



Hari Minggu Biasa XX – Tahun C

Para Saudara,
Bpk Hernandes, sebelum menjadi pengikut Yesus, hobinya keluar rumah dan suka mabuk-mabukkan bersama dengan teman-temannya. Pulang ke rumah biasanya lewat tengah malam, dalam keadaan tenggen. Kalau istrinya terlambat membukakan pintu,         Bpk Hernandes sudah memaki atau bahkan main pukul. Bukan hanya itu, Bpk Hernandes juga suka ke tempat pelacuran. Istri dan anak-anaknya tahu  akan hal itu, tetapi karena takut, maka mereka diam saja.
Suatu hari, Bpk Hernandes, tiba-tiba mengajak istri dan anak-anaknya masuk Katolik. Bagi sang istri tidak apa-apa, yang penting suaminya bisa bertobat. Setelah menjadi katolik memang terjadi perubahan besar dalam diri Bpk Hernandes: ia tidak suka keluar rumah pada malam hari lagi, tidak suka mabuk-mabukkan dan tidak suka ke tempat pelacuran. Tapi godaan segera datang dari teman-temannya. Jika diajak minum-minuman atau ‘jajan’ oleh teman-temannya, hatinya bergolak tidak tenang lagi. Ia merasakan seakan ada pertentangan dari dalam bathinnya: mengikuti Yesus atau kembali ke masa lalu. Dan akhirnya ia memang berhasil, tetap setia mengukuti Yesus.


Para Saudara,
            Bacaan I tadi mengisahkan pengalaman pahit nabi Yeremia. Yeremia tidak mau mengikuti jalan nabi-nabi palsu  yakni dengan menyenangkan hati raja dan para penguasa. Yeremia tidak gentar meneriakkan apa yang sesungguhnya dibisikkan  Allah ke telinganya. Akibatnya Yeremia dimasukkan dalam perigi atau sumur lumpur. Untung saja ada Ebed-Melekh, orang Etiopia, yang membawa keluar Yeremia sebelum mati kelaparan di situ. Hal ini menjadi petunjuk bahwa siapa saja yang mau menegakkan jalan Allah secara konsekwen akan mengalami perlawanan hebat.
            Dan ini sudah dikatakan dengan sangat tegas oleh Yesus dalam bacaan Injil tadi: “Aku datang bukannya membawa damai, melainkan pertentangan”. Yesus memang telah membawa pertentangan itu. Ia bentrok dengan para penguasa, para pejabat agama dan orang-orang yang menentang nilai-nilai Kerajaan Allah. Dan siapa pun yang meneruskan cita-cita Kerajaan Allah, akan mengalami hal yang sama. Konon kabarnya: ada satu keluarga, istri beragama Katolik, suami beragama lain. Pada awalnya, sang suami tidak keberatan ketika istrinya memasang salib di rumah. Tetapi lama-kelamaan sang suami mulai keberatan, “Jika kamu tidak segera menyingkirkan salib-salib di rumah ini, maka saya akan menyuruh kamu keluar dari rumah ini”, kata suami kepada istrinya. Maka benar: ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya; ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya; ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu melawan ibu mertuanya.

Para Saudara,
            Firman Tuhan pada hari ini mengajak kita bertekun berjuang, supaya cita-cita Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus, bisa diwujudnyatakan dalam hidup: kini dan di sini. Para pengikut Yesus tidak boleh gampang menyerah kepada kejahatan dunia ini, yang menentang jalan Tuhan. Jalan kekerasan, seperti yang sering ditempuh oleh kelompok-kelompok garis keras/radikal, harus dihindari. Tetapi jika situasi menuntut, yang memaksa kita harus melakukan hal itu, kita tidak boleh lari, seperti teladan hidup para nabi, seperti Yeremia, dan terlebih seperti Yesus sendiri. Itulah konsekuensi jati diri kita sebagai pengikut Yesus.
            Marilah kita bersenjatakan kasih. Kita melawan kejahatan dan kelaliman dengan perbuatan-perbuatan kasih; membangun sikap solider dan peduli pada sesama; mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Itulah spiritualitas murid-murid Yesus, yang harus selalu dibangun dalam diri kita ( Sibolga/Sarudik/18-08-2013 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar