Minggu, 08 Juni 2014

W A R I S A N B A B E L


                                                       Hari Minggu Pentakosta – Tahun A

Para Saudara,
            Seorang ahli sosiologi yang paling berpengaruh dewasa ini, Anthony Giddens, dalam salah satu bukunya, ia mengatakan: “Dunia kita sekarang ini sedang berada dalam keadaan lepas kendali”. Dunia yang lepas kendali itu terjadi akibat pengaruh globalisasi, yang sering memunculkan inmplikasi-implikasi negatif, karena kita belum siap betul menerimanya. Situasi ini, semakin diperparah oleh badai krisis yang melanda bangsa kita. Tahun 2014 ini disebut juga sebagai tahun politik. Kita baru saja melewati pileg dan sebentar lagi Pilpres, pada 09 Juli mendatang. Pertarungan antara kubu Prabowo dan Jokowi semakin memanas. Saling memfitnah dan menjelek-jelekkan, sudah merupakan menu harian.  Orang-orang yang kita anggap sebagai tokoh, justru  sering membuat statement yang memecah-belah.
Dalam beberapa hari terakhir ini, ada 2 penyerangan terhadap Gereja. Hari Kamis, 29 Mei lalu, dialami oleh umat Katolik yang sedang khusuk berdoa Rosario, tiba-tiba mereka diserang oleh sekelompok orang. Dan pada hari Minggu lalu, 1 Juni lalu, dialami oleh salah satu denominasi Gereja Protestan, beberapa orang merusak Gereja dan rumah pendeta. Ini hanya sekelumit dari sekian rentetan peristiwa yang mencederai  kesatuan kita sebagai anak bangsa. Dengan demikian, apa yang sudah diprediksi oleh Anthony Giddens, sudah menjadi kenyataan.


Para Saudara,
            Sebetulnya, bibit-bibit perpecahan, kesombongan dan kekerasan, sudah sejak dahulu tertanam pada diri manusia. Kota Babel, tercerai-beraikan karena kesombongan manusia, yang ingin menyaingi manuisia.  Maka Tuhan mencerai-beraikan mereka, bahasa mereka dikacaukan, sehingga mereka menjadi tidak saling mengerti satu sama lain. Sejarah Babel, merupakan sejarah kekacauan manusia.
            Tetapi pertikaian dan perpecahan tidak berlangsung lama. Turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, seperti dikisahkan dalam bacaan I tadi, merupakan suatu landasan baru, dimana manusia menjadi saling mengerti, meskipun mereka berasal dari daerah berbeda. Mengapa mereka saling mengerti?  Karena mereka  memakai bahasa yang SATU dan SAMA, yakni bahasa cinta. Cinta itu:  mempersatukan,  menghilangkan sekat-sekat, garis pemisah antar-kelompok dan golongan.

Para Saudara,
            Sejak peristiwa  Pentakosta, dalam waktu singkat, pewartaan tentang Kerajaan Allah, kerajaan Cinta, menyebar di mana-mana, yang dikobarkan oleh para rasul dan para murid. Dan buah-buah karya Roh Kudus itu, bisa kita lihat gejala-gejalanya dalam berbagai peristiwa:
o   Dimana ada cinta, dimana ada damai dan keadilan, di situlah Roh Kudus hadir dan berkarya;
o   Tak kala ada orang yang berani memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan moral,  itu merupakan karya Roh Kudus;
o   Tak kala ada sikap saling mengerti, saling menolong, saling berbagi, mau  berdamai dengan sesama  dlsb, itu merupakan karya Roh Kudus.
            Semoga peristiwa Pentakosta, yang kita rayakan hari ini, suatu kesempatan baik bagi kita untuk lebih menyadari bahwa, walaupun kita berbeda-beda, tetapi berkat Pembaptisan, kita menjadi satu tubuh dalam satu roh, begitu bahasa rasul Paulus dalam bacaan II tadi.  Karena itu, kita memiliki missi yang sama, yakni:  menjadi DUTA CINTA. Pada hari ini, dengan penyertaan Roh Kudus, Yesus mengutus kita: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga  sekarang Aku mengutus kamu”. Missi pewartaan ini, hanya bisa berhasil, kalau kita memiliki bahasa yang satu dan sama, yakni: bahasa roh atau bahasa cinta, sehingga kita saling mengerti dan saling memahami. Inilah makna terdalam dari Pentakosta itu. (Katedral: Sarudik/08 Juni/P. Sam Gulô).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar