Hari Minggu
Biasa XX – Tahun C
Para Saudara,
Bpk Hernandes, sebelum menjadi pengikut Yesus, hobinya
keluar rumah dan suka mabuk-mabukkan bersama dengan teman-temannya. Pulang ke
rumah biasanya lewat tengah malam, dalam keadaan tenggen. Kalau istrinya terlambat membukakan pintu, Bpk Hernandes sudah memaki atau bahkan
main pukul. Bukan hanya itu, Bpk Hernandes juga suka ke tempat pelacuran. Istri
dan anak-anaknya tahu akan hal itu,
tetapi karena takut, maka mereka diam saja.
Suatu hari, Bpk Hernandes, tiba-tiba mengajak istri
dan anak-anaknya masuk Katolik. Bagi sang istri tidak apa-apa, yang penting suaminya
bisa bertobat. Setelah menjadi katolik memang terjadi perubahan besar dalam
diri Bpk Hernandes: ia tidak suka keluar rumah pada malam hari lagi, tidak suka
mabuk-mabukkan dan tidak suka ke tempat pelacuran. Tapi godaan segera
datang dari teman-temannya. Jika diajak minum-minuman atau ‘jajan’ oleh
teman-temannya, hatinya bergolak tidak tenang lagi. Ia merasakan seakan ada
pertentangan dari dalam bathinnya: mengikuti Yesus atau kembali ke masa lalu.
Dan akhirnya ia memang berhasil, tetap setia mengukuti Yesus.
Para Saudara,
Bacaan
I tadi mengisahkan pengalaman pahit nabi Yeremia. Yeremia tidak mau mengikuti
jalan nabi-nabi palsu yakni dengan
menyenangkan hati raja dan para penguasa. Yeremia tidak gentar meneriakkan apa
yang sesungguhnya dibisikkan Allah ke
telinganya. Akibatnya Yeremia dimasukkan dalam perigi atau sumur lumpur. Untung
saja ada Ebed-Melekh, orang Etiopia, yang membawa keluar Yeremia sebelum mati
kelaparan di situ. Hal ini menjadi petunjuk bahwa siapa saja yang mau
menegakkan jalan Allah secara konsekwen akan mengalami perlawanan hebat.
Dan ini sudah dikatakan dengan
sangat tegas oleh Yesus dalam bacaan Injil tadi:
“Aku datang bukannya membawa damai,
melainkan pertentangan”. Yesus memang telah membawa pertentangan
itu. Ia bentrok dengan para penguasa, para pejabat agama dan orang-orang yang
menentang nilai-nilai Kerajaan Allah. Dan siapa pun yang meneruskan cita-cita
Kerajaan Allah, akan mengalami hal yang sama. Konon kabarnya: ada satu keluarga, istri beragama Katolik,
suami beragama lain. Pada awalnya, sang suami tidak keberatan ketika istrinya
memasang salib di rumah. Tetapi lama-kelamaan sang suami mulai keberatan, “Jika
kamu tidak segera menyingkirkan salib-salib di rumah ini, maka saya akan
menyuruh kamu keluar dari rumah ini”,
kata suami kepada istrinya. Maka benar: ayah melawan anaknya laki-laki dan anak
laki-laki melawan ayahnya; ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan
melawan ibunya; ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu melawan ibu
mertuanya.
Para Saudara,
Firman
Tuhan pada hari ini mengajak kita bertekun berjuang, supaya cita-cita Kerajaan
Allah yang diwartakan oleh Yesus, bisa diwujudnyatakan dalam hidup: kini dan di
sini. Para pengikut Yesus tidak boleh gampang menyerah kepada kejahatan dunia
ini, yang menentang jalan Tuhan. Jalan kekerasan, seperti yang sering ditempuh
oleh kelompok-kelompok garis keras/radikal, harus dihindari. Tetapi jika
situasi menuntut, yang memaksa kita harus melakukan hal itu, kita tidak boleh
lari, seperti teladan hidup para nabi, seperti Yeremia, dan terlebih seperti
Yesus sendiri. Itulah konsekuensi jati diri kita sebagai pengikut Yesus.
Marilah
kita bersenjatakan kasih. Kita melawan kejahatan dan kelaliman dengan
perbuatan-perbuatan kasih; membangun sikap solider dan peduli pada sesama;
mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi. Itulah
spiritualitas murid-murid Yesus, yang harus selalu dibangun dalam diri kita (
Sibolga/Sarudik/18-08-2013 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar