Minggu, 04 Agustus 2013

MENGELOLA HARTA BENDA



Hari Minggu Biasa XVIII, Tahun C

Para Saudara,
Kita pernah mendengar nama Max Weber; tokoh ilmu sosiologi modern, yang mana pikiran-pikirannya tetap menjadi acuan dewasa ini, khususnya menyangkut teori-teori ilmu sosial. Salah satu gagasannya yang amat terkenal adalah teori terjadinya perubahan rasionalitas manusia. Menurut Max Weber, ada 3 lapisan perkembangan manusia, yakni:              1). masyarakat tradisional, 2). masyarakat berkembang dan 3). masyarakat modern. Menuru Max Weber, Masyarakat tradisional, level yang terendah, sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau magis, ilmu hitam, jimat-jimat, penyembahan roh leluhur, pelet, dlsb.
Masyarakat berkembang, level kedua, ditandai dengan ketertarikan pada ritus-ritus agama, lalu sangat menggilai hasil-hasil teknologi dari Negara-negara maju. Kita berada di level ini, maka benar alat-alat teknologi canggih seperti: handphone, computer, tv, dlsb, sangat memikat kita. Handphone misalnya, lebih sebagai gaya hidup daripada sebagai kebutuhan. Dengan demikian, negara berkembang menjadi lahan subur bagi hasil teknologi Negara-negara maju. Sedangkan pada masyarakat modern, level yang terakhir, sangat dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan sekularisme. Ini terjadi di Negara-negara Eropa. Pada masyarakat modern, ketika ilmu pengetahuan menjadi sistim kepercayaan yang dominan, maka pesona magis dan agama menjadi hilang.

Para Saudara,
Kita  adalah masyarakat berkembang. Dan menurut tesis Max Weber, kita adalah penikmat benda-benda dan alat-alat teknologi negara maju.  Kalau kita memiliki itu karena kebutuhan, tentu tidak masalah. Tetapi kalau hanya sekedar mode, dan ikut arus perubahan, itu namanya penjajahan iptek atas otonomi manusia; atau penjajahan harta benda atas hidup manusia.  Inilah yang dikritik Yesus pada orang kaya dalam Injil hari ini: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu”.
Kitab Pengkotbah, dalam bacaan I tadi, mengingatkan kita bahwa segala sesuatu adalah sia-sia. Mengapa? Karena segala sesuatu yang kita kerjakan dengan susah payah mau tidak mau akan kita wariskan kepada orang lain di saat ajal kita telah tiba. Dan kita tidak tahu sama sekali apakah usaha yang sudah kita mulai itu akan diteruskan atau tidak. Itu sungguh di luar kuasa kita. Kata-kata kitab Pengkotbah ini, mau mengatakan bahwa harta benda atau kekayaan kita di dunia ini sifatnya relatif, terbatas dan tidak membawa kita pada keabadian. Karena itu, kita harus bisa mengambil jarak terhadapnya, jangan berlaku tamak dan jangan kita mabuk atau dikuasai olehnya. Paulus, dalam bacaan II tadi, mengingatkan, bahwa kita ini telah dibangkitkan bersama dengan Kristus, karena itu yang kita pikirkan adalah perkara di atas, bukan yang di bumi. 

Para Saudara,
            Pertanyaan kita adalah: bukankah hati dan pikiran kita sehari-hari lebih banyak untuk  memikirkan pekerjaan dan harta kita? Dan tampaknya kita tidak bisa lari dari kenyataan ini. Yang perlu kita waspadai adalah kata-kata dari Max Weber tadi, bahwa ketika ilmu pengetahuan menjadi sistim kepercayaan yang dominan, pesona agama  menjadi hilang. Itulah fenomena sekarang di negara-negara maju atau Eropah: banyak Gereja megah yang dibangun pada abad pertengahan, kini menjadi tempat wisata, karena tidak ada umat yang bergereja. Hari Minggu menjadi hari untuk libur, rekreasi, pesta keluarga, bersenang-senang, dlsb. Itulah situasi masyarakat yang sudah dikuasai oleh iptek dan sekularisme.
Tentu kita tidak mau jatuh dalam situasi seperti itu. Bagi kita umat beriman, harta benda itu sifatnya relatif karena memang pada saatnya akan berlalu dan sia-sia.  Maka marilah kita berusaha menjadi kaya di hadapan Tuhan. Kaya di hadapan Tuhan, dilukiskan dengan baik oleh rasul Paulus, dalam bacaan II tadi, “…Kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar…”. ( Sibolga / Katedral / 04-08-2013 / Sam ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar