Hari Minggu Paskah V, Tahun B
Para
saudara
Barangkali,
Anda adalah salah seorang yang suka bersih-bersih. Suatu sore, anda berencana
mau membersihkan sebatang pohon di halaman rumah, katakanlah pohon mangga atau
pohon yang lain, supaya tampak lebih indah dan berbuah banyak. Dari kejauhan, anda
melihat hanya beberapa ranting saja yang agak layu dan kering.
Tetapi
setelah anda dekat dan menjelajahi dari cabang ke cabang dan dari ranting ke
ranting, anda sendiri menjadi sangat heran, karena menemukan bahwa hampir di
sekujur pohon, terdapat ranting dan bahkan cabang yang sudah mati.
Ranting-ranting dan cabang-cabang itu harus dipangkas, selain untuk
membersihkan, juga agar pohon tersebut bisa bertumbuh lebih sehat sehingga menghasilkan
buah yang lebih banyak.
Para
saudara,
Hidup
kita ibarat “sebatang pohon”. Tepatlah
apa yang disabdakan Yesus kepada para murid-Nya tadi, “Akulah pokok anggur dan
kamulah ranting-rantingnya”. Kitalah ranting-ranting itu, yang –tidak boleh tidak- harus bersatu, harus
bersandar dan bergantung pada Yesus, Sang Pokok kehidupan kita. Kalau pada
suatu saat, kita mencoba melihat dan merefleksikan diri kita secara serius, kita akan heran seperti orang yang
membersihkan pohon mangga di halaman rumahnya tadi, karena tampak bahwa
sebetulnya begitu banyak cabang dan ranting kering dalam pohon kehidupan kita yang perlu
dibersihkan dan dibuang.
Kita
tentu heran dan bertanya: mengapa seperti itu? Bisa terjadi karena orang sudah
lupa pada sandarannya dan pada pokoknya, yakni Kristus. Kalau kita melihat dan
mengamati sikap orang-orang di sekeliling kita dewasa ini, tampak bahwa yang
menjadi pokok kehidupan mereka adalah: harta benda, pangkat, kedudukan, dlsb.
Tentu hal-hal ini semua tidaklah haram. Akan tetapi, kalau orang menjadikan hal
ini sebagai yang mutlak dalam dirinya, di situ Yesus menjadi tersingkir dan
tidak mendapat tempat dalam diri kita.
Dan, dalam arti itulah, berlaku kata-kata Yesus: “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar, karena
tidak berbuah”.
Para
saudara,
Kadang
oleh cahaya gemerlapnya dunia ini, kita tidak sanggup lagi melihat secara benar
siapa diri kita; mata kita menjadi silau untuk mencari ranting-raanting yang
sudah mulai layu dan bahkan sudah mati. Dalam situasi seperti itu, kita harus
berperan seperti orang yang membersihkan pohon mangga tadi; mata hati kita
harus sanggup menjelajah lembaran dan lorong-lorong kehidupan kita untuk
memeriksa, membongkar, membersihkan dan membuang yang kotor agar tidak merusak
keutuhan hidup kita maupun sesama.
Pertanyaan
kita adalah: apa yang harus kita buat, supaya kita menjadi ranting-ranting hidup
dan menghasilkan buah? Yang perlu kita
buat adalah:
1. Menjadikan
Yesus sebagai satu-satunya sumber/dasar hidup kita. Ibarat sebuah sungai akan menjadi kering kalau
tidak mendapat air dari sumbernya. Begitu pula, tanpa Yesus, hidup kita terasa
kosong, hampa dan tidak bermakna, “Di
luar Aku, kamu tidak dapat berbuah apa-apa”, sabda Tuhan tadi.
2. Kita, sebagai
ranting-ranting yang berbeda-beda, disatukan dalam Yesus, sebagai satu
keluarga, satu kawanan dan satu komunitas persaudaraan. Dan justru karena kita
sebagai satu keluarga, diharapkan masing-masing punya kewajiban untuk
memperindah diri dan kelompok, supaya
berbuah lebih banyak.
Inilah yang
dimaksud oleh Yohanes dalam bacaan II tadi, “… marilah kita menaruh cinta, bukan dengan perkataan dan lidah, tetapi
dengan perbuatan. Inilah perintah Allah pada kita, supaya kita percaya akan
Yesus, dan juga supaya kita saling mengasihi. Barangsiapa menuruti segala
perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia”.
Para saudara,
Akhirnya,
sebagai ranting-ranting, Tuhan Yesus membutuhkan kita. Ia membutuhkan ranting-ranting tangan kita untuk
membagikan kasih-Nya; Ia membutuhkan ranting2
kaki kita untuk bergegas pergi mewartakan kebaikan-Nya. Ia mbembutuhkan ranting mata kita untuk peka melihat
penderitaan sesama; Ia membutuhkan ranting
telinga kita untuk mendengar keluh kesah sesama; Ia membutuhkan ranting hati kita supaya punya rasa
empati dan peduli dengan sesama. Inilah semua buah-buah dari kebangkitan yang
mesti kita bagikan kepada dunia. Amen (Katedral / P.Sam
GulĂ´/06-05-2012). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar