Hari Minggu
Biasa XI Tahun B
Para saudara,
Puluhan tahun silam, ketika mendiang Paus Yohanes
Paulus II, berkunjung ke Korea Selatan, dalam rangka Misa Agung Kanonisasi 103
martir Korea, ada peristiwa yang sangat istimewa dan langka. Pada waktu itu, sepasang suami istri
maju mendekati Bapa Suci, membawa persembahan sepasang burung merpati putih
sambil membawa bayi mereka, dalam pakaian tradisional Korea. Sambil menitikkan
air mata haru, sang ibu dengan lembut
menempatkan bayinya itu ke pangkuan Bapa Suci. Sri Paus mengangkat anak
itu, mendekapkannya ke wajahnya, lalu dengan penuh kebapaan mencium pipi bayi itu.
Sang
bayi sama sekali tidak menyadari peristiwa apa yang terjadi, ia sedang tertidur
pulas. Ia tidak sadar bahwa ia menerima
kehormatan istimewa dan langka. Istimewa dan langka karena dialah satu-satunya,
diantara jutaan bayi di seluruh dunia
saat itu, yang seusia dengan dia, boleh menerima kecupan dan ciuman dari Sri
Paus. Peristiwa itu direkam dan diabadikan oleh ratusan kamera, televisi dan
video.
Para saudara,
Bacaan Injil pada hari ini berbicara tentang Kerajaan
Allah. Kita tahu bahwa perihal Kerajaan Allah, merupakan sesuatu yang misteri, hanya bisa dipahamai dengan
lambang-lambang, simbl-simbol dan perumpamaan-perumpamaan. Yesus sendiri
sebagai seorang yang sangat pandai mengajar, ketika Dia menerangkan apa itu
Kerajaan Allah, Ia memakai perumpamaan. Ia berkata: Kerajaan Allah itu seumpama
seorang penabur benih dan; Kerajaan
Allah itu seperti biji sesawi.
Seperti seorang penabur benih, tidak tahu bagaimana tumbuhnya benih itu, tetapi
tahu-tahu ia tumbuh, bertunas dan menjadi besar serta menghasilkan buah. Demikian
pula halnya dengan biji sesawi: pada mulanya biji yang sangat kecil, tetapi
setelah bertumbuh dan menjadi besar, burung-burung pun dapat bersarang di
atasnya. Babagimana proses bertumbuh benih atau biji itu, dari kecil menjadi
besar, tidak diketahui oleh sang penabus itu.
Kurang
lebih seperti itu juga apa yang dialami oleh sang bayi tadi: ia tidak menyadari
peristiwa apa yang sedang terjadi, mungking suatu saat kalau ia membolak-balik
album foto peristiwa itu, ia antara percaya dan tidak, tapi peristiwa itu
sendiri adalah nyata, disaksikan oleh orang tuanya, ratusan wartawan dan
terekam dalam foto-foto dan media elektronik lain.
Para saudara,
Ini
berbicara tentang iman kita sendiri. Iman kita kepada Tuhan, awalnya juga
seperti kisah seorang penabur benih, seperti biji sesawi atau seperti penghalaman
sang bayi tadi Korea Selatan. Pada awalnya
kita tidak mengenal Tuhan atau baru berkenalan dengan Dia. Tetapi dalam
perjalanan hidup, bila iman kita kembangkan, maka pelan-pelan akan menjadi kuat
dan menghasilkan buah iman yang menakjubkan. Hubungan kita dengan Tuhan yang
awalnya belum jelas, tetapi bila terus
dipupuk dan dipelihara, maka akan
berkembang dan suatu saat kita akan merasakan
dan menikmati buahnya.
Maka
yang penting dalam perkembangan iman seperti itu adalah bahwa kita terus
memupuk dan memeliharanya. Pupuknya tentu bukan pupuk urea, bukan pupuk organik
atau an-organik, tetapi usaha keras kita untuk terus-menerus mau bekerja sama dengan rahmat Tuhan, mau diubah oleh-Nya.
Para saudara,
Dulu ketika saya masih kuliah di seminari tinggi, atau
frater, saya mempunyai kesulitan untuk berbicara di hadapan umum, saya seorang pemalu,
hampir-hampir saya mundur dan tidak mau meneruskan lagi panggilan saya. Saya menyadari bahwa menjadi pastor harus
berkotbah, berpidato, mengajar, dlsb. Kalau tidak punya keberanian berdiri di
hadapan umum, bagaimana bisa menjadi pastor? Tetapi atas bimbingan para dosen dan staf seminari, saya latihan terus
dan terus berlatih, kadang di depan cermin, atau di kamar pura-pura berbicara
di depan massa, dan al hasil setelah menjadi pastor, masalah itu sudah bisa
teratasi, sehingga saya bisa berdiri dan berbicara di hadapan anda, seperti
sekarang ini.
Pada
hari ini kita melantik dan memberkati para pengurus Lingkungan Sibolga Julu.
Beberapa di antara mereka berkeluh-kesah: pengetahuan kekatolikan masih minim,
tidak biasa membawa renungan, dlsb. Saya katakana: tak usah sangsi, ini proyek
Kerajaan Allah. Kalau anda tekun dan sabar untuk berlatih dan terus berlatih,
serta mau belajar, membaca buku dan mengikuti pertemuan, Roh Kudus akan bekerja
dengan sendirinya.
Demikian
juga halnya kita semua, ketekunan untuk terus memupuk dan memelihara iman kita.
dari hari ke hari adalah penting untuk pertumbuhan iman itu sendiri. Doa yang
tekun sambil membiarkan diri dipimpin oleh Roh, akan menjadi pupuk penyegar pertumbuhan
iman kita. Kita tidak tahu cara kerjanya, karena ini proyek Roh Kudus,
proyek Kerajaan Allah. (Katedral/P. Sam GulĂ´/17-06-2012).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar