Hari
Minggu Tubuh dan Darah Kristus, Tahun B
Para saudara,
Ada
sebuah filem berjudul” PENGORBANAN”. Filem ini mengisahkan seorang bapak yang
bernama Raja dan seorang anak angkatnya bernama Sedek. Sudah 30 tahun bapak
Raja menikah dgn istrinya, akan tetapi belum dikaruniai anak. Karena itu, ia mengangkat Sedek ini jadi anaknya, anak keponakannya. Pada umur
17 tahun, Sedek mulai mengidap
beberapa jenis penyakit. Pertama
sekali: sakit mata sehingga menjadi buta. Dokter rumah sakit mengatakan, matanya bisa normal kembali dengan cara
dioperasi jika ada orang lain yang
memberi matanya. Bapak Raja tadi berkata,
jika anak saya bisa sembuh maka saya
merelakan mata saya yang satu. Dengan operasi tadi maka Sedek, bisa melihat
kembali, sementara pak Raja tinggal dengan satu mata.
Satu tahun setelah itu, Sedek menderita penyakit lain yakni sakit ginjal. Dokter mengatakan, dia bisa hidup asal
dioperasi dan diganti dengan ginjal orang lain. Pak Raja tadi mengatakan,
“Kurelakan ginjal saya yang satu jika
dia bisa hidup”. Dengan satu buah ginjal maka Sedek bisa hidup. Tiga tahun setelah itu, Sedek kembali menderita penyakit lain lagi yakni: leukemia atau kanker darah. Dokter mengatakan, dia bisa hidup tapi harus dibuang
semua darahnya karena sudah kotor dan diganti dengan darah orang lain. Pak Raja mengatakan, “Kalau begitu, saya relakan darah saya, asal dengan itu anak saya bisa
hidup”. Akhir kata, setelah darah bapak
itu disedot, iapun meninggal akan tetapi anaknya hidup.
Para
saudara,
Hari Minggu ini adalah Hari Raya Tubuh
dan Darah Kristus. Pada hari ini, dijelaskan kepada kita apa makna perayaan
Tubuh dan Darah Tuhan. Maknanya yakni: mengingatkan kita semua bahwa Kristus
telah merelakan dan mengorbankan hidup-Nya untuk kita melalui misteri salib. Ia mengorbankan tubuh-Nya menjadi santapan kita
dan darah-Nya menjadi minuman, yang menyucikan kita dari dosa.
Dalam
bacaan I tadi, kita mendengar bagaimana orang Yahudi menyiapkan pesta paskah, yakni mereka
mendirikan satu buah mezbah tempat kurban bakaran kepada Tuhan. Lalu mereka memotong satu ekor lembu jantan,
sebagai kurban keselamatan kepada Tuhan. Darah lembu itu tidak diminum tetapi
digunakan untuk memerciki orang banyak. Darah itu menjadi darah perjanjian yang
diikat Allah dengan umat-Nya.
Tradisi
paskah Yahudi
ini, telah dibaharui oleh Yesus. Dalam bacaan II tadi, dijelaskan bahwa bukan
lagi darah domba dan darah lembu yang menyucikan kita, tetapi darah Yesus sendiri, yang menyucikan
hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat
beribadat kepada Allah yang hidup.
Para saudara,
Dalam
bacaan Injil tadi, dikisahkan bagaimana Yesus bersama dengan para murid menyiapkan perayaan Paskah. Kita dengar tadi, Yesus menyuruh para
murid-Nya untuk mempersipkan apa-apa yang diperlukan pada pesta paskah itu.
Ketika mereka sudah berkumpul di salah satu ruangan, Yesus mengambil roti,
mengucap berkat, membagi-bagi dan memberikannya kepada para murid-Nya seraya
berkata, “Ambillah, inilah Tubuh-Ku!”. Sesudah itu Dia mengambil cawan,
mengucap syukur dan memberikannya kepada para murid, seraya berkata, “Inilah Darah-Ku, darah Perjanjian, yang
ditumpahkan bagi banyak orang!”.
Tubuh
dan Darah Kristus, yang kita santap pada saat kurban misa, adalah Kristus
sendiri, yang memberikan hidup-Nya untuk keselamatan kita. Inilah yang menjadi inti dan makna perayaan
ekaristi. Mirip dengan kisah bapak Raja
tadi, sampai 3 kali dia merelakan bagian
penting dari tubuhnya demi hidup anaknya: mata, ginjal dan darahnya, akhirnya dia sendiri mati,
tetapi anaknya hidup.
Para saudara,
Hari
ini, kita merayakan kurban misa. Jelas bagi kita: yang kita santap bukan roti
dan anggur, tetapi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Kristus yang memberikan
hidup-Nya sendiri bagi kita. Karena itu, semoga dengan perayaan ini, semakin
menumbuhkan rasa cinta kita akan Ekaristi, sebab melalui ekaristi, menjadi nyata
bagi kita bahwa Kristus telah memberikan hidup-Nya untuk kita, demi keselamatan
kita. Amen. (Karedral / P.Sam Gulô/10-06-2012). ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar