Hari Paskah VI Tahun C
Para Saudara,
Ada 2
situasi yang mewarnai masyarakat internasional, yakni: perang dan damai. Kita
kadang mendengar: antara negara A dan negara B ada perang; antara negara C dan
D ada damai. Tentu saja kita
menginginkan supaya yang ada adalah damai. Tetapi damai antara 2 negara, tidak
berarti bahwa ke-2-nya saling mencintai, seperti dalam bahasa kitab suci. Damai
masyarakat internasional pada umumnya berdasarkan atas 2 sebab, yakni: 1). karena saling membutuhkan, dan 2). karena sama-sama takut.
Misalnya:
antara Indonesia dan Jepang, ada damai. Alasannya karena antar kedua negara
saling membutuhan. Indonesia membutuhkan
dari Jepang, seperti: Honda, mobil, radio, tv, dlsb; sedangkan Jepang
membutuhkan dari Indonesia, misalnya: minyak, kayu serta bahan-bahan mentah
lainnya. Maka damai menguntungkan kedua belah pihak. Contoh
lain: Amerika dan Rusia juga dalam keadaan damai, alasan sebetulnya adalah
karena sama-sama takut. Baik Amerika
maupun Rusia, tahu bahwa lawannya mempunyai begitu banyak senjata, sehingga
kalau ada perang, ke-2-nya akan hancur. Karena itu, lebih baik damai saja. Jadi
perasaan takut sama lain dan rasa saling membutuhkan, sering menjadi alasan
adanya damai di dunia ini.
Para Saudara,
Sebelum
naik ke surga, Yesus dalam kata perpisahannya, menasehati para rasul-Nya
sekaligus menjanjikan mereka damai-Nya. Tetapi, damai yang ditinggalkan Yesus,
sangat berbeda dengan damai yang diberikan oleh dunia ini. Dikatakan dalam
Injil tadi: “Damai sejahtera
Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan padamu, dan apa yang
Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”. Jadi damai Yesus, tidak berdasarkan rasa takut
atau saling membutuhkan. Damai yang dijanjikan Yesus adalah kehadiran Allah
Bapa, Putra dan Roh Kudus dalam hati setiap orang yang percaya, yang
melaksanakan perintah Allah. Barang siapa melasanakan perintah Tuhan, maka
damai sejahtera yang dijanjikan Yesus, akan tinggal dalam hatinya dan mewarnai
hidupnya setiap saat.
Dari
pengalaman, kita menyadari bahwa tidak selalu gampang menciptakan dan
mewujudkan damai. Perbedaan pendapat dan pandangan, sering menimbulkan
ketegangan dan perselisihan di antara kita dan ini menjadi ancaman serius bagi
tercipnya damai. Contoh konkrit: apa
yang dialami oleh Gereja muda di Antiokia, dalam bacaan I tadi. Di Antiokia, satu pusat Gereja muda waktu
itu, timbul suatu perbedaan pendapat yang hebat: orang Kristen Yahudi
berpendapat bahwa untuk diselamatkan, seseorang harus mengikuti baik aturan
Perjanjian Lama, maupun ajaran Yesus. Sementara orang Kristen yang bukan Yahudi
berpendapat bahwa dengan mengikuti ajaran Yesus saja, sudah cukup untuk
diselamatkan.
Tetapi
mereka segera menyadari pertengkaran ini bisa mengancam damai dan cinta kasih
yang telah diwariskan oleh Yesus. Karena
itu, dengan rendah hati, mereka menyerahkan persoalan mereka ke pihak luar,
yang dianggap bijaksana dan mempunyai roh dan semangat Yesus, yaitu para rasul
di Yerusalem. Para rasul memutuskan bahwa hanya dengan mengikuti perintah
Yesus, sudah cukup untuk diselamatkan; dengan catatan bahwa yang bukan Yahudi,
hendaknya solider dan menjaga jangan sampai perasaan pihak Yahudi tersinggung.
Para murid di Antiokia dengan senang hati menerima keputusan itu dan kembali
hidup dalam damai sebagai saudara.
Para Saudara,
Kita
pun hidup bersama dengan orang lain; apakah itu sebagai keluarga, umat
lingkungan dan sebagai umat Paroki. Pasti kita tidak terlepas dari
gesekan-gesekan dan ketidak-sesuaian pandangan. Ini adalah wajar. Yang kita waspadai adalah manakala ada
persoalan, kita mencari solusi sendiri;
kita omong sana omong sini; kirim SMS gelap, surat kaleng, dlsb.
Cara-cara seperti ini tentu tidak baik dan tidak kristiani. Satu hal harus kita
ingat: janganlah persoalan-persoalan itu sampai menguasai, melumpuhkan bahkan
mematikan kebersamaan dan persaudaraan kita. Sebaiknya kita bersikap seperti Gereja muda di Antiokia; kita
membicarakan persoalan kita secara terbuka atau menghadirkan pihak lain yang
kita yakini mempunyai roh dan semangat pemersatu. Tujuan kita bukan untuk
membenarkan pandangan kita, tetapi lebih untuk mencari kehendak Tuhan; mencari
damai Yesus, karena hanya itulah yang mampu membawa kita pada kebahagiaan dan
keselamatan kekal. Amen. (Sibolga/Katedral/05-05-2013/Sam) ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar