Minggu, 24 Juni 2012

Membawa Orang Pada Yesus


Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis, Tahun B

Para saudara,
Ada satu peristiwa. Di salah satu sekte keagamaan, pernah diadakan  acara penyembuhan. Pada permulaan, seperti biasanya, didahului dengan musik dan lagu-lagu pujian yang kadang menggelegar dan menghanyutkan, lalu disusul dengan kotbah yang berapi-api, dengan merangkai ayat-ayat kitab suci yang dicopot sana copot sini.  Terasa bahwa, pembawa acara dan si pengkotbah berusaha keras supaya massa bisa dikuasai secara psikologis,  sehingga akhirnya menganggap semua yang dikatakan oleh  si pengkotbah adalah semuanya vitamin.
Lalu sampailah pada acara yang ditunggu-tunggu, yaitu acara penyembuhan. “Kuasa Tuhan sedang terjadi sekarang, karena itu siapa saja yang sakit dan sakit apa saja datanglah ke depan, biar Yesus menjamah anda”, kata si penyembuh, mengindoktrinasi. Ia menumpangkan tangan ke atas yang sakit, dan banyak yang jatuh pingsan, kerasukan roh, begitu menurut mereka. Suasana pun terasa mencekam, orang yang tidak kuat mentalnya bisa terbawa emosi dan terhipnotis.
Pertanyaannya: apakah orang sakit benar sembuh?  Secara fisik tidak, tatapi sembuh secara psikologis, karena orang sudah dikuasai secara mental-psikologis. Mereka ringan dan damai, tetapi beberapa jam setelah itu, kembali seperti sebelumnya. Apa yang bisa kita tangkap dengan gejala ini? Si penyembuh, dan tim mereka itu,  sesungguhnya tidak membawa orang pada Yesus, dia berusaha supaya  dia menjadi bintang dan fokus dalam acara penyembuhan itu, dan bahkan cenderung bergaya selebritis.

Minggu, 17 Juni 2012

Kerajaan Allah Seperti Biji Sesawi


Hari Minggu Biasa XI Tahun B

Para saudara,
Puluhan tahun silam, ketika mendiang Paus Yohanes Paulus II, berkunjung ke Korea Selatan, dalam rangka Misa Agung Kanonisasi 103 martir Korea, ada peristiwa yang sangat istimewa dan  langka. Pada waktu itu, sepasang suami istri maju mendekati Bapa Suci, membawa persembahan sepasang burung merpati putih sambil membawa bayi mereka, dalam pakaian tradisional Korea. Sambil menitikkan air mata haru, sang ibu dengan lembut  menempatkan bayinya itu ke pangkuan Bapa Suci. Sri Paus mengangkat anak itu, mendekapkannya ke wajahnya, lalu dengan penuh  kebapaan mencium pipi bayi itu.
Sang bayi sama sekali tidak menyadari peristiwa apa yang terjadi, ia sedang tertidur pulas. Ia tidak sadar  bahwa ia menerima kehormatan istimewa dan langka. Istimewa dan langka karena dialah satu-satunya,  diantara jutaan bayi di seluruh dunia saat itu, yang seusia dengan dia, boleh menerima kecupan dan ciuman dari Sri Paus. Peristiwa itu direkam dan diabadikan oleh ratusan kamera, televisi dan video.

Minggu, 10 Juni 2012

Tubuh & Darah Kristus Sumber Hidup


Hari Minggu Tubuh dan Darah Kristus, Tahun B

Para saudara,
Ada sebuah filem berjudul” PENGORBANAN”. Filem ini mengisahkan seorang bapak yang bernama Raja dan seorang anak angkatnya bernama Sedek. Sudah 30 tahun bapak Raja menikah dgn istrinya, akan tetapi belum dikaruniai anak.  Karena itu, ia mengangkat  Sedek  ini jadi anaknya, anak keponakannya.  Pada umur  17 tahun, Sedek  mulai mengidap beberapa jenis penyakit. Pertama sekali: sakit mata sehingga menjadi buta. Dokter rumah sakit mengatakan,   matanya bisa normal kembali dengan cara dioperasi jika ada  orang lain yang memberi matanya.  Bapak Raja tadi berkata, jika anak  saya bisa sembuh maka saya merelakan mata saya yang satu. Dengan operasi tadi maka Sedek, bisa melihat kembali, sementara pak Raja tinggal dengan satu mata.
Satu tahun setelah itu, Sedek  menderita penyakit lain yakni sakit ginjal.  Dokter mengatakan, dia bisa hidup asal dioperasi dan diganti dengan ginjal orang lain. Pak Raja tadi mengatakan, “Kurelakan ginjal  saya yang satu jika dia bisa hidup”. Dengan satu buah ginjal  maka Sedek bisa hidup. Tiga tahun setelah itu, Sedek  kembali menderita penyakit lain lagi yakni: leukemia atau kanker darah.  Dokter  mengatakan, dia bisa hidup tapi harus dibuang semua darahnya karena sudah kotor dan diganti dengan darah orang lain.  Pak Raja mengatakan, “Kalau begitu,  saya relakan  darah saya, asal dengan itu anak saya bisa hidup”.  Akhir kata, setelah darah bapak itu disedot, iapun meninggal akan tetapi anaknya hidup.

Minggu, 03 Juni 2012

Misteri Allah Tritunggal Mahakudus


Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Tahun B

Para saudara,
Harian Kompas, 1 Juni 2012, pada kolom Tajuk Rencana,  menulis 1 artikel berjudul,  Pancasila Masuk Kotak.  Artikel ini ditulus dalam rangka  hari lahirnya Pancasila pada  1 Juni 1945. Sejak lahirnya Pancasila oleh Presiden I RI, Soekarno, Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi Negara dan sumber segala sumber hukum dan pilar demokrasi. Pancasila menjadi perekat bangsa karena mengakui pluralisme, keragaman dan perbedaan  yang memungkinkan seluruh komponen anak bangsa bisa hidup berdampingan secara damai.
Tetapi beberapa tahun belakangan  ini, ada kelompok-kelompok tertentu yang berusaha  menghapus  Pancasila.  Usaha mereka tampak berhasil dan bahkan bisa menekan otoritas kekuasaan. Lihat misalnya: Pancasila tidak lagi dilafalkan dalam pidato resmi, penataran dan sejenisnya, bahkan di beberapa sekolah pada saat penaikan bendera, pancasila tidak lagi diucapkan. Ini ancaman serius bagi NKRI. Maka ada benarnya tulisan redaksi harian Kompas itu bahwa, Pancasila Masuk Kotak. Kita berharap supaya Pancasila tidak benar-benar masuk kotak. Pancasila itu adalah kekayaan sekaligus kebanggaan kita.  Pancasila itu mengajak hidup bergotong-royong, memperkokoh  kesatuan, persatuan dan persaudaraan sebagai anak bangsa.