Minggu, 29 Januari 2012

Yesus Yang Menjadi Fokus Pewartaan Kita

                                                         Hari Minggu Biasa IV Tahun B

“Semua orang mengagumi cara Ia mengajar, karena Ia mengajar  sebagai orang yang berwibawa , tidak seperti ahli-ahli Taurat”

Di Swedia, ada sebuah gereja  tua yang sangat terkenal dan memiliki nilai historis.  Yang paling menarik bagi para pengunjung yakni bahwa di dalam gereja itu ada sebuah salib berukuran besar dan tampak hidup. Salib itu tergantung tepat berhadapan dengan mimbar khotbah. Para pengkhotbah dapat melihatnya, tetapi tidak kelihatan bagi umat. Ketika ditanyakan kepada pemandu tentang mengapa salib itu tersembunyi seperti itu, pemandu itu menceritakan kisah berikut.
Pada suatu hari Minggu, Raja Charles XII, mengadakan suatu kunjungan mendadak ke gereja itu. Ketika sang pengkotbah menyaksikan bahwa sang raja sedang masuk ke dalam gereja, ia menyingkirkan naksah kotbah tertulisnya dan menghabiskan waktu kotbahnya berbicara tentang keutamaan-keutamaan sang raja dan betapa banyak hal yang ia lakukan bagi rakyatnya. Beberapa hari kemudia, salib itu tiba di gereja sebagai hadiah dari raja. Bersama salib itu, dikirim sebuah surat yang berisi perintah  raja agar salib itu digantung di dinding tembok berhadapan dengan mimbar kotbah, sehingga mulai saat itu, setiap orang yang menggunakan mimbar itu untuk berkotbah, akan diingatkan pada Seseorang yang harus dikotbahkan, yakni Pribadi Yesus yang tersalib.


Para saudara,
Kisah ini mau mengatakan kepada kita bahwa inti pewartaan yang sesungguhnya adalah Pribadi Yesus sendiri yang sudah menyelamatkan kita.  Kita ingat sejenak, manakala ada KKR atau kebangunan rohani, pengkhotbah hebat, diundang  dari luar daerah bahkan dari luar negeri, yang bisa menyihir  massa dengan khotbah yang berapi-api. Tapi kadang di sini, yang diwartakan bukan Pribadi Yesus, tapi pribadi orang yang bersangkutan, kehebatannya merangkai ayat-ayat kitab suci.  Dalam situasi seperti inilah, kita bisa menterjemahkan cerita tadi, perihal salib hadiah sang raja, yang ditempatkan berhadapan dengan mimbar pengkhotbah.
Para saudara,
Dalam bacaan Injil tadi, kita mendengar ketika pada hari Sabat, Yesus masuk ke rumah ibadat dan mengajar di Kafernaum, banyak orang tertegun, kagum dan terpukau atas pengajaran Yesus, “Sungguh Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, lain dengan para ahli taurat”. Mengapa  kata2 Yesus berwibawaan dan berkuasa? Kata2 Yesus berwibawa dan berkuasa karena pengajaran-Nya mengalir dari kesatuan dan hubungan-Nya yang mesra dengan Bapa. Ia mengajar dari apa yang terima-Nya dari bapa karena Ia datang untuk melaksanakan kehendak Allah. 
Para ahli taurat, pengajaran mereka tidak berwibawa karena pengajaran mereka sesuatu yang dari luar diri mereka, bukan yang melekat pada hidup mereka, bukan pengalaman iman mereka; para pengkhotbah di KKR tidak berwibawa karena di sana lebih banyak show dan pertunjukkan dari pada nilai rohaninya; khotbah pastor di gereja tua tadi, kurang berwibawa karena ia lebih banyak memuji-muji sang raja daripada memuji-muji Tuhan sendiri.

Para saudara,
Dalam bacaan I tadi tadi, Musa berkata kepada orang-orang sebangsanya: “Seorang nabi sama seperti saya, akan dibangkitkan  bagimu, dari tengah-tengahmu. Dialah yang harus kamu dengar”. Inti yang mau disampaikan Musa yakni mengenai kedatangan seorang nabi pada masa yang akan datang. Musa tidak memanipulasi atau berbohong dan terus terang berkata:  Dialah yang harus kamu dengar…! Dalam pemahaman kita, kata-kata Musa ini, tentang seorang nabi yang akan datang, menunjuk pada Mesias, Almasih.
Bagaimana supaya pewartaan kita berwibawa dan berkuasa? Kita meneladani Yesus sendiri. Kalau fokus pewartaan kita adalah Pribadi Kristus maka pewartaan kita berwibawa dan berkuasa. Orang tua,  harus sering2 berbicara tentang Pribadi Yesus kepada anak-anak di rumah;  bapak dan ibu guru harus sering2 berbicara tentang Pribadi Yesus kepada para siswa di sekolah;
Di mana saja,  kita harus sering berbicara tentang Pribadi Kristus kepada orang. Itulah pewartaan yang wibawa dan berkuasa, karena lahir dari kesatuan dan relasi intim kita dengan Tuhan (Katedral/P. Sam Gulô/29-01-2012).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar