Minggu, 04 November 2012

Hukum Yang Terutama



Hari Minggu Biasa XXXI Tahun B

Para saudara,
Konon kabarnya, ada seorang atheis yang opname di rumah sakit katolik. Si atheis ini sangat terganggu dengan sebuah salib yang digantung di dinding kamarnya. Ia menyampaikan keberatan kepada pihak RS, tetapi pihak RS berkata bahwa itu sudah merupakan kebijakan, dan para pasien tidak berhak melarangnya. Si atheis itu pun pasrah. Dalam proses perawatannya, ada seorang perawat cantik yang selalu memperhatikan dia dan selalu berbicara tentang Tuhan Yesus. Si atheis itu hanya tertawa saja dan berkata: “Nona, hentikanlah ocehanmu, lebih baik anda berkisah tentang  langit biru atau  indahnya bintang-bintang di malam hari”, jauh lebih meringankan rasa sakitku.
Beberapa hari kemudian, kondisi si atheis itu makin parah: kedua ginjalnya rusak. Kalau tidak ada yang memberikan ginjalnya 1 buah saja, ia akan mati.  Suatu saat, perawat cantik itu mengatakan kepada si atheis itu bahwa ia rela memberi 1 buah ginjalnya untuk dicangkokkan pada pasien atheis itu.  Si atheis itu hampir tidak percaya akan kata-kata perawat itu. Dengan air mata bercucuran ia berkata kepada perawat itu: “Nona, mengapa engkau begitu baik dan berbelas kasih kepadaku?”. Setelah terdiam sejenak, perawat itu, sambil menunjuk pada salib di dinding tadi berkata: “Dia yang menyuruhku supaya aku memberikan 1 buah ginjalku untukmu”. Si atheis itu tertunduk, barangkali baru menyadari kekeliruannya, lalu berkata: “Nona, sekarang aku percaya kepada Dia”.


Para saudara,
Bacaan-bacaan kitab suci pada hari ini, khususnya bacaan I dan Injil, berbicara tentang perintah yang paling utama: kasih kepada Allah dan kepada sesama. Bacaan I berbicara tentang pandangan Israel dan bacaan Injil berbicara tentang pandangan Yesus tentang kasih. Dalam bacaan Injil tadi, Yesus berkata kepada orang ahli taurat itu bahwa hukum yang terutama ialah: “Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua adalah: Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Kalau kita perhatikan bahwa pandangan Yesus tentang hukum  kasih ini, merupakan kutipan dari Perjanjian Lama. Perintah pertama, mengasihi Allah, dikutip dari Ulangan 6:4-5, bacaan I tadi. Di situ Musa berkata kepada orang Israel: “Hai Israel, dengarkanlah! Hendaknya engkau menaruh cinta kasih kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Kemudian perintah kedua, soal mencintai sesama, itu juga merupakan kutipan dari Imamat 19:18. Di sana Tuhan berfirman melalui  Musa: “… Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…”

Para saudara,
Jika hukum kasih ini, merupakan kutipan dari perjanjian lama, lalu apa yang menjadi kekhasan  dalam pandangan Yesus dan dalam pandangan kita? Sebenarnya Yesus mau menjernihkan dan menyempurnakan pandangan orang Israel dalam hal kasih ini. Walaupun sudah ada dalam kitab taurat mereka tetapi tidak dipahami dengan baik dan benar. Pemahaman mereka soal ini hanya sejauh mereka setia melaksanakan detail-detail hukum taurat, khususnya pada pelaksanaan  ibadat, ritus-ritus, kurban bakaran dan lain sebagainya.
Hal itu memang baik tetapi belumlah cukup dan sempurna, supaya menjadi sempurna maka harus sampai pada pelaksanaan. Mencintai Tuhan dalam diri sesama, itulah yang baru dari Yesus dan seharusnya menjadi pemahaman kita bersama. Apa gunanya kita mengatakan mau mencintai Tuhan padahal membenci sesama. Yesus sendiri pernah bersabda: “…  Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan…”        (Mat 9:13). Maka apa yang dibuat oleh perawat di rumah sakit Katolik tadi, dengan memberikan 1 buah ginjalnya kepada pasien atheis itu, merupakan perwujudan konkrit dari apa yang sabdakan oleh Tuhan sendiri.
Apakah kita rela membantu dan meringankan penderitaan sesama?  Apakah kita ikut prihatin dan peduli dengan kesedihan, penderitaan dan kemiskinan sesama? Hidup dalam Kerajaan Allah berarti: mencari Tuhan dalam sesama, mencintai Dia dalam sesama, mengerti kehendaknya dalam diri sesama dan mempersatukan diri dengan Dia melalui kesatuan dengan sesama. Marilah kita mohonkan rahmat Tuhan, dalam perayaan ekaristi ini, agar kita sanggup menghayati dan melaksanakan semuanya ini. (Katedral/    P. Sam GulĂ´/04-11-2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar