Hari Minggu
Biasa XXXI Tahun B
Para saudara,
Konon
kabarnya, ada seorang atheis yang opname di rumah sakit katolik. Si atheis ini
sangat terganggu dengan sebuah salib yang digantung di dinding kamarnya. Ia
menyampaikan keberatan kepada pihak RS, tetapi pihak RS berkata bahwa itu sudah
merupakan kebijakan, dan para pasien tidak berhak melarangnya. Si atheis itu
pun pasrah. Dalam proses perawatannya, ada seorang perawat cantik yang selalu
memperhatikan dia dan selalu berbicara tentang Tuhan Yesus. Si atheis itu hanya
tertawa saja dan berkata: “Nona,
hentikanlah ocehanmu, lebih baik anda berkisah tentang langit biru atau indahnya bintang-bintang di malam hari”,
jauh lebih meringankan rasa sakitku.
Beberapa
hari kemudian, kondisi si atheis itu makin parah: kedua ginjalnya rusak. Kalau
tidak ada yang memberikan ginjalnya 1 buah saja, ia akan mati. Suatu saat, perawat cantik itu mengatakan
kepada si atheis itu bahwa ia rela memberi 1 buah ginjalnya untuk dicangkokkan
pada pasien atheis itu. Si atheis itu
hampir tidak percaya akan kata-kata perawat itu. Dengan air mata bercucuran ia
berkata kepada perawat itu: “Nona, mengapa engkau begitu baik dan berbelas
kasih kepadaku?”. Setelah terdiam sejenak, perawat itu, sambil menunjuk pada
salib di dinding tadi berkata: “Dia yang menyuruhku supaya aku memberikan 1
buah ginjalku untukmu”. Si atheis itu tertunduk, barangkali baru menyadari
kekeliruannya, lalu berkata: “Nona, sekarang aku percaya kepada Dia”.
Para saudara,
Bacaan-bacaan kitab suci pada hari ini, khususnya bacaan
I dan Injil, berbicara tentang perintah yang paling utama: kasih kepada Allah
dan kepada sesama. Bacaan I berbicara tentang pandangan Israel dan bacaan
Injil berbicara tentang pandangan Yesus tentang kasih. Dalam bacaan Injil tadi,
Yesus berkata kepada orang ahli taurat itu bahwa hukum yang terutama ialah:
“Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang
kedua adalah: Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Kalau
kita perhatikan bahwa pandangan Yesus tentang hukum kasih ini, merupakan kutipan dari Perjanjian
Lama. Perintah pertama, mengasihi Allah, dikutip dari Ulangan 6:4-5, bacaan I
tadi. Di situ Musa berkata kepada orang Israel: “Hai Israel, dengarkanlah!
Hendaknya engkau menaruh cinta kasih kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu”. Kemudian
perintah kedua, soal mencintai sesama, itu juga merupakan kutipan dari Imamat
19:18. Di sana Tuhan berfirman melalui Musa:
“… Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri…”
Para saudara,
Jika
hukum kasih ini, merupakan kutipan dari perjanjian lama, lalu apa yang menjadi
kekhasan dalam pandangan Yesus dan dalam
pandangan kita? Sebenarnya Yesus mau menjernihkan dan menyempurnakan pandangan
orang Israel dalam hal kasih ini. Walaupun sudah ada dalam kitab taurat mereka
tetapi tidak dipahami dengan baik dan benar. Pemahaman mereka soal ini hanya
sejauh mereka setia melaksanakan detail-detail hukum taurat, khususnya pada
pelaksanaan ibadat, ritus-ritus, kurban
bakaran dan lain sebagainya.
Hal
itu memang baik tetapi belumlah cukup dan sempurna, supaya menjadi sempurna
maka harus sampai pada pelaksanaan. Mencintai Tuhan dalam diri sesama, itulah
yang baru dari Yesus dan seharusnya menjadi pemahaman kita bersama. Apa gunanya
kita mengatakan mau mencintai Tuhan padahal membenci sesama. Yesus sendiri pernah
bersabda: “… Yang Kukehendaki ialah
belas kasihan dan bukan persembahan…”
(Mat 9:13). Maka apa yang dibuat oleh perawat di rumah sakit Katolik
tadi, dengan memberikan 1 buah ginjalnya kepada pasien atheis itu, merupakan
perwujudan konkrit dari apa yang sabdakan oleh Tuhan sendiri.
Apakah
kita rela membantu dan meringankan penderitaan sesama? Apakah kita ikut prihatin dan peduli dengan
kesedihan, penderitaan dan kemiskinan sesama? Hidup dalam Kerajaan Allah
berarti: mencari Tuhan dalam sesama, mencintai Dia dalam sesama, mengerti
kehendaknya dalam diri sesama dan mempersatukan diri dengan Dia melalui
kesatuan dengan sesama. Marilah kita mohonkan rahmat Tuhan, dalam perayaan
ekaristi ini, agar kita sanggup menghayati dan melaksanakan semuanya ini. (Katedral/ P.
Sam GulĂ´/04-11-2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar