Hari Minggu
Biasa XXXIII Tahun B
Para saudara,
Hari
Selasa lalu, secara tak sengaja, saya temukan harian Kompas, terbitan tahun
2003 di lantai 3 pastoran. Saya tertarik
dengan salah satu artikel, yang menghebohkan pada saat itu, yakni: Sekte Pondok
Nabi atau Sekte Hari Kiamat di Bandung. Saya kira kita masih ingat peristiwa yang
memilukan. Sekte Pondok Nabi, salah satu
aliran Pentakosta, dipimpin oleh Pdt. Mangapin Sibuea, percaya bahwa hari
kiamat terjadi pada hari Senin, 10 Nopember 2003, pukul 15.00 Wib. Menurut
keyakinan sekte ini, pada saat itu mereka akan ‘diangkat ke surga’. Anggota
sekte ini, datang dari berbagai daerah, sudah menjual segala harta bendanya,
meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan kuliahnya dan pergi ke Bandung
mempersiapkan diri menyongsong ‘pengangkatan’ mereka.
Tetapi
apa yang terjadi, sampai pada saat yang telah ditentukan, hari kiamat tidak
terjadi, dan Tuhan tidak datang-datang juga mengangkat mereka. Sebanyak 283
orang anggota sekte itu, menjadi histeris dan terganggu jiwanya. Aparat
keamanan bekerja sama dengan pihak Gereja setempat, terpaksa turun tangan.
Dikhawatirkan, mereka akan bunuh diri bersama-sama, maka terpaksa dievakuasi
untuk menjalani pembinaan mental dan rohani.
Para saudara,
Bacaan-bacaan
Kitab Suci pada hari Minggu ini, berbicara perihal akhir zaman. Dalam bacaan I
tadi, kita mendengar nubuat Daniel:
“Pada waktu itu, banyak dari antara orang-orang yang telah tidur dalam debu
tanah, akan bangun: sebagian untuk
mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang
kekal”. Cukup gampang dimengerti apa yang dimaksud Daniel: yang mendapat
hidup kekal itu adalah mereka yang masuk surga, sedangkan yang mengalami
kehinaan dan kengerian adalah mereka yang masuk neraka.
Sementara
dalam Injil tadi dikatakan bahwa setelah didahului oleh berbagai macam tanda
dan gejala alam, maka datanglah Anak Manusia itu dalam segala kumuliaannya. Tetapi
puncak bacaan Injil ini terletak pada ayat terakhir, kata-kata Yesus kepada
para murid-Nya: “Tetapi tentang hari dan
saat itu, tidak seorang pun yang tahu: malaikat-malaikat di surga tidak, dan
Anak pun tidak, hanya Bapa saja”.
Disinilah letak kesesatan Sekte Pondok Nabi itu: mereka meramal, hanya
berdasarkan ‘bisikan-bisikan’ yang diterjemahkan oleh Pendeta Mangapin Sibuea, tetapi
tidak berdasarkan kitab suci.
Para saudara,
Ke-283
orang yang masuk Sekte Pondok Nabi itu, awalnya karena tertarik dengan
kotbah-kotbah Pendeta Sibuea, lebih-lebih ramalannya perihal hari kiamat. Dalam
perjalanan waktu, mereka mengalami proses pencucian otak, sehingga mengkultuskan
pribadi Pendeta Sibuea. Dengan demikian, semua kata-kata dan kotbah-kotbah Pdt.
M. Sibuea, dianggap sebagai vitamin: ditelan bulat-bulat.
Ini juga menjadi pelajaran bagi kita. Ada beberapa
umat kita yang tertarik mengikuti KKR yang diselenggarakan oleh sekte tertentu.
Saya sering ditanya: apa itu diperbolehkan? Bagi saya, ikut KKR atau mendengar
kotbah di Gereja lain, sama saja ‘jajan’ di pinggir jalan. Jajan itu enak karena
sudah diberi bumbu pemanis dan penyedap, sehingga merangsang lidah. Tapi ingat: betapa pun enaknya jajan
bagi seorang anak, namun masakan Ibu di rumah tetaplah nomor 1, sebab lebih
berkualitas dan menjamin kesehatan. Jika sering-sering ‘jajan’ di gereja
tetangga, lama-kelamaan, anda akan tertarik dengan bumbu-bumbu pemanis dan penyedap
itu, dan bahayanya adalah: anda melupakan yang asli.
Para saudara,
Pesan
yang bisa kita petik dari firman Tuhan hari ini yakni bahwa: menyangkut akhir
zaman, kita harus tetap berpegang pada Sabda Tuhan sendiri, bahwa tentang hari
dan saat itu tak seorang pun yang tahu. Kemudian, perihal ramalan-ramalan akhir
zaman, ada juga sisi positifnya, yakni mengungkapkan kerinduan kita akan
kedatangan Tuhan. Mengapa kita merindukan
kedatangan Tuhan? Karena itulah saat penyelamatan Tuhan bagi kita, orang-orang yang percaya. Karena
itu dalam proses penantian penuh kerinduan ini, kita harus waspada,
berjaga-jaga dan mengisi hidup kita dengan kebajikan-kebajikan dan
perbuatan-perbuatan baik. Dan takkala Dia datang, kita didapati-Nya tidak
bercacat sehingga layak menikmati keselamatan itu. (Katedral
/ P. Sam GulĂ´/18-11-2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar