Minggu, 22 Juli 2012

Beristirahatlah Sejenak


BERISTIRAHATLAH SEJENAK
Hari Minggu Biasa XVI, Tahun B

Para saudara,
Saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan sepeda motor. Kejadiannya pada tahun 1988, ketika saya menjadi pastor pembantu di Paroki      St. Bonifasius Alasa, Nias Utara, baru 4 bulan sesudah saya ditahbiskan menjadi pastor. Waktu itu kami sangat sibuk mempersiapkan kunjungan uskup, yang akan melayani pemberkatan Gereja dan Sakramen Krisma di Paroki itu. Waktu itu saya berkomunitas dengan pastor-pastor Xaverian di Pastoran St. Maria Gusit.
Rencana, pada jam 10 pagi saya melayani Sakramen pengakuan dosa kepada para calon Krisma di wilayah Alasa. Saya berangkat jam 08.00 pagi dari Gusit, dengan mengendarai sepeda motor GL Pro tua, dengan perhitungan  sampai di Alasa pada jam 09.30. Baru setengah jam perjalanan, tiba-tiba suara mesin sepeda motor, lama-kelamaan mengecil dan akhirnya mati. Setelah saya cek, ternyata bensinnya habis. Waktu itu belum ada jualan bensin di pinggir jalan, hanya ada di Gusit dan Alasa. Terpaksa, motor tadi saya tuntun, dengan harapan, ada yang berbelas kasih, yang akan menawarkan bensin,  tetapi setelah sekian lama menunggu, tidak ada juga. Setelah saya tuntun kira-kira 2 KM,  dari arah belakang terdengar ada suara truk, “Puji Tuhan”, kata saya spontan. Setelah berbicara dengan  sopir, akhirnya, saya diijinkan naik bersama dengan sepeda motor sampai di Alasa dengan membayar Rp 50 ribu. Saya baru sampai di Alasa pada jam 12 siang, dengan kondisi lapar, tapi untung para calon peniten sabar menunggu dan         Bpk. Lektor menghidangkan makanan enak pula.
Tapi hitung-hitung: saya rugi waktu, tenaga, dan uang. Pada saat itu bensin hanya Rp 2000/liter. Jadi uang yang 50 ribu itu setara dengan 200.000 ribu sekarangg. Peristiwa ini menjadi pengalaman berharga bagi saya. Mulai dari kejadian itu, kalau saya keluar dengan motor atau pun dengan  mobil selalu terlebih dahulu memeriksa bagaimana kondisi minyak.


Para saudara,
Sama seperti kendaraan, yang perlu perawatan:  butuh minyak, ganti oli, dlsb, demikian juga halnya dengan manusia. Manusia memang super sibuk, tapi perlu saat-saat tertentu untuk istrahat, berefleksi, bahkan masuk bengkel. Jika terus memberi dan mengeluarkan, tanpa pernah mengisi, mengolah dan menata diri, suatu saat akan kehabisan bensin dan bisa sangat fatal, seperti pengalaman saya kehabisan bensin di tengah perjalanan tadi.
Kalau kita perhatikan, ke-4 penginjil, menampilkan Yesus sebagai seorang yang sangat sibuk: berkeliling untuk mewartakan Kerajaan Allah, dengan mengajar, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan. Tapi sesibuk apa pun Yesus, Dia tidak pernah  lupa menyisihkan waktu untuk Dia dan para murid-Nya. “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahat seketika!”, demikian  ajakan Yesus kepada para murid-Nya, dalam bacaan Injil tadi. Ke-4 penginjil juga mengisahkan bahwa takkala Yesus melakukan sesuatu karya penting, terlebih dahulu Ia menyingkir ke tempat sunyi, pasti untuk berkomunikasi dan menimba kekuatan dari Bapa, misalnya sebelum memilih rasul-rasul-Nya, Ia menyingkir ke bukit  Zaitun.

Para saudara,
Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, pernah mereka ditawan oleh tentara Nebukadnesar, pada thn 586 SM, dan sebagian besar penduduknya dibuang ke Babel. Di Pembuangan, mereka merasa bahwa harga diri mereka diinjak-injak dan dilecehkan. Tapi justru di daerah pembuangan, yang tersingkir dan sunyi, banyak yang bertobat dan akhirnya bisa kembali ke Israel, itulah yang sering  disebut dengan istilah sisa-sisa Israel. Dan setelah sampai di Israel, sisa-sisa Israel ini, dengan semangat baru, membangun negerinya dan membangun bait Allah. Inilah buah-buah dari keterasingan, pembuangan ke Babel.
Kami kaum berjubah, punya tradisi yang baik. Setiap pribadi, diberi kesempatan pada saat-saat tertentu untuk menarik diri dari kesibukan sehari-hari, dengan mengikuti retret atau pembinaan, entah dimana saja:  sebagai penyegaran dan supaya tidak kehabisan minyak. Tetapi itu tidak menjadi jaminan bahwa kami aman2 saja. Kami tetaplah manusia biasa yang bisa rapuh, terpeleset dan jatuh.  Oleh karena itu, umat wajib mengingatkan kami mana kala lalai atau mulai melenceng. Tidak perlu segan menegur kami apa lagi kalau membiarkan atau tidak peduli.  Anda juga ikut bertanggung-jawab atas panggilan kami. Dalam arti inilah kita saling menjadi gembala bagi sesama, saling mengingatkan.  Dalam bacaan I tadi Allah mengingatkan, “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba kegembalaan-Ku hilang dan terserak!”
Pagi ini, Yesus mengajak kita untuk mencari waktu-waktu tertentu, untuk menyingkir, mencari waktu untuk diri sendiri, untuk mengisi minyak kehidupan kita, entah piknik rohani, rekoleksi, retret, berdoa, dlsb. untuk menata dan membina rohani kita. Hanya dengan cara itu, kita boleh menimba kekuatan dari Tuhan, dan melahirkan semangat dan kekuatan baru dalam karya dan pelayanan kita. (Katedral/P. Sam GulĂ´/22-07-2012).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar