BERISTIRAHATLAH
SEJENAK
Hari Minggu Biasa XVI, Tahun B
Para saudara,
Saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan sepeda
motor. Kejadiannya pada tahun 1988, ketika saya menjadi pastor pembantu di
Paroki St. Bonifasius Alasa, Nias
Utara, baru 4 bulan sesudah saya ditahbiskan menjadi pastor. Waktu itu kami
sangat sibuk mempersiapkan kunjungan uskup, yang akan melayani pemberkatan
Gereja dan Sakramen Krisma di Paroki itu. Waktu itu saya berkomunitas dengan
pastor-pastor Xaverian di Pastoran St. Maria Gusit.
Rencana, pada jam 10 pagi saya melayani Sakramen
pengakuan dosa kepada para calon Krisma di wilayah Alasa. Saya berangkat jam
08.00 pagi dari Gusit, dengan mengendarai sepeda motor GL Pro tua, dengan
perhitungan sampai di Alasa pada jam
09.30. Baru setengah jam perjalanan, tiba-tiba suara mesin sepeda motor,
lama-kelamaan mengecil dan akhirnya mati. Setelah saya cek, ternyata bensinnya
habis. Waktu itu belum ada jualan bensin di pinggir jalan, hanya ada di Gusit
dan Alasa. Terpaksa, motor tadi saya tuntun, dengan harapan, ada yang berbelas
kasih, yang akan menawarkan bensin, tetapi setelah sekian lama menunggu, tidak ada
juga. Setelah saya tuntun kira-kira 2 KM,
dari arah belakang terdengar ada suara truk, “Puji Tuhan”, kata saya
spontan. Setelah berbicara dengan sopir,
akhirnya, saya diijinkan naik bersama dengan sepeda motor sampai di Alasa
dengan membayar Rp 50 ribu. Saya baru sampai di Alasa pada jam 12 siang, dengan
kondisi lapar, tapi untung para calon peniten sabar menunggu dan Bpk. Lektor menghidangkan makanan enak
pula.
Tapi hitung-hitung: saya rugi
waktu, tenaga, dan uang. Pada saat itu bensin hanya Rp 2000/liter. Jadi uang yang
50 ribu itu setara dengan 200.000 ribu sekarangg. Peristiwa ini menjadi
pengalaman berharga bagi saya. Mulai dari kejadian itu, kalau saya keluar
dengan motor atau pun dengan mobil
selalu terlebih dahulu memeriksa bagaimana kondisi minyak.
Para saudara,
Sama seperti kendaraan, yang perlu
perawatan: butuh minyak, ganti oli,
dlsb, demikian juga halnya dengan manusia. Manusia memang super sibuk, tapi perlu
saat-saat tertentu untuk istrahat, berefleksi, bahkan masuk bengkel. Jika terus
memberi dan mengeluarkan, tanpa pernah mengisi, mengolah dan menata diri, suatu
saat akan kehabisan bensin dan bisa sangat fatal, seperti pengalaman saya
kehabisan bensin di tengah perjalanan tadi.
Kalau kita perhatikan, ke-4 penginjil, menampilkan
Yesus sebagai seorang yang sangat sibuk: berkeliling untuk mewartakan Kerajaan
Allah, dengan mengajar, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan-setan. Tapi
sesibuk apa pun Yesus, Dia tidak pernah lupa menyisihkan waktu untuk Dia dan para
murid-Nya. “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan
beristirahat seketika!”, demikian ajakan
Yesus kepada para murid-Nya, dalam bacaan Injil tadi. Ke-4 penginjil juga mengisahkan
bahwa takkala Yesus melakukan sesuatu karya penting, terlebih dahulu Ia menyingkir
ke tempat sunyi, pasti untuk berkomunikasi dan menimba kekuatan dari Bapa,
misalnya sebelum memilih rasul-rasul-Nya, Ia menyingkir ke bukit Zaitun.
Para saudara,
Dalam perjalanan sejarah bangsa Israel, pernah
mereka ditawan oleh tentara Nebukadnesar, pada thn 586 SM, dan sebagian besar penduduknya
dibuang ke Babel. Di Pembuangan, mereka merasa bahwa harga diri mereka
diinjak-injak dan dilecehkan. Tapi justru di daerah pembuangan, yang tersingkir
dan sunyi, banyak yang bertobat dan akhirnya bisa kembali ke Israel, itulah
yang sering disebut dengan istilah sisa-sisa
Israel. Dan setelah sampai di Israel, sisa-sisa Israel ini, dengan semangat baru,
membangun negerinya dan membangun bait Allah. Inilah buah-buah dari keterasingan,
pembuangan ke Babel.
Kami kaum berjubah, punya tradisi
yang baik. Setiap pribadi, diberi kesempatan pada saat-saat tertentu untuk
menarik diri dari kesibukan sehari-hari, dengan mengikuti retret atau
pembinaan, entah dimana saja: sebagai
penyegaran dan supaya tidak kehabisan minyak. Tetapi itu tidak menjadi jaminan bahwa kami aman2 saja. Kami
tetaplah manusia biasa yang bisa rapuh, terpeleset dan jatuh. Oleh karena itu, umat wajib mengingatkan
kami mana kala lalai atau mulai melenceng. Tidak perlu segan menegur kami apa
lagi kalau membiarkan atau tidak peduli. Anda juga ikut bertanggung-jawab atas
panggilan kami. Dalam arti inilah kita saling menjadi gembala bagi
sesama, saling mengingatkan. Dalam
bacaan I tadi Allah mengingatkan, “Celakalah para gembala yang membiarkan
kambing domba kegembalaan-Ku hilang dan terserak!”
Pagi ini, Yesus mengajak kita untuk mencari
waktu-waktu tertentu, untuk menyingkir, mencari waktu untuk diri sendiri, untuk
mengisi minyak kehidupan kita, entah piknik rohani, rekoleksi, retret, berdoa, dlsb.
untuk menata dan membina rohani kita. Hanya dengan cara itu, kita boleh menimba
kekuatan dari Tuhan, dan melahirkan semangat dan kekuatan baru dalam karya dan
pelayanan kita. (Katedral/P. Sam
GulĂ´/22-07-2012).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar