Para Saudara,
Bpk
Yusuf, seorang petani sawah tradisional. Suatu saat, ia sangat kecewa.
Masalahnya, 1 bulan setelah dia menanam pagi, musim kemarau datang, akibatnya
tanaman padi banyak yang layu dan mati. Ketika musim panen tiba, hasilnya
sangat mengecewakan, padahal sudah banyak biaya dan tenaga yang terbuang untuk
itu. Penduduk desa, termasuk keluarga Bpk
Yusuf, mengeluh kekurangan bahan makanan. Karena itu, Bpk Yusuf memutuskan
untuk tidak mengolah sawah lagi. Dia banting stir, cari makan dengan cara lain
yakni dengan membuka kios, dengan cara mengubah rumahnya menjadi kios. Dengan kehadiran kios Bpk Yusuf, berarti
jumlah kios di kampung itu bertambah satu. Maka hampir semua rumah sudah
mempunyai kios. Dan mereka menjual barang yang rata-rata sama.
Ketika musim kerja di sawah tiba, Bpk Yusuf tidak
turun kerja. Dia bersama keluarganya menjaga kios. Keuntungan kios tidaklah
seberapa. Yang terjadi: minyak tanah, gula dan rokok yang ada di kios, lebih
banyak dikonsumsi sendiri daripada yang terjual. Akibatnya kios kurang memberi
keuntungan. Musim panen tiba lagi. Di
luar dugaan, hasil panen tidak seperti sebelumnya. Semua petani desa puas, di
rumah-rumah, orang bercerita tentang hasil panen yang luar biasa, kecuali di
rumah Bpk Yusuf. Bpk Yusuf dan keluarganya sedih dan menyesal; mengapa mereka
tidak mengerjakan sawahnya. Apa boleh buat, nasib sudah menjadi bubur.
Para Saudara,
Manusia
harus membuat pilihan tertentu dalam hidupnya. Kalau pemuda A sudah memutuskan memilih B sebagai calon istrinya,
maka ia tidak boleh serentak memilih gadis C. Kalau seseorang sudah memutuskan menjadi seorang guru, jadilah guru
yang baik, tidak boleh sekaligus sebagai pebisnis. Kalau seseorang sudah memutuskan menjadi seorang biarawan/ti, jadilah
seorang religius yang baik, tidak boleh sekaligus sebagai pengusaha, berlagak
preman, dlsb. Kalau Bpk Yosef sudah
memutuskan menjadi petani, maka harus sungguh-sungguh menjadi petani, tidak
boleh setengah-setengah. Kalau kita
sudah membuat pilihan pada sesuatu, maka kita harus konsisten dan setia dengan
pilihan itu.
Bacaan
I tadi, berbicara mengenai pilihan hidup. Beberapa tahun setelah bangsa Israel
merebut tanah Palestina di bawah pimpinan Yosua, Yosua merasa bahwa ia sudah
mulai tua dan tidak lama lagi hidup.
Karena itu dia mengumpulkan semua orang Israel dan menyuruh mereka
memilih: “… pilihlah, kepada siapa kamu
akan beribadat: allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadat di seberang
sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku
dan seisi rumahku, kami akan berbadat kepada Tuhan!”. Lalu bangsa Israel pun berjanji untuk tetap
mengabdi kepada Tuhan karena Dialah Allah mereka.
Bacaan
Injil pada hari ini berbicara tentang hal yang sama. Ketika Yesus mengatakan
bahwa tubuh dan darah-Nya benar-benar makanan dan minuman, banyak murid
berkata: “Sabda ini keras. Siapa dapat menerimanya?”. Mulai saat itu, banyak murid
mengundurkan diri. Lalu Yesus menyuruh kedua belas murid-Nya memilih: “Apakah kamu tidak mau
pergi juga?”. Tetapi Petrus menjawab: “Tuhan
kepada siapa kami akan pergi? Perkantaan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;
dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau Kristus, Putera Allah”.
Para Saudara,
Dalam
hidup kita sebagai orang beriman, terlebih sebagai pengikut Kristus, pasti
sewaktu-waktu ada tantangan dan cobaan, yang sering membuat kita ragu-ragu atau
bahkan berpaling dari Tuhan. Sering kali kita diharuskan untuk memilih:
mengikuti perintah Yesus atau menolaknya; melaksanakan yang baik atau yang
jahat. Pada hari minggu: pergi ke Gereja atau enaknya tidur aja di rumah; kalau ke Gereja pada hari minggu: duduk di
dalam gereja sambil tekun mengikuti perayaan liturgi, atau duduk di luar, bisa
sambil main HP, sms-an, merokok, dlsb.
Dalam hidup ini, memang kita sering
sekali dipaksa untuk memilih: Yesus atau dewa lain. Dewa lain itu, mis keinginan atau kesenangan
diri sendiri. Semoga kita berprinsip sama seperti Petrus yang menyatakan
kesetiaan-Nya pada Yesus: “Tuhan kepada siapa kami akan pergi? Pada-Mulah sabda
kehidupan. Kami percaya dan tahu bahwa Engkaulah Kristus, Putera Allah”.
Kiranya kita juga demikian, sekali memilih Yesus, hendaklah itu merupakan
pilihan untuk selamanya; sekali katolik hendaknya itu juga pilihan seumur hidup
dan tidak bisa ditawar-tawar. (Katedral/P. Sam GulĂ´/26-08-2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar