Para Saudara,
Kehidupan
dan dinamika liturgi dalam Gereja kita senantiasa berkembang dari waktu ke
waktu. Liturgi tradisional, banyak sekali rubrik yang harus diikuti. Seorang
pastor waktu perayaan misa, harus teliti betul: berapa kali ia harus berlutut di depan altar, berapa
persen percampuran air dan anggur dalam ekaristi, jubahnya harus berapa cm di
atas lantai, bunganya harus menghadap ke mana, umat harus berdiri atau berlutut
selama konsekrasi, dll. Rubrik liturgi yang rumit dan bertele-tele itu harus
dipatahi, jika tidak maka dianggap sebagai pelanggaran dan dosa.
Hal yang sama tetap merupakan diskusi: boleh atau
tidak menyebut bab dan ayat kitab suci waktu dibacakan? Boleh atau tidak lagu-lagu pop dinyanyikan
dalam perayaan misa? Boleh atau tidak, memakai kaset atau vcd waktu tarian
persembahan? Kalau saya lebih fleksibel. Memang kesegaraman tentu baik, supaya
nampak teratur. Tetapi harus kita tahu mana yang pokok, primer, dan
fundamental; dan mana yang tidak, yang sifatnya sekunder saja. Yang
pokok tentu tidak boleh dilanggar, misalnya: mengganti anggur dan hosti dengan
memakai anggur dan roti biasa. Ini tidak boleh! Atau mengganti kata-kata
institusi dengan karangan sendiri. Ini tidak boleh! Ini hal pokok. Tetapi masalah
menyebut bab atau ayat kitab suci waku membaca; memakai lagu-lagu pop dalam
perayaan misa; memutar kaset atau vcd
dalam tarian persembahan, itu sifatnya sekunder, bukan hal pokok, bukan dogma,
sehingga kalau dilakukan bukan merupakan dosa.
Para Saudara,
Dalam bacaan I tadi, Musa menasehati
orang-orang Israel, supaya setia mengikuti perintah Allah. Musa berkata: “Jangan menambah sesuatu pun pada Sabda
yang kusampaikan kepadamu dan jenganlah kamu menguranginya, dengan demikian,
kamu berpegang pada perintah Allah”. Tetapi kalau kita perhatikan kata-kata
Yesus kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam Injil tadi,
seolah-olah bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Musa kepada bangsa
Israel dulu. Yesus, malah memarahi mereka, yang sangat teliti mengikuti semua
perintah Allah sampai yang sekecil-kecilnya. Ada apa sebenarnya?
Sebetulnya,
kata-kata Yesus tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Musa. Yesus
mengecam mereka yang secara buta menerapkan aturan-aturan, adat-istiadat, hukum-hukum,
tata lahiriah, namun melalaikan hal-hal yang paling pokok, mendasar dan yang
batiniah. Yesus menginginkan supaya
manusia jangan terlalu fokus pada hal-hal lahiriah atau tata lahir, pada hukum
tahir atau persoalan najis, yaitu bersih hanya bagian luar saja, melainkan pada
hal yang lebih mendalam lagi, yakni: kebersihan hati, budi dan jiwa. Jika orang
lebih fokus pada tata lahir atau hal-hal lahiriah, maka akan jatuh pada
ritualisme atau kultisme, tanpa peduli bagaimana segi moralitas. Karena itu,
Yesus memarahi mereka dengan mengutip nubuat Yesaya: “bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh
dari-pada-Ku”.
Para Saudara,
Para nabi khususnya Yesaya, meminta agar manusia
menghormati Allah dengan hati, budi dan jiwa bersih. Hanya dengan HATI yang
bersih maka sabda Allah akan tersimpan di dalamnya. Bila hati manusia kosong
karena tidak berisi sabda Allah, maka yang memenuhi hati manusia adalah
kuasa-kuasa dosa, kuasa-kuasa setan dan kegelapan. Mengapa banyak orang gila
korupsi sekarang? Mengapa orang tidak takut membunuh sesamanya hanya karena
persoalan sepele? Mengapa orang tidak takut berbuat dosa? Karena hatinya kosong.
Saya kira mereka-mereka yang melakukan itu jarang membaca Kitab Suci. Kalau dia
seorang Kristen, ya sekali-sekali pergi ke Gereja, kalau dia seorang muslim, ya
sekali-sekali ke mesjid, tapi hanya sampai di situ, hanya sampai hal-hal
lahiriah, formalitas. Firman Tuhan belum
meresap dan mempengaruhi hidupnya.
Hari Minggu ini adalah Pembukaan Bulan Kitab
Suci Nasional, dengan thema besar: Menyaksikan Mukjizat Tuhan. Selama bulan
September ini, di lingkungan-lingkungan, melalui pertemuan pendalaman Kitab
Suci, kita akan merenungkan dan mengalami mukjizat-mukjizat, yaitu
perbuatan-perbuatan besar Allah. Pada pembukaan bulan Kitan Suci ini, Rasul
Yakobus dalam bacaan II, mengingatkan kita semua: “… hendaklah kamu menjadi pelaksana firman dan bukan hanya pendengar
saja..”. Jika hati kita sudah
dipenuhi oleh Firman Tuhan; jika hidup sudah dipengaruhi oleh Firman Tuhan,
maka kita akan menyaksikan mukjizat-mukjizat dalam hidup
kita. Semoga selama bulan Kitab Suci ini, kita lebih mencintai Kitab Suci, serta
merenungkan dan mengamalkannya dalam hidup (Katedral-Sibolga/Sam Gulo/02-09-2012/2012).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar