Minggu, 02 September 2012

Semangat Mengikuti Perintah Allah

                                                  Hari Minggu Kitab Suci Nasional, Tahun B


Para Saudara,
Kehidupan dan dinamika liturgi dalam Gereja kita senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Liturgi tradisional, banyak sekali rubrik yang harus diikuti. Seorang pastor waktu perayaan misa, harus teliti betul: berapa kali  ia harus berlutut di depan altar, berapa persen percampuran air dan anggur dalam ekaristi, jubahnya harus berapa cm di atas lantai, bunganya harus menghadap ke mana, umat harus berdiri atau berlutut selama konsekrasi, dll. Rubrik liturgi yang rumit dan bertele-tele itu harus dipatahi, jika tidak maka dianggap sebagai pelanggaran dan dosa.
Hal yang sama tetap merupakan diskusi: boleh atau tidak menyebut bab dan ayat kitab suci waktu dibacakan?  Boleh atau tidak lagu-lagu pop dinyanyikan dalam perayaan misa? Boleh atau tidak, memakai kaset atau vcd waktu tarian persembahan?  Kalau saya lebih fleksibel. Memang kesegaraman tentu baik, supaya nampak teratur. Tetapi harus kita tahu mana yang pokok, primer, dan fundamental; dan mana yang tidak, yang sifatnya sekunder saja. Yang pokok tentu tidak boleh dilanggar, misalnya: mengganti anggur dan hosti dengan memakai anggur dan roti biasa. Ini tidak boleh! Atau mengganti kata-kata institusi dengan karangan sendiri. Ini tidak boleh! Ini hal pokok. Tetapi masalah menyebut bab atau ayat kitab suci waku membaca; memakai lagu-lagu pop dalam perayaan misa; memutar  kaset atau vcd dalam tarian persembahan, itu sifatnya sekunder, bukan hal pokok, bukan dogma, sehingga kalau dilakukan bukan merupakan dosa.


Para Saudara,
            Dalam bacaan I tadi, Musa menasehati orang-orang Israel, supaya setia mengikuti perintah Allah. Musa berkata: “Jangan menambah sesuatu pun pada Sabda yang kusampaikan kepadamu dan jenganlah kamu menguranginya, dengan demikian, kamu berpegang pada perintah Allah”. Tetapi kalau kita perhatikan kata-kata Yesus kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam Injil tadi, seolah-olah bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Musa kepada bangsa Israel dulu. Yesus, malah memarahi mereka, yang sangat teliti mengikuti semua perintah Allah sampai yang sekecil-kecilnya. Ada apa sebenarnya?
Sebetulnya, kata-kata Yesus tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Musa. Yesus mengecam mereka yang secara buta menerapkan aturan-aturan, adat-istiadat, hukum-hukum, tata lahiriah, namun melalaikan hal-hal yang paling pokok, mendasar dan yang batiniah. Yesus menginginkan supaya manusia jangan terlalu fokus pada hal-hal lahiriah atau tata lahir, pada hukum tahir atau persoalan najis, yaitu bersih hanya bagian luar saja, melainkan pada hal yang lebih mendalam lagi, yakni: kebersihan hati, budi dan jiwa. Jika orang lebih fokus pada tata lahir atau hal-hal lahiriah, maka akan jatuh pada ritualisme atau kultisme, tanpa peduli bagaimana segi moralitas. Karena itu, Yesus memarahi mereka dengan mengutip nubuat Yesaya: “bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari-pada-Ku”.

Para Saudara,
Para nabi khususnya Yesaya, meminta agar manusia menghormati Allah dengan hati, budi dan jiwa bersih. Hanya dengan HATI yang bersih maka sabda Allah akan tersimpan di dalamnya. Bila hati manusia kosong karena tidak berisi sabda Allah, maka yang memenuhi hati manusia adalah kuasa-kuasa dosa, kuasa-kuasa setan dan kegelapan. Mengapa banyak orang gila korupsi sekarang? Mengapa orang tidak takut membunuh sesamanya hanya karena persoalan sepele? Mengapa orang tidak takut berbuat dosa? Karena hatinya kosong. Saya kira mereka-mereka yang melakukan itu jarang membaca Kitab Suci. Kalau dia seorang Kristen, ya sekali-sekali pergi ke Gereja, kalau dia seorang muslim, ya sekali-sekali ke mesjid, tapi hanya sampai di situ, hanya sampai hal-hal lahiriah, formalitas. Firman Tuhan belum  meresap dan mempengaruhi hidupnya.
Hari Minggu ini adalah Pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional, dengan thema besar: Menyaksikan Mukjizat Tuhan. Selama bulan September ini, di lingkungan-lingkungan, melalui pertemuan pendalaman Kitab Suci, kita akan merenungkan dan mengalami mukjizat-mukjizat, yaitu perbuatan-perbuatan besar Allah. Pada pembukaan bulan Kitan Suci ini, Rasul Yakobus dalam bacaan II, mengingatkan kita semua: “… hendaklah kamu menjadi pelaksana firman dan bukan hanya pendengar saja..”.  Jika hati kita sudah dipenuhi oleh Firman Tuhan; jika hidup sudah dipengaruhi oleh Firman Tuhan, maka  kita akan  menyaksikan mukjizat-mukjizat dalam hidup kita. Semoga selama bulan Kitab Suci ini, kita lebih mencintai Kitab Suci, serta merenungkan dan mengamalkannya dalam hidup (Katedral-Sibolga/Sam Gulo/02-09-2012/2012).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar