Minggu, 18 November 2012

K e d a t a n g a n T u h a n



Hari Minggu Biasa XXXIII Tahun B

Para saudara,
Hari Selasa lalu, secara tak sengaja, saya temukan harian Kompas, terbitan tahun 2003 di lantai 3 pastoran.  Saya tertarik dengan salah satu artikel, yang menghebohkan pada saat itu, yakni: Sekte Pondok Nabi atau Sekte Hari Kiamat di Bandung. Saya kira kita masih ingat peristiwa yang  memilukan. Sekte Pondok Nabi, salah satu aliran Pentakosta, dipimpin oleh Pdt. Mangapin Sibuea, percaya bahwa hari kiamat terjadi pada hari Senin, 10 Nopember 2003, pukul 15.00 Wib. Menurut keyakinan sekte ini, pada saat itu mereka akan ‘diangkat ke surga’. Anggota sekte ini, datang dari berbagai daerah, sudah menjual segala harta bendanya, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan kuliahnya dan pergi ke Bandung mempersiapkan diri menyongsong ‘pengangkatan’ mereka.
Tetapi apa yang terjadi, sampai pada saat yang telah ditentukan, hari kiamat tidak terjadi, dan Tuhan tidak datang-datang juga mengangkat mereka. Sebanyak 283 orang anggota sekte itu, menjadi histeris dan terganggu jiwanya. Aparat keamanan bekerja sama dengan pihak Gereja setempat, terpaksa turun tangan. Dikhawatirkan, mereka akan bunuh diri bersama-sama, maka terpaksa dievakuasi untuk menjalani pembinaan mental dan rohani.

Minggu, 11 November 2012

Pemberian Dengan Tulus Hati



Hari Minggu Biasa XXXII Tahun B

Para saudara,
Pada hari raya Idul Adha, hari raya Islam, tanggal 28 Oktober lalu, ada berita yang mengejutkan banyak orang karena disiarkan berkali-kali di televisi dan menghiasi beberapa halaman surat kabar, yakni: Mama Yati, umur 64 tahun, seorang pemulung barang-barang bekas, yang tinggal di Tebet, Jakarta, memberikan 2 ekor sapi sebagai hewan kurban yang disalurkan melalui salah satu Masjid di Jakarta. Menurut pengakuan Mama Yati, sudah 2 tahun mulai ada niatnya untuk menyumbangkan sapi untuk daging kurban. Mulai saat itu ia mulai menabung dari penghasilannya mengumpulkan barang bekas. Ia rela menunda merehap gubuk mereka yang sudah rewot. Dan 1 hari sebelum Idul Adha, ia menjual perhiasannya untuk mencukupi uang tabungannya, supaya bisa membeli 2 ekor sapi.
Ketika diwawancarai oleh wartawan TVOne, Mama Yati, berkata: “Kita tidak tahu sampai kapan kita hidup. Selama bisa berbuat baik, ya kita jalankan saja”. Apa yang dilakukan oleh Mama Yati, bagi orang-orang berduit, tidaklah seberapa. Tetapi karena Mama Yati seorang pemulung, sepanjang hari hanya mengais barang-barang bekas dan pendapatan yang diperoleh di situ sekitar Rp 300 / bulan, pemberian Mama Yati itu menjadi sangat berharga dan bernilai, karena ia memberi dengan niat suci dan memberi dari kekurangannya.

Minggu, 04 November 2012

Hukum Yang Terutama



Hari Minggu Biasa XXXI Tahun B

Para saudara,
Konon kabarnya, ada seorang atheis yang opname di rumah sakit katolik. Si atheis ini sangat terganggu dengan sebuah salib yang digantung di dinding kamarnya. Ia menyampaikan keberatan kepada pihak RS, tetapi pihak RS berkata bahwa itu sudah merupakan kebijakan, dan para pasien tidak berhak melarangnya. Si atheis itu pun pasrah. Dalam proses perawatannya, ada seorang perawat cantik yang selalu memperhatikan dia dan selalu berbicara tentang Tuhan Yesus. Si atheis itu hanya tertawa saja dan berkata: “Nona, hentikanlah ocehanmu, lebih baik anda berkisah tentang  langit biru atau  indahnya bintang-bintang di malam hari”, jauh lebih meringankan rasa sakitku.
Beberapa hari kemudian, kondisi si atheis itu makin parah: kedua ginjalnya rusak. Kalau tidak ada yang memberikan ginjalnya 1 buah saja, ia akan mati.  Suatu saat, perawat cantik itu mengatakan kepada si atheis itu bahwa ia rela memberi 1 buah ginjalnya untuk dicangkokkan pada pasien atheis itu.  Si atheis itu hampir tidak percaya akan kata-kata perawat itu. Dengan air mata bercucuran ia berkata kepada perawat itu: “Nona, mengapa engkau begitu baik dan berbelas kasih kepadaku?”. Setelah terdiam sejenak, perawat itu, sambil menunjuk pada salib di dinding tadi berkata: “Dia yang menyuruhku supaya aku memberikan 1 buah ginjalku untukmu”. Si atheis itu tertunduk, barangkali baru menyadari kekeliruannya, lalu berkata: “Nona, sekarang aku percaya kepada Dia”.

Minggu, 28 Oktober 2012

Semoga Aku Bisa Melihat



Hari Minggu Biasa XXX Tahun B

Para saudara,
Konon kabarnya, ada seorang gadis yang tinggal di daerah Perbatasan: ia sangat cantik tetapi sayang matanya buta. Pada umur 17 tahun, ia pernah menderita sakit gigi, kemudian kena infeksi lalu menyerang bagian saraf, yang membuatnya jadi buta. Orang tuanya berusaha keras supaya putri mereka bisa sembuh. Jalan terakhir yang ditempuh adalah operasi di Rumah Sakit. Dalam proses operasi mata ini, ia selalu dibantu oleh seorang pemuda, yang selalu memberi semangat dan dorongan kepadanya supaya tetap semangat. Tetapi sayang sekali, pemuda ini tampangnya sangat jelek: mukanya bopeng, hidungnya pesek, dll.
Gadis buta ini sangat terkesan dengan pemuda ini, sehingga  ia  jatuh hati kepada pemuda itu. Mereka pun akhirnya saling jatuh cinta. Selama proses penyembuhan, sang pemuda  antara gembira dan cemas. Cemas karena dia berpikir setelah gadis itu bisa melihat nanti, pasti ia akan melihat tampangnya yang jelek, dan dengan demikian akan meninggalkannya. Waktu gadis itu sembuh dan dapat melihat, ia meluapkan kegembiraan hatinya dengan memeluk dan mencium kekasihnya. Pemuda itu terharu dan berkata: “Saya kira sesudah engkau melihat tampangku yang jelek, engkau akan meninggalkan saya”. Tetapi si gadis menjawab: “Saya sudah melihat engkau dengan HATI sebelum saya melihat engkau dengan mata”.

Minggu, 21 Oktober 2012

Pemimpin Yang Melayani


                                  Hari Minggu Biasa XXIX Tahun B / Hari Minggu MISI
Para Saudara,
Barangkali kita pernah membaca semboyan-semboyan dari sebuah perusahaan, kantor swasta atau pun mpemerintah, yang biasanya dipasang di tempat-tempat strategis supaya bisa dibaca semua orang, atau bahkan bagi yang punya duit, bisa dimasukkan sebagai  iklan di televisi, misalnya berbunyi: “Kami Melayani Anda!”, “Kami Hadir Untuk Anda”,  “Anda Senang Kami Bangga”, “Hidup Kami Adalah Pelayanan”, dan masih banyak semboyan lain lagi, yang semuanya baik, indah dan mentereng.
Itu adalah sebuah semboyan, walaupun dalam  realitasnya belum tentu demikian. Yang kita rasakan, jika ada keperluan kita di salah satu kantor: ada tips, ada uang pelicin, maka pelayanan menjadi lancar. Jadi sering sekali, semboyan-semboyan indah itu, tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Jika kita mengurus surat-surat, misalnya, harus melewati beberapa pintu dan pintu-pintu itu adalah uang semua. Pertanyaannya: dimana semangat dan jiwa pelayanan kita? Kalau bisa 1 pintu, kenapa harus berpintu-pintu? Di Gereja kita, tidak terjadi hal seperti itu. Mengurus surat-surat di kantor Paroki, misalnya, cukup 1 pintu saja.

Minggu, 23 September 2012

Hendaklah Kita Menjadi Seperti Anak-Anak



Hari Minggu Biasa XXV Tahun B

Para saudara,
Pada suatu hari, sekelompok binatang, berkumpul di lapangan. Binatang-binatang tersebut berkumpul dengan tujuan hendak menyaksikan adu kepandaian antara katak dan kerbau. Sang katak yang tidak melihat kemampuannya dan keadaan dirinya, mengajak kerbau besar untuk saling membesarkan perut sebesar mungkin. Siapa yang menang akan mendapat hadiah yang menarik, yakni menjadi kepala security di daerah perbatasan. Rupanya, tantangan katak diterima dengan baik oleh kerbau.
Mula-mula kerbau membesarkan perutnya semampunya.  Setelah kerbau selesai, katak pun memulai aksinya; membesarkan perut dengan sekuat mungkin, tetapi tidak disesuaikan dengan keadaan perutnya. Dengan dilandasi sifat ingin dipuji dan mengalahkan kerbau; perut katak mulai membesar, … mengecil, … agak besar, besar, … dan prak….  Karena tidak mengingat kemampuannya, katak mati dengan perut terpecah. Sungguh sangat mengenaskan.
Itu hanya sekedar contoh saja! Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak orang yang sering berperilaku seperti katak tadi. Kita sering bertindak di luar kemampuan kita, dengan maksud supaya kita dipuji dan disoraki orang; untuk menunjukkan bahwa kita pun bisa!  Kalau dia bisa, kenapa saya tidak?! Kalau kerbau bisa memiliki perut besar, maka katak pun merasa bisa memiliki perut sebesar itu.

Minggu, 16 September 2012

Salib Yesus Menyelamatkan



Hari Minggu Biasa XXIV Tahun B

Para saudara,
Seorang kudus bernama Fransiskus dari Sales, yang hidup antara tahun 1567-1622. Ia seorang uskup di Jenewa, Swiss  dan sekaligus sebagai Pujangga Gereja. Ia seorang  pengkotbah ulung, penulis buku-buku rohani dan pembimbing spiritual. Pada saat dia menjabat sebagai uskup, banyak orang Protestan yang kembali ke Gereja Katolik, karena tertarik mendengar kotbahnya yang menyejukkan dan menggugah hati. Dalam suratnya kepada seorang sahabatnya, Fransiskus dari Sales, pernah bercerita tentang suatu kebiasaan di daerah-daerah pedalaman di mana ia pernah tinggal.  Suatu saat, ia melihat seorang buruh tani melintasi ladang untuk menimba air di sumur. Ada hal menarik yang membuat ia heran. Sebelum mengangkat ember air, buruh tani itu selalu meletakkan potongan kayu berbentuk salib di atas air itu. “Ada apa?!”, begitu kata Fransiskus dalam hati.
Suatu hari, Fransiskus menyapa buruh tani itu dan bertanya: “Saudara, mengapa kamu melakukan hal itu?”. Buruh tani itu tampak terkejut, kemudian menjawab: “Ya, memang seharusnya begitu. Sebab dengan meletakkan potongan kayu salib di atasnya, airnya menjadi tenang dan tidak tumpah”. Fransiskus, sebagai bapa spiritual, langsung bisa menangkap makna rohani dibalik peristiwa itu. Ketka menulis surat untuk seorang sahabat setelah peristiwa itu, Fransiskus menceriterakan hal ini dan menambahkan, “Jika hatimu resah, bergejolak dan tidak tenang, letakkanlah salib Yesus ke bagian itu, niscaya hatimu tenang dan damai”.

Minggu, 09 September 2012

Janji Keselamatan Tuhan

                                         Hari Minggu Biasa XXIII Tahun B


Saudara-saudari,
Dalam paham masyarakat Jawa tradisional, ada satu sosok pribadi yang sangat terkenal, yang disebut dengan istilah Ratu Adil. Ini ditulis  dalam Ramalan Jayabaya oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram, namanya Prabu Jayabaya (1135-1159). Dalam ramalan Jayabaya ini, disebutkan bahwa di masa depan, yang tidak diketahui kapan, akan ada Zaman Keemasan bagi Nusantara. Zaman itu, didahului dengan datangnya suatu masa penuh bencana. Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai akan meluap. Ini akan menjadi masa penderitaan dan kesewenang-wenangan; masa orang-orang licik berkuasa dan masa orang-orang baik akan tertindas.
Tetapi setelah masa yang berat dan suram itu, datanglah sang Ratu Adil. Dengan datangnya Ratu Adil, maka datanglah zaman baru; zaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan; zaman keemasan Nusantara. Ramalan tentang Ratu Adil ini, biar pun berbau  fiktif, tetapi sangat menghibur, meneguhkan, memberi harapan dan tetap hidup dalam pemikiran  masyarakat Jawa.  Kalau sekarang hidup kita bersusah-susah dan menderita, itu akan segera berakhir, akan datang Ratu Adil, membawa harapan dan memulihkan segala sesuatu.

Minggu, 02 September 2012

Semangat Mengikuti Perintah Allah

                                                  Hari Minggu Kitab Suci Nasional, Tahun B


Para Saudara,
Kehidupan dan dinamika liturgi dalam Gereja kita senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Liturgi tradisional, banyak sekali rubrik yang harus diikuti. Seorang pastor waktu perayaan misa, harus teliti betul: berapa kali  ia harus berlutut di depan altar, berapa persen percampuran air dan anggur dalam ekaristi, jubahnya harus berapa cm di atas lantai, bunganya harus menghadap ke mana, umat harus berdiri atau berlutut selama konsekrasi, dll. Rubrik liturgi yang rumit dan bertele-tele itu harus dipatahi, jika tidak maka dianggap sebagai pelanggaran dan dosa.
Hal yang sama tetap merupakan diskusi: boleh atau tidak menyebut bab dan ayat kitab suci waktu dibacakan?  Boleh atau tidak lagu-lagu pop dinyanyikan dalam perayaan misa? Boleh atau tidak, memakai kaset atau vcd waktu tarian persembahan?  Kalau saya lebih fleksibel. Memang kesegaraman tentu baik, supaya nampak teratur. Tetapi harus kita tahu mana yang pokok, primer, dan fundamental; dan mana yang tidak, yang sifatnya sekunder saja. Yang pokok tentu tidak boleh dilanggar, misalnya: mengganti anggur dan hosti dengan memakai anggur dan roti biasa. Ini tidak boleh! Atau mengganti kata-kata institusi dengan karangan sendiri. Ini tidak boleh! Ini hal pokok. Tetapi masalah menyebut bab atau ayat kitab suci waku membaca; memakai lagu-lagu pop dalam perayaan misa; memutar  kaset atau vcd dalam tarian persembahan, itu sifatnya sekunder, bukan hal pokok, bukan dogma, sehingga kalau dilakukan bukan merupakan dosa.

Minggu, 26 Agustus 2012

Menerima atau Menolak Yesus



Para Saudara,
Bpk Yusuf, seorang petani sawah tradisional. Suatu saat, ia sangat kecewa. Masalahnya, 1 bulan setelah dia menanam pagi, musim kemarau datang, akibatnya tanaman padi banyak yang layu dan mati. Ketika musim panen tiba, hasilnya sangat mengecewakan, padahal sudah banyak biaya dan tenaga yang terbuang untuk itu. Penduduk desa, termasuk keluarga   Bpk Yusuf, mengeluh kekurangan bahan makanan. Karena itu, Bpk Yusuf memutuskan untuk tidak mengolah sawah lagi. Dia banting stir, cari makan dengan cara lain yakni dengan membuka kios, dengan cara mengubah rumahnya menjadi kios.  Dengan kehadiran kios Bpk Yusuf, berarti jumlah kios di kampung itu bertambah satu. Maka hampir semua rumah sudah mempunyai kios. Dan mereka menjual barang yang rata-rata sama.
Ketika musim kerja di sawah tiba, Bpk Yusuf tidak turun kerja. Dia bersama keluarganya menjaga kios. Keuntungan kios tidaklah seberapa. Yang terjadi: minyak tanah, gula dan rokok yang ada di kios, lebih banyak dikonsumsi sendiri daripada yang terjual. Akibatnya kios kurang memberi keuntungan. Musim panen tiba lagi. Di luar dugaan, hasil panen tidak seperti sebelumnya. Semua petani desa puas, di rumah-rumah, orang bercerita tentang hasil panen yang luar biasa, kecuali di rumah Bpk Yusuf. Bpk Yusuf dan keluarganya sedih dan menyesal; mengapa mereka tidak mengerjakan sawahnya. Apa boleh buat, nasib sudah menjadi bubur.

Minggu, 19 Agustus 2012

M e m b e r i k a n D i r i


Hari Minggu Biasa XX Tahun B

Para saudara,
Pada Perang Dunia I, Negara Perancis merupakan salah satu Negara terkuat di benua Eropa bahkan di dunia. Oleh karena itu banyak Negara yang menjadi musuhnya. Ketika itu, terjadi peperangan sengit, ada seorang serdadu Perancis, mengalami luka berat. Lengan kirinya terkena serpihan bom, sedemikian parahnya sehingga harus diamputasi atau dipotong. Dia adalah seorang serdadu yang masih muda, seorang pemberani, setia, dan di atas segalanya itu, ia amat mencintai negaranya, Perancis.
Dokter ahli bedah, yang menanganinya di Rumah Sakit, amat sedih melihat nasib pemuda itu bahwa selanjutnya ia  harus hidup dengan cacat, satu tangan. Maka dokter itu, menunggu di sisi tempat tidur serdadu itu, untuk menyampaikan berita buruk bila anak muda itu sudah sadar kembali. Pada waktu pemuda itu membuka matanya, dokter itu berkata kepadanya, “Aku menyesal sekali untuk memberitahukan kepadamu bahwa engkau telah kehilangan satu lenganmu”. “Tuan”, kata pemuda itu, “Aku tidak kehilangan itu, karena aku memberikannya untuk Perancis. Dan seadandainya pun itu terjadi, jiwa ini tetap berjuang untuk Perancis”. Kita pasti sangat salut dengan serdadu Perancis itu. Tampaknya ia sudah menyatu dengan Perancis. Walaupun hanya tinggal satu lengan, dan masih terbaring di ranjang, ia masih mengepalkan tinjunya, sebagai pertanda komitmennya berjuang untuk negaranya, yang amat ia cintai, Perancis.

Minggu, 12 Agustus 2012

Menjadi Semakin Lebih Baik


Hari Raya St. Perawan Maria Diangkat ke Surga

Para saudara,
Setiap tanggal 15 Augustus, Gereja kita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Tetapi di Indonesia, berdasarkan keputusan KWI, pesta ini bisa dipindahkan ke hari Minggu sebelum atau sesudah tanggal     15 Augustus. Tahun ini, hari raya ini dirayakan jatuh pada hari Minggu ini, 12 Augustus 2012.
Dalam perayaan ini, kita merayakan iman kita terhadap Bunda Maria berdasarkan dogma tentang pengangkatan ke surga dengan tubuh dan jiwanya. Dogma tentang Pengangkatan Bunda Maria ke surga, diumumkan dan disahkan oleh Paus Pius XII, pada tanggal 01 Nopember 1950.

Minggu, 05 Agustus 2012

Roti Dari Surga

                                                            Hari Minggu Biasa XVIII Tahun B

Para saudara,
Ada satu falsafah hidup orang bijak yang mengatakan: “Makan bukan semata-mata untuk perut, tetapi untuk hidup”. Bisa juga dengan kata-kata bijak  lain: “Makan untuk HIDUP tetapi HIDUP bukan untuk makan”. Kalau hidup hanya untuk makan, itu sama artinya dengan makan semata-mata hanya untuk perut, itu adalah gaya binatang. Lihatlah binatang: kemana-mana hanya cari makanan, bahkan makanan yang sudah ada dalam moncong temannya pun masih berusahan direbutnya. Bisa juga terjadi dalam situasi yang lain, takkala kita menghadiri suatu acara atau pesta, apakah dalam kehidupan bermasyarakat, kelompok adat, ataupun yang sifatnya gerejani: selesai makan, langsung pulang; SMP = siap makan pulang, ruang pertemuan pun pelan-pelan kosong. Dalam situasi seperti itulah berlaku falsafah tadi, makan untuk perut dan bukan untuk hidup.
Bagi manusia, makan memang amat penting, tetapi tidak semata-mata untuk mengenyangkan perut, melainkan demi hidup. Makan juga tidak hanya semata-mata sebagai aktifitas mengunyah dan menelan, tetapi makan memiliki makna religius, karena itu aktifitas makan, sering disebut sebagai perjamuan. Dalam perjamuan ada tata-cara, aturan main dan etiketnya bahwa melalui perjamuan, nampaklah “nilai luhur pribadi manusia”, sebagai makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Maka, untuk manusia berlaku: “Makan bukan semata-mata untuk perut, tetapi untuk hidup”

Minggu, 29 Juli 2012

Lebih Dari Pada Sekedar Roti



Hari Minggu Biasa XVII, Tahun B

Para saudara,
Saya mempunyai pengalaman menarik ketika saya hendak mengikuti testing masuk  Seminari Tinggi di Pematangsiantar, pada thn 1988. Kami sudah mengikuti semua tes: tes IQ, pengetahuan umum, kepribadian, dll. Tinggallah tes kesehatan. Untuk tes kesehatan ini ada 2 macam, yaitu pemeriksaan secara medis  di RS dan uji ketahanan fisik. Selesai pemeriksaan kesehatan di RS, diteruskan dengan tes ketahanan fisik. Untuk tes ini, kami disuruh mengelilingi Pulau Samosir dengan berjalan kaki. Kami hanya diberi uang transport dari Siantar ke Parapat terus ke Tomok,  setelah itu berjalan kaki, dengan mencari keperluan sendiri. Jadi sekaligus mengemis. Kami dibagi dalam kelompok, setiap kelompok ada 5 orang.
Dari Tomok kami mulai berjalan dari sebelah kiri, terus keliling dan akhirnya sampai di Tomok lagi, selama 3 hari tiga malam. Ada perasaan was-was, mana kala jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam: dimana harus menginap? Biasanya kami mencari rumah-rumah orang sederhana atau orang miskin, dengan perkiraan tidak akan menolak kami. Umumnya mereka senang dan menerima kami. Hari terakhir itu, rumah yang kami tumpangi sangat sederhana, dindingnya papan yang sudah lapuk. Di rumah itu pas tidak ada persediaan beras, kami menikamati saja apa yang ada. Kami sangat senang tinggal di rumah itu, karena keluarga itu sangat baik dan  ramah.

Minggu, 22 Juli 2012

Beristirahatlah Sejenak


BERISTIRAHATLAH SEJENAK
Hari Minggu Biasa XVI, Tahun B

Para saudara,
Saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan sepeda motor. Kejadiannya pada tahun 1988, ketika saya menjadi pastor pembantu di Paroki      St. Bonifasius Alasa, Nias Utara, baru 4 bulan sesudah saya ditahbiskan menjadi pastor. Waktu itu kami sangat sibuk mempersiapkan kunjungan uskup, yang akan melayani pemberkatan Gereja dan Sakramen Krisma di Paroki itu. Waktu itu saya berkomunitas dengan pastor-pastor Xaverian di Pastoran St. Maria Gusit.
Rencana, pada jam 10 pagi saya melayani Sakramen pengakuan dosa kepada para calon Krisma di wilayah Alasa. Saya berangkat jam 08.00 pagi dari Gusit, dengan mengendarai sepeda motor GL Pro tua, dengan perhitungan  sampai di Alasa pada jam 09.30. Baru setengah jam perjalanan, tiba-tiba suara mesin sepeda motor, lama-kelamaan mengecil dan akhirnya mati. Setelah saya cek, ternyata bensinnya habis. Waktu itu belum ada jualan bensin di pinggir jalan, hanya ada di Gusit dan Alasa. Terpaksa, motor tadi saya tuntun, dengan harapan, ada yang berbelas kasih, yang akan menawarkan bensin,  tetapi setelah sekian lama menunggu, tidak ada juga. Setelah saya tuntun kira-kira 2 KM,  dari arah belakang terdengar ada suara truk, “Puji Tuhan”, kata saya spontan. Setelah berbicara dengan  sopir, akhirnya, saya diijinkan naik bersama dengan sepeda motor sampai di Alasa dengan membayar Rp 50 ribu. Saya baru sampai di Alasa pada jam 12 siang, dengan kondisi lapar, tapi untung para calon peniten sabar menunggu dan         Bpk. Lektor menghidangkan makanan enak pula.
Tapi hitung-hitung: saya rugi waktu, tenaga, dan uang. Pada saat itu bensin hanya Rp 2000/liter. Jadi uang yang 50 ribu itu setara dengan 200.000 ribu sekarangg. Peristiwa ini menjadi pengalaman berharga bagi saya. Mulai dari kejadian itu, kalau saya keluar dengan motor atau pun dengan  mobil selalu terlebih dahulu memeriksa bagaimana kondisi minyak.

Minggu, 15 Juli 2012

Kita Dipanggil dan Diutus


Hari Minggu Biasa XV, Tahun B

Para saudara,
Barangkali, kita masih ingat pasangan kembar siam dari negeri  Iran, yang bernama Ladan & Laleh, pada tahun  2003 lalu. Pada saat itu, berita bayi kembar siam ini, menjadi berita yang paling banyak diekspouse oleh media massa, dan bahkan menjadi berita dunia. Bayi kembar siam itu sendiri,  meninggal dunia pada 08 Juli 2003, setelah menjalani pembedahan di Singapura untuk memisahkan tengkorak dan otak mereka yang menyatu. Setelah meninggal, dikatakan bahwa  orang tua mereka sangat berduka dan bahkan dikatakan banyak orang di Iran termasuk Presidennya, ikut berduka dan menangis. Begitu pentingkah bayi cacat itu sehingga negeri Iran menangis dan dunia bersedih?
Dengan kisah ini, dan kisah-kisah lain yang sejenis, tampak bahwa mutu atau nilai hidup manusia itu tidak ditentukan oleh kegagahan, kecantikan dan ketampanan; juga apakah ia kaya dan berpendidikan, tetapi oleh totalitas atau keutuhan dirinya sebagai manusia secara keseluruhan, sebagai gambar dan citra Allah.

Minggu, 08 Juli 2012

Menerima Orang Lain

                                                  Hari Minggu Biasa XIV, Tahun B

Para saudara,
Dalam Harian Kompas, beberapa waktu lalu, dalam ruang Konsultasi Keluarga, terbacalah pengalaman pahit yang dialami oleh seorang gadis bernama Narti, nama samaran. Narti seorang perawat dari keluarga miskin di kampung, yang  bertugas di salah satu rumah sakit, dimana ia berkenalan dengan seorang dokter spesialis, yang berasal dari keluarga terpandang. Berbekal kecantikan, Narti berhasil memikat hati sang dokter. Perkenalan mereka berlanjut ke jenjang pernikahan. Narti begitu berbahagia, impiannya terwujut, dinikahi oleh dokter. Dalam sekejab, status Narti berubah total,  ia memiliki segalanya: rumah besar, mobil mewah, bisa rekreasi kemana saja, dlsb.
Beberapa waktu kemudian, Narti mendapat surat kaleng, yang nota bene berasal dari kaum kerabat sang suami, yang berisi ejekan: “Narti perempuan desa, tidak tahu diri, miskin dan berpendidikan rendah, seharusnya tidak layak menjadi istri dokter, yang berpendidikan tinggi, berasal dari keluarga terpandang, kaya dan punya jabatan penting”. Pada permulaan, Narti sangat terpukul dengan isi surat kaleng itu, tetapi berkat dukungan dan pengertian suaminya, Narti tetap bersemangat.

Minggu, 01 Juli 2012

T a l i t a K u m


Hari Minggu Biasa XIII, Tahun B

Para Saudara,
Seorang Ibu pernah bermimpi. Dalam mimpinya itu, suaminya berpenampilan seperti pengantin, memakai baju putih dan rapi. Sudah biasa, kalau ada mimpi-mimpi aneh seperti itu, mereka bertanya kepada orang pintar, paranormal atau dukun tentang arti mimpi itu. Ibu tadi menjumpai orang pintar atau paranormal dan menceritakan tentang mimpinya dan berharap akan mendapat penjelasan yang memuaskan tentang mimpinya itu.
Setelah bercerita panjang lebar kepada sang dukun, suasana hening, lalu mulut sang dukun mulai komat-kamit, mencoba menafsirkan mimpi itu. Menurut sang dukun, mimpi itu bisa berakibat sangat buruk. “Memakai pakaian pengantin, bisa berarti akan menderita suatu penyakit atau bahkan sampai pada kematian”, demikian sang dukun menjelaskan. Mendengar itu, ibu itu menjadi panik. Dan setelah bercerita kepada suaminya, suaminya lebih  panik lagi, gelisah, takut, nafsu makan berkurang, minat bekerja menurun. Tidak lama sesudah itu sang suami memang betul-betul jatuh sakit. Setelah beberapa bulan, penyakit sang suami makin parah, karena itu terpaksa dibawa ke rumah sakit. Pada saat itulah saya bertemu dan mendengar kisah itu. Saya mencoba meneguhkan suami istri itu, menganjurkan supaya jangan diingat-ingat dulu mimpi itu, sambil pasrah kepada Tuhan. Setelah itu saya mendoakan dan memberi perminyakan suci. Alhasil, bapak itu masih hidup sampai sekarang.

Minggu, 24 Juni 2012

Membawa Orang Pada Yesus


Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis, Tahun B

Para saudara,
Ada satu peristiwa. Di salah satu sekte keagamaan, pernah diadakan  acara penyembuhan. Pada permulaan, seperti biasanya, didahului dengan musik dan lagu-lagu pujian yang kadang menggelegar dan menghanyutkan, lalu disusul dengan kotbah yang berapi-api, dengan merangkai ayat-ayat kitab suci yang dicopot sana copot sini.  Terasa bahwa, pembawa acara dan si pengkotbah berusaha keras supaya massa bisa dikuasai secara psikologis,  sehingga akhirnya menganggap semua yang dikatakan oleh  si pengkotbah adalah semuanya vitamin.
Lalu sampailah pada acara yang ditunggu-tunggu, yaitu acara penyembuhan. “Kuasa Tuhan sedang terjadi sekarang, karena itu siapa saja yang sakit dan sakit apa saja datanglah ke depan, biar Yesus menjamah anda”, kata si penyembuh, mengindoktrinasi. Ia menumpangkan tangan ke atas yang sakit, dan banyak yang jatuh pingsan, kerasukan roh, begitu menurut mereka. Suasana pun terasa mencekam, orang yang tidak kuat mentalnya bisa terbawa emosi dan terhipnotis.
Pertanyaannya: apakah orang sakit benar sembuh?  Secara fisik tidak, tatapi sembuh secara psikologis, karena orang sudah dikuasai secara mental-psikologis. Mereka ringan dan damai, tetapi beberapa jam setelah itu, kembali seperti sebelumnya. Apa yang bisa kita tangkap dengan gejala ini? Si penyembuh, dan tim mereka itu,  sesungguhnya tidak membawa orang pada Yesus, dia berusaha supaya  dia menjadi bintang dan fokus dalam acara penyembuhan itu, dan bahkan cenderung bergaya selebritis.

Minggu, 17 Juni 2012

Kerajaan Allah Seperti Biji Sesawi


Hari Minggu Biasa XI Tahun B

Para saudara,
Puluhan tahun silam, ketika mendiang Paus Yohanes Paulus II, berkunjung ke Korea Selatan, dalam rangka Misa Agung Kanonisasi 103 martir Korea, ada peristiwa yang sangat istimewa dan  langka. Pada waktu itu, sepasang suami istri maju mendekati Bapa Suci, membawa persembahan sepasang burung merpati putih sambil membawa bayi mereka, dalam pakaian tradisional Korea. Sambil menitikkan air mata haru, sang ibu dengan lembut  menempatkan bayinya itu ke pangkuan Bapa Suci. Sri Paus mengangkat anak itu, mendekapkannya ke wajahnya, lalu dengan penuh  kebapaan mencium pipi bayi itu.
Sang bayi sama sekali tidak menyadari peristiwa apa yang terjadi, ia sedang tertidur pulas. Ia tidak sadar  bahwa ia menerima kehormatan istimewa dan langka. Istimewa dan langka karena dialah satu-satunya,  diantara jutaan bayi di seluruh dunia saat itu, yang seusia dengan dia, boleh menerima kecupan dan ciuman dari Sri Paus. Peristiwa itu direkam dan diabadikan oleh ratusan kamera, televisi dan video.

Minggu, 10 Juni 2012

Tubuh & Darah Kristus Sumber Hidup


Hari Minggu Tubuh dan Darah Kristus, Tahun B

Para saudara,
Ada sebuah filem berjudul” PENGORBANAN”. Filem ini mengisahkan seorang bapak yang bernama Raja dan seorang anak angkatnya bernama Sedek. Sudah 30 tahun bapak Raja menikah dgn istrinya, akan tetapi belum dikaruniai anak.  Karena itu, ia mengangkat  Sedek  ini jadi anaknya, anak keponakannya.  Pada umur  17 tahun, Sedek  mulai mengidap beberapa jenis penyakit. Pertama sekali: sakit mata sehingga menjadi buta. Dokter rumah sakit mengatakan,   matanya bisa normal kembali dengan cara dioperasi jika ada  orang lain yang memberi matanya.  Bapak Raja tadi berkata, jika anak  saya bisa sembuh maka saya merelakan mata saya yang satu. Dengan operasi tadi maka Sedek, bisa melihat kembali, sementara pak Raja tinggal dengan satu mata.
Satu tahun setelah itu, Sedek  menderita penyakit lain yakni sakit ginjal.  Dokter mengatakan, dia bisa hidup asal dioperasi dan diganti dengan ginjal orang lain. Pak Raja tadi mengatakan, “Kurelakan ginjal  saya yang satu jika dia bisa hidup”. Dengan satu buah ginjal  maka Sedek bisa hidup. Tiga tahun setelah itu, Sedek  kembali menderita penyakit lain lagi yakni: leukemia atau kanker darah.  Dokter  mengatakan, dia bisa hidup tapi harus dibuang semua darahnya karena sudah kotor dan diganti dengan darah orang lain.  Pak Raja mengatakan, “Kalau begitu,  saya relakan  darah saya, asal dengan itu anak saya bisa hidup”.  Akhir kata, setelah darah bapak itu disedot, iapun meninggal akan tetapi anaknya hidup.

Minggu, 03 Juni 2012

Misteri Allah Tritunggal Mahakudus


Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Tahun B

Para saudara,
Harian Kompas, 1 Juni 2012, pada kolom Tajuk Rencana,  menulis 1 artikel berjudul,  Pancasila Masuk Kotak.  Artikel ini ditulus dalam rangka  hari lahirnya Pancasila pada  1 Juni 1945. Sejak lahirnya Pancasila oleh Presiden I RI, Soekarno, Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi Negara dan sumber segala sumber hukum dan pilar demokrasi. Pancasila menjadi perekat bangsa karena mengakui pluralisme, keragaman dan perbedaan  yang memungkinkan seluruh komponen anak bangsa bisa hidup berdampingan secara damai.
Tetapi beberapa tahun belakangan  ini, ada kelompok-kelompok tertentu yang berusaha  menghapus  Pancasila.  Usaha mereka tampak berhasil dan bahkan bisa menekan otoritas kekuasaan. Lihat misalnya: Pancasila tidak lagi dilafalkan dalam pidato resmi, penataran dan sejenisnya, bahkan di beberapa sekolah pada saat penaikan bendera, pancasila tidak lagi diucapkan. Ini ancaman serius bagi NKRI. Maka ada benarnya tulisan redaksi harian Kompas itu bahwa, Pancasila Masuk Kotak. Kita berharap supaya Pancasila tidak benar-benar masuk kotak. Pancasila itu adalah kekayaan sekaligus kebanggaan kita.  Pancasila itu mengajak hidup bergotong-royong, memperkokoh  kesatuan, persatuan dan persaudaraan sebagai anak bangsa.

Minggu, 27 Mei 2012

Kita Dipimpin Oleh Roh


Hari Minggu Pentakosta, Tahun B
Para saudara,
Hidup mnusia, penuh dengan hal-hal yang kontradiktif (=hal-hal yang bertentangan); ada cerita-cerita yang membuat kita tersenyum dan tertawa, dan ada pula yang membuat kita sedih dan prihatin. Di salah satu tempat, ada suatu kisah. Sepasang suami-istri,  hendak menyeberangi sungai. Sungai mulai banjir. Suami mencari sampan, tetapi tidak berhasil. Sang istri sedang berbadan dua. Karena tidak ada sampan, mereka mencari tempat penyeberangan yang agak dangkal. Sang suami dengan menggunakan segala kekuatannya, menggendong istrinya yang lemah karena sedang mengandung. Tak kala sampai di seberang, keduanya tersenyum penuh suka-cita, kamudia keduanya berpelukan dan melanjutkan perjalanan mereka.
Ada juga fenomena sebaliknya.  Sepasang suami istri, yang sedang mengikuti acara partangiangan, ketika mereka kembali, di tengah perkampungan, diramai-ramaikan oleh penduduk kampung sampai meninggal, karena dituduh menyimpan begu ganjang di rumahnya. Mereka mati  dipukuli sampai mati, oleh sesama orang Kristen.

Minggu, 13 Mei 2012

Mencintai Tuhan dan Sesama


Hari Minggu Paskah VI, tahun B

Para saudara,
Pada perang dunia II (thn 1939-1945), Negara Polandia, negaranya Paus Yohannes Paulus II, dijajah oleh negara Jerman. Pada saat itu, siapa saja yang berani melawan dan menyanggah orang Jerman, akan ditangkap dan dimasukan dalam penjara. Pada saat itu, di Polandia, ada seorang pastor, namanya P. Maximilian Kolbe. Pastor ini, sudah pernah menegur tentara Jerman karena sangat kasar kepada masyarakat dan tidak menghargai hukum. Karena itu, P. Maximilian Kolbe, ditangkap kemudian dimasukan dalam penjara.
Suatu hari, semua tahanan yang ada dalam penjara, termasuk P. Maximilian Kolbe, disuruh berbaris di lapangan. Di situ, dipilih seorang dari tahanan itu yang akan dipotong lehernya. Untuk penentuan itu, dibuat suatu undian dan menurut undian itu jatuh kepada seorang bapak. Bapak ini, mempunyai satu orang istri dan dan banyak anaknya. P. Maximilian Kolbe, sangat kasihan kepada bapak itu, karena begitu besar tanggung-jawabya, karena ada istri dan anak-anaknya.
Karena itu, P. Maximilian Kolbe, meminta kepada komandan supaya ia diperkenankan menggantikan bapak itu. “Biarlah aku menggantikan bapak ini, supaya dia tetap hidup”,  kata pastor itu kepada komandan. Pada permulaan tidak diijinkan oleh komandan, tetapi karena pastor itu terus mendesak,  akhirnya komandan mengijinkan. Akhir kisah, bapak tadi selamat, tidak jadi dipenggal kepalanya, tetapi P. Maximilian Kolbe, mati dipotong lehernya, hanya karena  rasa kasih dan cintanya kepada bapak itu dan keluarganya.

Minggu, 06 Mei 2012

Pohon Kehidupan Kita


Hari Minggu Paskah V, Tahun B
Para saudara
Barangkali, Anda adalah salah seorang yang suka bersih-bersih. Suatu sore, anda berencana mau membersihkan sebatang pohon di halaman rumah, katakanlah pohon mangga atau pohon yang lain, supaya tampak lebih indah dan berbuah banyak. Dari kejauhan, anda melihat hanya beberapa ranting saja yang agak layu dan kering.
Tetapi setelah anda dekat dan menjelajahi dari cabang ke cabang dan dari ranting ke ranting, anda sendiri menjadi sangat heran, karena menemukan bahwa hampir di sekujur pohon, terdapat ranting dan bahkan cabang yang sudah mati. Ranting-ranting dan cabang-cabang itu harus dipangkas, selain untuk membersihkan, juga agar pohon tersebut bisa bertumbuh lebih sehat sehingga menghasilkan buah yang lebih banyak.

Minggu, 29 April 2012

Yesus Gembala Yang Baik


Hari Minggu Paskah IV – Tahun B

Para saudara,
Saya masih ingat: pada bulan Mei 2011, 3 bulan sebelum saya pindah ke Sibolga, kami alumni SMA Katolik St. Xaverius, Gunungsitoli, menyelenggarakan “Temu Alumni”. Acaranya berlangsung selama 3 hari. Hari ke-1: diisi dengan ceramah-ceramah dan pencerahan-pencerahan, hari ke-2: rekreasi bersama dan hari ke-3: perayaan puncak, yakni misa syukur dan ramah-tamah. Yang menarik bagi para alumni adalah kegiatan pada hari ke-2, yakni rekreasi penuh persaudaraan, yang diisi dengan fragmen, sharing, hiburan lagu-lagu nostalgia, dll.  Semua seolah-olah tenggelam dalam alam nostalgia.
Yang paling mengharukan, yakni pada saat beberapa alumni, termasuk saya, berkisah tentang guru-guru favorit mereka dulu.  Dari puluhan orang guru kami, ada 3 orang yang sering-sering disebut: 1 orang bapak, 1 orang ibu dan dan 1 orang suster.  Ketiga orang guru ini menjadi figur menarik bagi para alumni dan masih sangat dikenang, walaupun  sudah berlangsung hampir 25 tahun yang lalu. Ketiga orang guru ini, bukan saja sebagai pengajar, tapi juga benar-benar sebagai guru, pendidik dan orang tua bagi para siswa: mereka mengenal para siswanya secara pribadi dan mereka mengikuti perkembangan para siswanya.

Minggu, 15 April 2012

Terlalu Cepat Percaya

Hari Minggu Paskah II- Tahun B

Para saudara,
Santi (bukan nama sebenarnya), seorang perempuan yang kurang beruntung. Suaminya, sudah 5 tahun yang lalu merantau ke Torganda, belum juga kembali. Mula-mula masih mengirim berita melalui SMS atau telpon. Tetapi lama-kelamaan, telpon dan SMS tidak muncul lagi. Kalau dihubungi selalu sibuk atau diluar jangkauan. Tampaknya dia sudah mengganti kartunya.  Desas-desus pun mulai muncul: sang suami sudah punya wanita lain di sana. Pada permulaan, dia tidak percaya dengan issue tersebut. Tetapi setelah 5 tahun, dia mulai curiga,: “jangan-jangan benar apa yang dikatakan orang tentang suami saya”.
Suatu hari, saat liburan Natal, ada teman sekampungnya yang pulang dari Torganda dan memberitahukan bahwa suaminya sudah menikah, sambil memperlihatkan beberapa lembar foto perkawinan suaminya di Torganda.  Santi, bagai disambar petir di siang bolong,  mendengar itu. Dia menangis…..  dia baru menyesal, begitu cepat percaya dulu sama laki-laki itu, yang sesungguhnya tidak begitu dikenalnya. Waktu itu, orang tuanya sudah memperingatkan Santi supaya hati-hati terhadap laki-laki itu. Tetapi karena sedang jatuh cinta, dia tidak terlalu peduli dengan kata-kata orang tuanya. Mereka bergaul sudah terlalu jauh, sampai dia hamil, sehingga terpaksa menikah. Setelah 3 bulan hidup bersama, sang suami merantau ke Torganda dengan alasan  mencari pekerjaan, dan akhirnya terjadilah seperti dalam berita tadi.

Minggu, 08 April 2012

Kristus Sudah Bangkit

Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan

“Tuhan telah diambil dari makam dan kami tidak tahu Ia dibawa ke mana”

Para saudara,
Ada sebuah cerita bijak dari Cina. Wang Ho adalah seorang laki-laki bodoh. Suatu hari ia menemani kaisar dari Chi ke medan perang dengan menunggang seekor kuda. Dimalam hari, udara sangat dingin, karena itu mereka mencari tempat berteduh di pebukitan sambil meninggalkan kuda mereka di bawah. Dan ketika pagi tiba, kuda mereka tadi tertimbun salju lalu Wang Ho melaporkan kepada kaisar bahwa kuda mereka hilang. Kaisar menyuruh dia mencari kuda itu.
Ia mencari ke sana ke mari kuda itu, tetapi tidak bisa menemukannya. Ia menjadi sangat bingung. Bersamaan dengan terbitnya matahari, salju pun perlahan-lahan meleleh dan kudanya pun kembali tampak. “Ah, itu rupanya kudanya. Rupanya, selama ini kuda itu berada di situ”, katanya penuh kebingungan.

Minggu, 01 April 2012

Yesus Dipuji dan Dicacimaki

                                                          Hari Minggu Palma, Tahun B

Para saudara,
Tokoh diktator Adolf Hitler, pasti tidak asing bagi kita. Adolf Hitler ini, memiliki seorang anak buah yang tidak kalah bengisnya, bernama Adolf Eichman. Di mata teman-temannya, Adolf Eichman, seorang yang ramah, tenang dan bersahabat. Dia mencintai pekerjaannya dan patuh pada hukum serta amat loyal kepada bosnya, Adolf Hitler.
Tetapi pekerjaan Adolf Eichman bukan pekerjaan biasa. Ia ditugaskan mengorganisir pembunuhan massal terhadap orang-orang Yahudi. Dan ia melakukannya dengan sangat baik dan rapi. Dalam waktu singkat, dia berhasil membunuh 6 juta orang Yahudi. Ketika ia kemudian ditangkap di Argentina oleh tentara Israel, dia kelihatan sangat sehat dan normal. Hal ini sangat mengejutkan, karena ia tidak merasa bersalah sama sekali Dia menganggap dirinya sebagai pahlawan negaranya, karena apa yang dilakukannya adalah satu tugas suci dan mulia.

Minggu, 25 Maret 2012

Biji Gandum Yang Jatuh ke Tanah

                                                        Hari Minggu V Prapaskah Tahun B
 
“Jika biji gandum jatuh ke tanah dan mati,  ia akan menghasilkan banyak buah”
Para saudara,
Saya pernah menonton acara Kick Andry di MetroTv, dengan topik: wanita-wanita hebat. Kehebatan mereka terletak pada kerelaan mereka mengorbankan hidup mereka, demi hidup orang lain. Dikisahkan, seorang Ibu yang terdampar di sebuah batu karang bersama anaknya yang masih kecil, pada waktu kapal mereka tenggelam. Tidak ada air dan makanan, hanya batu-batu saja. Tentu saja mereka lapar dan haus. Bagi si Ibu, rasa lapar dan haus  masih bisa ditahan, tapi anakmya yang masih berumur 2 tahun tampaknya tidak bisa.
Maka apa yang terjadi?  Sang ibu itu menggigit tangannya, maka mengalirlah darah segar lalu dikasihnya dimulut anaknya. Setelah minum darah Ibunya, wajah anaknya mulai tampak segar, tanda-tanda kehidupan. Darah Ibu itu terus mengalir dan mengalir, rupanya urat nadi terputus. Karena darah terus mengalir, ibu itu pun kehabisan darah,  lalu  menghembuskan nafasnya yang terakhir. Seketika itulah,  regu penolong datang, nyawa si anak memang tertolong, tapi nyawa sang Ibu sudah tidak tertolong lagi.

Minggu, 18 Maret 2012

Terang dan Kegelapan

                                     Hari Minggu Prapaskah IV Tahun B

Para saudara,
Ada banyak orang yang tidak nyaman dengan suasana gelap, termasuk saya. Kalau tiba-tiba listrik padam, maka kita cepat mencari cahaya, misalnya dengan menyalakan sebatang lilin, lampu teplok, lampu emergency, dlsb. Apa lagi kalau kita sedang ada acara penting, misalnya sedang makan atau lagi di kamar mandi, pasti kelabakan. Saya, misalnya, selalu menaruh sebatang lilin dan mancis di kamar makan dan di kamar mandi, supaya jika sewaktu-waktu listrik padam, langsung bisa menyalakannya. Memang begitulah umumnya kita, setiap orang yang  masih normal dan sehat selalu merindukan cahaya. Kalau toh listrik padam, kita menginginkan supaya listrik cepat-cepat bisa menyala lagi.
Tetapi harus diakui pula bahwa ada juga orang yang tidak suka cahaya. Mereka lebih menyenangi suasana gelap.  Siapakah mereka itu? Tidak lain adalah, orang-orang yang ingin agar  langkah-langkah dan perbuatan mereka tidak diketahui oleh orang lain.  Seorang pencuri, senang dengan suasana gelap, sebab dengan suasana gelap akan mempermudah langkah dan perbuatannya untuk mencuri. Terang dan gelap, dua situasi yang bertolak belakang: terang merupakan lukisan hal-hal yang baik dan positif, sedangkan kegelapan merupakan lukisan hal-hal yang negatif dan melenceng; terang merupakan lambang kehadiran Tuhan sedangkan gelap merupakan lambang perbuatan-perbuatan setan.

Minggu, 11 Maret 2012

Apakah Kita Peka Melihat Tanda-tanda?

Hari Mimggu Prapaskah III – Tahun B

Para saudara,
Dalam kehidupan ini, kita membutuhkan tanda-tanda.  Seorang anak, menginginkan tanda-tanda bahwa  kedua orang tuanya mencintai dan memperhatikan dia, misalnya: dia menantikan kedua orang tuanya merangkulnya, memujinya dan memberikan bingkisan ulang tahun.  Dua sejoli yang sedang bercinta, menginginlan tanda-tanda bahwa pasangannya sungguh mencintainya, misalnya: apakah pasangannya sering melihat atau meliriknya, pengen duduk bersama, kalau dikirim sms cepat-cepat dibalas, dlsb.
Dalam dunia kedokteran, seorang dokter yang memeriksa dan mengobati seseorang, ingin melihat ada tanda-tanda obatnya berdaya-guna, misalnya: si pasien, bertambah nafsu makan, wajahnya memerah, suhu badan turun dlsb. Seorang guru yang baik di sekolah ingin melihat tanda-tanda bahwa pelajarannya berhasil, misalnya: peserta didik bisa mengikuti pelajaran dengan baik, nilai para siswa semakin baik, dlsb. Seorang pengamat pendidikan, Dick Hartoko, SJ, pernah mengatakan bahwa mutu seorang guru dapat diukur dari kemampuannya mentrasfer ilmu kepada peserta didik, sehingga para siswa, sesulit apa pun pelajaran itu, dapat menangkap dan memahami dengan baik pelajaran itu. Pendek kata, kita semua, membutuhkan tanda-tanda.

Minggu, 04 Maret 2012

Cinta Mempertaruhkan Apa Saja

                                                                          Hari Minggu Prapaskah II Tahun B

Para saudara,
Ada sepasang anak muda, yang sudah pacaran selama 3 tahun. Laki-laki beragama bukan Kristen sedangkan perempuan beragama katolik. Dalam banyak hal tampak mereka sangat cocok.  Karena itu sudah mulai muncul keinginan untuk menikah. Suatu saat, sampailah mereka pada satu topik pembicaraan yang sangat pokok dan penting, yakni masalah agama.  Sang perempuan, sebagai seorang katolik yang taat dan saleh, berusaha membujuk  pacarnya, yang non Kristen, supaya  mengikuti dia, masuk katolik, tapi yang laki-laki tidak mau, malah sebaliknya berusaha menarik si perempuan ke agamanya.
Pembicaraan mereka perihal masalah agama ini, menemui jalan buntu dan tidak ada titik temu. Dari pembicaraan topik yang satu inilah, keduanya mulai merasakan bahwa antara mereka ada satu  perbedaan yang mengganjal dan sulit diperdamaikan, dan kalau toh perkawinan tetap dilangsungkan, pasti akan sulit  mencapai keharmonisan dalam keluarga. Karena itu, meski  berat dan menyakitkan, akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah secara baik-baik, sebelum melangkah lebih jauh. 

Minggu, 26 Februari 2012

Bertobat dan Percaya Kepada Injil

Hari Minggu Prapaskah I – Tahun B

Para saudara,
Saya yakin, kita pernah melihat ‘pelangi’ di angkasa. Biasanya, kehadiran pelangi, selalu disertai dengan hujan rintik-rintik. Beberapa suka bangsa di dunia ini, memberi tafsiran yang berbeda-beda soal keberadaan pelangi ini. Contoh, bangsa Yahudi pada zaman dahulu. Menurut tafsiran mereka, ‘pelangi’ merupakan tanda bahwa Allah selalu akan menyelamatkan orang yang setia kepada-Nya dan yang selalu berusaha membaharui diri.
Kita dengar dalam bacaan I tadi: segera setelah Allah menghukum manusia dengan mendatangkan air bah, dan hanya Nuh beserta keluarganya yang selamat, sementara semua orang berdosa ditenggelamkan banjir, Allah berjanji kepada Nuh, “… sejak hari ini, tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak aka ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi”. Kemudia Allah melanjutkan, “… Busur-Ku Kutaruh di awan, sebagai TANDA perjanjian antara Aku dan bumi…”.  Jadi boleh dikatakan, menurut tafsiran orang Yahudi zaman dahulu, ‘pelangi’ itu, yang disebut tadi dalam kitab suci ‘busur’, merupakan cap, tanda tangan atau stempel Allah. Sekali lagi, ini hanya soal tafsiran saja dari orang Yahudi zaman dahulu, yang tentu saja mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Apakah hal ini masih mereka percayai hingga hari ini, saya juga tidak tahu.

Rabu, 22 Februari 2012

Koyaklah Hatimu dan Jangan Pakaianmu

Hari Rabu Abu – Tahun B, 22-02-2012

          Hari Rabu ini kita  mulai memasuki Masa Prapaskah: masa pantang dan puasa, sebagai suatu perjalanan rohani dan batin  bersama Yesus menuju Yerusalem, di mana Ia akan melaksanakan karya-Nya sebagai Almasih.
          Mengapa masa puasa diselenggarakan selama 40 hari?  Dalam Kitab Kejadian (PL) diceriterakan  bahwa Allah mendatangkan air bah selama 40 hari untuk menghukum dosa umat manusia yang diciptakan-Nya. Selama 40 tahun bangsa Israel, yang hidup sebagai budak-budak dalam penjajahan di Mesir, harus berjuang di padang gurun dalam perjalanan hidup mereka menuju ke Palestina, sebagai tanah terjanji. Dan selama 40 hari Yesus sendiri berpuasa dan berdoa untuk mempersiapkan diri  dalam melaksanakan karya-Nya. Karena itu marilah kita seperti Yesus sendiri menggunakan masa puasa ini sebagai semacam retret 40 hari untuk dapat merayakan Paskah.

Minggu, 29 Januari 2012

Yesus Yang Menjadi Fokus Pewartaan Kita

                                                         Hari Minggu Biasa IV Tahun B

“Semua orang mengagumi cara Ia mengajar, karena Ia mengajar  sebagai orang yang berwibawa , tidak seperti ahli-ahli Taurat”

Di Swedia, ada sebuah gereja  tua yang sangat terkenal dan memiliki nilai historis.  Yang paling menarik bagi para pengunjung yakni bahwa di dalam gereja itu ada sebuah salib berukuran besar dan tampak hidup. Salib itu tergantung tepat berhadapan dengan mimbar khotbah. Para pengkhotbah dapat melihatnya, tetapi tidak kelihatan bagi umat. Ketika ditanyakan kepada pemandu tentang mengapa salib itu tersembunyi seperti itu, pemandu itu menceritakan kisah berikut.
Pada suatu hari Minggu, Raja Charles XII, mengadakan suatu kunjungan mendadak ke gereja itu. Ketika sang pengkotbah menyaksikan bahwa sang raja sedang masuk ke dalam gereja, ia menyingkirkan naksah kotbah tertulisnya dan menghabiskan waktu kotbahnya berbicara tentang keutamaan-keutamaan sang raja dan betapa banyak hal yang ia lakukan bagi rakyatnya. Beberapa hari kemudia, salib itu tiba di gereja sebagai hadiah dari raja. Bersama salib itu, dikirim sebuah surat yang berisi perintah  raja agar salib itu digantung di dinding tembok berhadapan dengan mimbar kotbah, sehingga mulai saat itu, setiap orang yang menggunakan mimbar itu untuk berkotbah, akan diingatkan pada Seseorang yang harus dikotbahkan, yakni Pribadi Yesus yang tersalib.

Minggu, 22 Januari 2012

Yunus dan Pertobatan Kita

Hari Minggu Biasa III – Tahun B

Para saudara,
            Pada hari Sabtu yang lalu, 14 Januari, tak kala kita lagi sibuk-sibuk persiapan seminar, ada kejadian di Pastoran, yakni Laptop, seorang Diakon yang baru datang dari Gunungsitoli, dan ditahbisakan pada 26 Januari mendatang, mendadak hilang di kamar, lantai 2 pastoran. Tidak jelas, siapa yang mencuri: apakah orang dalam atau orang luar. Jika ada para saudara yang mendengar issu yang mencurigakan mengenai hal ini, kami sangat senang, apa lagi jika bisa ditemukan. Saya tidak berkotbah tentang pencurian laptop ini, tapi ada kisah lain yang kurang lebih sama.

Minggu, 15 Januari 2012

Kita Menjadi Sarana Mengenal Tuhan

Hari Minggu Biasa II – Tahun B

Para saudara,
Saya jadi teringat tentang riwayat panggilan saya. Kurun waktu 1981-1984, saya sekolah di SMP RK Bunga Mawar, Gunungsitoli dan tinggal di Asrama Don Bosco, di bawah asuhan Fr. Andre CMM. Selain itu, selama di Asrama Don Bosco, saya sering menjadi mesdinar di Gereja St. Maria, Gunungsitoli. Menjelang tamat SMP, Fr. Andre  memanggil saya dan menanyakan apakah tidak berminat masuk biara, khususnya frater CMM. Secara polos saya jawab: tidak, karena pada saat itu, menjadi biarawan, sedikit pun belum ada dalam pikiran saya.

Selasa, 10 Januari 2012

Mengisi Hidup Dengan Mutiara-mutiara Hidup

                                                     Syukuran Natal & Tahun Baru STKIP St. Maria Sibolga

Para saudara,
Seorang pengamat pendidikan di Sulawesi Tenggara, yakni  Prof Dr Abdullah Alhadza, mengatakan:  “Penyelenggaraan ujian nasional (UN) yang setiap tahun pelaksanaan menelan dana ratusan miliar rupiah, gagal meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Setiap kali penyelenggaraan UN, para siswa hanya sibuk mengejar bocoran soal sedangkan guru aktif mencari siasat memfasilitasi siswa berbuat curang agar bisa mendapatkan nilai bagus dan lulus UN”. (Kompas, Selasa, 13 Desember 2011).